Contoh puisi kemanusiaan, renungan seorang petani padi akan menjadi bahan bacaan selanjutnya untuk kita. Tidak bosan kan, jangan lah… nanti kan kita bisa mendapatkan ilmu meski hanya dengan membaca karya sederhana.
Puisi adalah salah satu karya sastra yang berisi banyak tema. Kali ini tema yang diambil adalah mengenai kemanusiaan.
Mungkin saja ada rekan atau adik-adik pelajar yang ingin belajar membuat puisi dan memilih tema ini. Kan bisa mencobanya bersama dengan contoh yang ada, benar tidak? Tidak salah kok.
Adik-adik pelajar SD mungkin, atau yang sudah SMP atau SMA sekalipun juga bisa belajar. Belajar membuat puisi itu tidak sulit kok, yang penting mau.
Kalau ingin cepat bisa ada triknya, yaitu “mulai dari sekarang”. Kalau ingin gambaran bagaimana menuangkan ide ya bisa mulai dari membaca puisi lebih dulu. Satu atau dua judul, nanti kan tidak kaget.
Kalau sudah terbiasa, misalnya satu hari membaca satu judul maka dalam seminggu mungkin kita sudah berani dan tidak canggung untuk menulis.
Sebenarnya jangan tunggu sampai seminggu, langsung setelah membaca karya ini saja. Lah, karya kali ini seperti apa, dari pada kelamaan lebih baik langsung kita nikmati saja ya. Yuk bersama-sama.
Renungan Seorang Petani Padi
Puisi Kemanusiaan oleh Irma
Semai harap, bukan untukku
Kalian, juga lain
Nyatanya bukan pahlawan
Nyatanya tak tuan
Di tanahku, kumandikan peluh
Cukupi, sediakan butuh
Penunjang, penyokong
Hidup, kelangsungan hidup
Kadang tak niat, tak maksud
Nyatanya, menguntungkan
Pemanen, bukan penanam
Aku tetap petani padi
Kapan harga tinggi,
Kemarin, mungkin tak pernah ingat
Pupuk, bibit pasti
Bukan jumlah, harga menjerat
Petani, aku bodoh
Tak piawai meraup untung
Tak pandai menimbun kaya
Bersyukur, hari ini cukup makan
Pantaskah, cocokkah tani ku geluti
Harusnya aku yang lain
Karyawan atau wiraswastawan
Ah, entah
Mulia, mungkin
Kenyangkah dengan mulia
Nyatanya, menu kami setengah tak penuh
Tiap hari begini, petani padi
Puisi 7 bait tentang kemanusiaan di atas menggambarkan jeritan hati seorang petani, yang seolah berada dalam dilemma. Antara dua pilihan yang mustahil, terbatas kemampuan.
Siapa yang tak ingin mulia, kemuliaan? Semua pasti ingin, tapi siapa yang ingin miskin seperti seorang petani di atas? Hanya makan sedikit, setengah piring tak penuh, sungguh sulit jika dijalankan bertahun.
Tapi, diantara kita mungkin tak banyak yang menyadari, atau mungkin terlalu sibuk. Padahal, jerih payah petani adalah yang kita nikmati.
Bukan hanya petani padi, yang lain juga menjadi andalan bagi kita semua. Pertanian adalah sektor yang mencukupi rakusnya perut kita. Benar bukan?
Adik-adik rekan pelajar, setidaknya dengan contoh puisi di atas kita bisa belajar meski sedikit. Bisa dijadikan contoh keterampilan dalam menulis karya sastra, bisa juga untuk renungan. Tidakkah begitu?
Pesan moral yang ada di dalam karya tersebut mungkin bisa direnungkan dan menjadi inspirasi serta motivasi untuk saling berbagi rasa.
Ya sudah, sedikit untuk kali ini. Bagi yang masih ada waktu luang silahkan lanjut ke beberapa kisah menarik lain yang sudah disediakan. Banyak karya puisi buatan sendiri yang bisa dibaca. Cerpen juga ada. Silahkan.