Mendekati perayaan dalam banyak
juga rekan pelajar yang mencari contoh untuk beberapa drama tentang maulid nabi. Maka dari itu tidak lupa kita siapkan juga teks tersebut untuk
tambahan referensi. Sama dengan teks drama lainnya, bedanya adalah ceritanya
lebih kental dengan suasana religi.
Tema yang diambil dalam naskah
drama ini adalah seputar perayaan hari besar islam yaitu peringatan maulid nabi
besar Muhammad SAW. Mungkin gambaran kisah yang akan diangkat sudah bisa
ditebak.
Tapi agar tidak membosankan, cerita yang nantinya dibuat untuk drama ini akan dikombinasikan dengan topik lain. Pada naskah drama islami tentang maulid nabi kali ini juga akan dirasakan nuansa persahabatan antara beberapa orang. Sebelum itu, silahkan baca juga:
1) Dikutuk Jadi Anak Soleh
2) Pembentukan Panitia
Selain itu mungkin akan ada bumbu humor atau joke. Yang tidak ada mungkin masalah cinta, karena tema cinta memang tidak begitu sesuai dengan situasi agamis.
Tapi agar tidak membosankan, cerita yang nantinya dibuat untuk drama ini akan dikombinasikan dengan topik lain. Pada naskah drama islami tentang maulid nabi kali ini juga akan dirasakan nuansa persahabatan antara beberapa orang. Sebelum itu, silahkan baca juga:
1) Dikutuk Jadi Anak Soleh
2) Pembentukan Panitia
Selain itu mungkin akan ada bumbu humor atau joke. Yang tidak ada mungkin masalah cinta, karena tema cinta memang tidak begitu sesuai dengan situasi agamis.
Mau untuk berapa orang ya? Apakah
4 orang pemain cukup, atau mungkin 5 pemain? Kalau tidak, nanti disiapkan
contoh lain yang lebih sesuai mulai dari yang terdiri dari 6 orang, 7 orang
atau bahkan 8 pemain sekaligus.
Tapi tentu saja tidak sekaligus. Dalam beberapa hari kedepan kita usahakan untuk melengkapi semua yang banyak dibutuhkan. Seperti apa drama tersebut?
Tapi tentu saja tidak sekaligus. Dalam beberapa hari kedepan kita usahakan untuk melengkapi semua yang banyak dibutuhkan. Seperti apa drama tersebut?
Perayaan Maulid Nabi Tahun Ini
Naskah
Drama Islami tentang Maulid Nabi
Pemain:
1) Ahmad
2) Ummi Rofiqoh (Ibu Tolillah)
3) Ustadz Abu
4) Mustofa (Kakak Tolillah)
5) Ridwan
6) Tolillah
7) Bu Sri
Setiap tahun, desa Almunawar mengadakan acara Maulid Nabi di masjid
setempat. Acara tersebut untuk memperingati kelahiran Rasulullah SAW. Tolillah
tampak sangat bahagia menyambut acara tersebut. Bagi dia, acara maulid tak
lebih dari mendapatkan kue enak yang banyak. Pagi itu, ia membantu umminya
membuat kue yang akan disumbangkan.
Ummi Rofiqoh: Nak, hari ini Ummi
akan buat kue, kamu bantu Ummi ya…
Tolillah: Hore… buat kue apa
Ummi, iya aku pasti bantu…
Ummi Rofiqoh: Ya pokoknya yang
enak-enak dong…
Tolillah: Kok tumben aku belum
minta kue kok Ummi sudah mau membuat kue?
Ummi Rofiqoh: Enak saja… ini kue
bukan Ummi buat untuk kamu…
Tolillah: Lah Ummi… memang buat
kue untuk siapa kalau bukan untuk aku, untuk kakak ya?
Ummi Rofiqoh: Bukan… kakakmu
Mustofa mana mungkin suka kue
Tolillah: Terus….?
Ummi Rofiqoh: Untuk acara maulid
nabi..
Tolillah: Oh… memang sudah mau
maulid ya Ummi?
Ummi Rofiqoh: Iya nak…
Ummi Rofiqoh: Sudah, sini bantu Ummi, , tolong ambilkan
mentega di atas meja!
Tolillah: Iya Ummi… ini!
Mustofa: Ummi lagi apa sih, dari
tadi rame benar sama Iqoh?
Ummi Rofiqoh: Ini nak, Ummi dan
adikmu sedang bikin kue untuk acara maulid nabi besok…
Tolillah: Iya kak… kakak jangan
minta ya?
Mustofa: Ih, kakak minta dong…
Tolillah: Nanti kalau kakak minta
habis dong, kakak kan kalau makan banyak…
Mustofa: Idih, enak saja…
Ummi Rofiqoh: Sudah, sudah, bantu
Ummi aja gih…
Tolillah & Mustofa: Iya Ummi…
Sebelum dzuhur kue yang ia buat bersama umminya sudah terbungkus rapi.
Kemudian umminya meletakkan kue itu ke dalam rantang yang bersusun 4. Tolillah
juga mengambil bagian dalam hal itu.
Tolillah dan sang kakak bersiap-siap untuk berangkat ke masjid. Ia
memakai mukena putih sedangkan sang kakak memakai sarung bermotif kotak-kotak
warna biru senada dengan baju koko yang dikenakan. Tak lupa kopiah hitam ia
letakkan di atas kepalannya.
Tolillah: Ummi, Tolillah sudah
siap! menghampiri umminya yang masih sibuk merapikan kerudungnya.
Ummi Rofiqoh: Tunggu sebentar ya!
jawab umminya.
Mustofa: Aduh Ummi lama benar…
Tolillah: Iya nih Ummi…
Ummi Rofiqoh: Sabar nak…
Ahmad: Eh… kalian mau ke masjid
juga kan?
Ridwan: Iya, ayuk buruan, kalian
kok malah santai saja…
Tolillah: Aku lagi nunggu Ummi,
kakak-kakak duluan saja sama kak Mustofa, sana kak…
Mustofa: Benar nih, kamu sama
Ummi saja bisa?
Tolillah: Iya bisa…
Mustofa: Ya sudah, kakak duluan
ya, yuk Mad, Wan…
Ahmad: Siapa takut….
Ridwan: Iya yuk, nanti tidak
kebagian tempat…
Ummi Rofiqoh: Lo, kakak kamu
mana?
Tolillah: Sudah berangkat sama
kak Ahmad dan kak Ridwan Ummi…
Ummi Rofiqoh: Ya sudah yuk, kita
berangkat
Tolillah: Iya….
Tepat jam 11 mereka sudah beranjak ke luar rumah menuju masjid. Meski
acara Maulid Nabi akan dimulai sesudah shalat dzuhur, nampak anak-anak sebaya
Tolillah yang telah memadati teras masjid. Ia langsung berbaur dengan mereka,
sedangkan umminya berjalan ke arah rumah di samping masjid.
Ummi Rofiqoh: Assalamualaikum…
Bu Sri: Wa’alaikumsalam, mari
masuk bu….
Ummi Rofiqoh: Iya terima kasih…
waduh, sudah banyak yang datang ini ya
Bu Sri: Iya bu, alhamdulillah…
Ibu kok sendirian, anak – anak dimana, tidak ikut?
Ummi Rofiqoh: Ikut, mereka sudah
sama teman-temannya di depan…
Bu Sri: Oh, bagus kalau begitu…
Setengah jam setelah shalat dzuhur, orang berdatangan semakin banyak.
Acara pun dimulai. Dengan penuh semangat anak-anak itu bershalawat. Setelah itu
acara dilanjutkan dengan pengisian ceramah dari ustadz Abu. Dengan seksama
mereka mendengarkannya.
Tolillah: Kak…. Kakak….
Mustofa: Hush… diam Dik, sudah
mau mulai…
Ahmad: Iya Tolillah, jangan
berisik kamu…
Tolillah: Ih, kakak ini…
Ridwan: Ssst…
Mustofa: Diam, kita dengarkan pak
ustadz dulu….
Ustadz Abu: …jadi, perayaan
maulid nabi ini memiliki beberapa nilai manfaat yaitu pertama, nilai
spiritual., kedua nilai moral, keempat nilai sosial dan kelima adalah nilai
persatuan. Setiap insan muslim akan mampu menumbuhkan dan menambah rasa cinta
pada beliau saw dengan maulid. Nilai moral dapat dipetik dengan menyimak akhlak
terpuji dan nasab mulia dalam kisah teladan Nabi Muhammad saw.
Memuliakan dan
mem-berikan jamuan makanan para tamu, terutama dari golongan fakir miskin yang
menghadiri majlis maulid sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta.
Nilai persatuan akan terjalin dengan berkumpul bersama dalam rangka bermaulid
dan bershalawat maupun berdzikir.
Tolillah: Kak…. Kok lama sih…
Ahmad: Ssst…diam Tolillah…
Ridwan: Enggak apa-apa, sebentar
lagi selesai kok…
Mustofa: Iya Dik, kita dengarkan
saja, nanti habis ini kan bagi kue…
Tolillah: Iya kak…
Momen yang ditunggu pun tiba. Pembagian kue yang di dalamnya juga
terdapat nasi, mendapat perhatian lebih bagi anak-anak, apalagi Tolillah.Mereka
cenderung ingin mendapatkan lebih dari satu. Secara bergilir meraka
membagikannya sampai pada orang yang ada paling pojok.
Mustofa: Tuh, kan akhirnya sampai
juga Dik….
Tolillah: Iya kak, habisnya pak
ustadz agak lama tadi…
Ahmad: Enggak lama lah, kamu aja
yang kurang sabar…
Ridwan: Udah, enggak apa-apa,
namanya juga anak kecil
Tolillah: Iya tuh, kakak ini…
Mustofa: Hush… sudah diam, ini
bagikan ke kiri…
Tolillah: Iya kak…
Ahmad: Awas jatu Lillah….
Ridwan: Awas Mad, jangan curang
kamu…
Mustofa: Iya tuh Ahmad, kayak
anak kecil aja…
Ahmad: Ya kan memang masih kecil…
Tolillah keluar dari masjid dengan menenteng dua kresek kue. Ia pun
mendapatkan dua bagian meski sebenarnya ia bisa mendapatkan lebih dari itu.
Waktu ia ingin membawa tiga bungkus, tangannya tak cukup kuat untuk membawanya.
Di halam masjid berkumpul anak perempuan lain sebaya dia. Ada yang
sudah mendapatkan kue, tapi ada juga tangan mereka yang masih kosong. Melihat
semua itu ia teringat pesan umminya.
Mustofa: Dik, kasihan tuh, ada
yang belum dapat kue teman kamu…
Tolillah: Ya biar aja sih kak,
salah dia sendiri…
Ahmad: Eh, Lillah, tidak boleh
begitu, kamu kan bawa dua kue tuh…
Ridwan: Iya benar Lillah, lagi
pula tidak baik begitu…
Tolillah: Biar ah…
Ahmad: Ya sudah enggak apa-apa
(memberikan kue miliknya)
Ridwan: Itu masih ada beberapa
orang anak yang juga belum dapat Mad…
Ahmad: Iya, sini kue kamu aja ya…
Ridwan: Iya… Nih berikan kue ini
ke mereka
Mustofa: Satu lagi nih…
Ahmad: Akhirnya semua kebagian…
Tolillah: La…terus kakak ya
enggak dapat kue dong… Ih kakak ini
Ahmad: Enggak apa-apa Lillah
Tolillah: Kakak ini aneh semua…
Mustofa: Eh, memang kamu tidak
ingat pesan Ummi tadi ya?
Tolillah: Pesan apa….?
Mustofa: Tadi, waktu kamu bantu
Ummi bungkusin kue…
Tolillah: Oh, iya kak, ya ampun….
Ahmad: Astaghfirulloh Lillah….
Tolillah: Iya astaghfirulloh…
bagaimana ini… ya sudah, ini kue aku buat kakak Ahmad sama kak Ridwan aja, aku
sama kak Mus biar bareng-bareng…
Ridwan: Duh… beneran nih…
Ahmad: Iya Lillah, kamu ikhlas…?
Tolillaj: Iya kak, ikhlas… dari
pada dimarah Ummi… he…he…he…
Ridwan: Hu…dasar kamu ya…
Mereka pun berpisah, Tolillah dan kakaknya sudah sampai di rumah
sementara Ahmad dan Ridwan masih harus berjalan beberapa meter lagi.
Mustofa: Kalian mampir dulu sini…
Ahmad: Iya Mus, terima kasih,
kami langsung pulang saja
Ridwan: Iya Mus, assalamu’alaikum
Tolillah & Mustofa:
Wa’alaikum salam…
Di rumah, Tolillah bercerita
kejadian yang baru dialami pada umminya. Sang Ummi pun tersenyum mendengarkan
cerita putrinya yang sudah sedikit mengerti arti berbagi, meski harus ada
sedikit tekanan. Sekarang Tolillah sudah bisa mengerti makna di balik perayaan
Maulid Nabi yang sebenarnya.
---
oOo ---
Tema dari naskah drama di atas adalah perayaan maulid Nabi. Drama tersebut mengambil beberapa lokasi atau setting kejadian yaitu di Masjid dan di rumah. untuk waktunya, dalam drama tersebut ada beberapa setting waktu yaitu menjelang perayaan, dan sebelum perayaan maulid nabi Muhammad SAW. Itulah satu contoh drama untuk tema kali ini, semoga bermanfaat!