Berlinang Air Mata, Puisi Sahabat 3 Bait

“Berlinang Air Mata”, puisi sahabat 3 bait berikut ini sengaja disiapkan untuk anda semua. Percaya deh, yang ini beda kok dengan beberapa puisi terbaru lain yang sudah anda baca. Malah mungkin enggak nyambung gitu deh.


Eh, tapi jangan salah sangka dulu. Kan belum dibaca. Siapa yang bisa menilai dan menyimpulkan bagus tidaknya kalau belum dibaca, benar tidak? 

Agak sulit memang. Sudah terlalu banyak tema ini dibahas. Jadi kalau dilihat dari tema mungkin mirip atau bahkan sama. Tapi masing-masing punya keunikan sendiri. Ada jalan ceritanya sendiri. 

Berlinang Air Mata
Puisi Sahabat 3 Bait oleh Irma 

Bintang di peraduan 
Membisu 
Sinarnya kelam 
Tertutup kabut hitam 

Kita terdiam 
Dibungkam rintik hujan di tengah malam 
Kau buang nestapa di tangismu 
Ku tak kuasa 

Tak kurasakan sedihmu 
Perih melihatmu 
Meratap menangis 
Berlinang air mata 

Hanya tiga bait saja, pendek sekali. Kurang puas rasanya kalau kita yang suka dengan puisi bagus. Tapi tidak apalah, yang penting bisa untuk menambah koleksi yang sudah ada. 

Kira-kira apa sih inti cerita dari puisi yang sudah kita baca di atas? Kalau tidak salah sih, intinya adalah menggambarkan sebuah situasi yang sedih dimana ada seorang sahabat yang sedih karena melihat sahabatnya menangis. 

Ada satu yang menarik dari puisi di atas. Coba kita lihat penggalan bait yang berbunyi “tak kurasakan sedihmu”. Ini cukup unik juga kedengarannya bukan. 

Kebanyakan atau yang sering kita dengar kan kalau ada teman yang sedih maka teman lainnya akan mengatakan “aku juga merasakan kesedihanmu”. Tapi dalam karya di atas tidak demikian. 

Seolah tegas dikatakan bahwa sahabat tersebut tidak merasakan kesedihan yang dirasakan sahabatnya. Aneh bukan? 

Ya, meski larik tersebut terdengar aneh tapi masuk akal juga kok. Coba dibayangkan, kita bisa sedih kalau ada sahabat yang sedang sedih tapi apa itu benar karena kita merasakan kesedihan yang sama dengan yang ia rasakan? 

Sepertinya tidak, kalau boleh jujur – saya pribadi –sependapat dengan isi puisi di atas. Kita sedih bukan karena merasakan yang sama tetapi karena melihat sahabat kita sedih. Nyambung tidak? 

Agak ribet sih, tapi ya begitulah. Itulah satu keunikan dalam karya puisi kita kali ini. Mudah-mudahan bisa memberikan kesan tersendiri bagi rekan semua. Pendek saja, jangan lupa dilanjutkan ke puisi singkat lainnya.

Back To Top