Contoh Cerpen Ringkas, Jangan Kembali Pulang

Contohcerita.com - Contoh cerpen ringkas kali ini adalah tentang sebuah kisah cinta yang akhirnya dipisahkan dengan tragis dan menyedihkan. Kisah hubungan batin yang erat antara dua insan, meski hanya terlihat jelas di dalam hati dan tidak terungkap. Pada akhirnya berakhir pada momen yang begitu mengejutkan.


Ternyata, hati seseorang tak dapat dipungkiri, perasaan cinta bisa membuat manusia melakukan hal yang bahkan diluar batas, misalnya memaafkan kesalahan berat, merelakan kekasih pergi dan lain sebagainya. 

Dari cerpen ringkas dan pendek ini kita bisa melihat bahwa kesucian dan rasa tulus bisa membuat orang memilih jalan terbaik untuk orang lain.

Lebih tepatnya, cerpen berjudul “jangan kembali pulang” berikut ini mengisahkan sebuah pengorbanan yang besar yang dilakukan oleh Esti. Tapi, sebelum lebih jauh mari kita lihat juga beberapa judul di bawah ini.

1) 20 cerpen hantu terbaik
2) Cerpen pelajar tentang ekskul dan kerajinan
3) 20 cerita pengalaman pelajar paling menarik
4) 100 cerpen tentang belajar usaha
5) Koleksi cerita bahasa inggris dan artinya

Mengetahui bebannya berat, ia mengorbankan kesenangannya sendiri untuk keluarga, mengetahui umurnya yang tak mungkin lama, ia menolak cinta yang satu tahun terakhir ini ia impikan.

Sungguh sebuah perbuatan dan pengorbanan yang sangat besar. Sampai ketika ajal menjelang, bahkan sang kekasih yang katanya sangat menyayanginya pun tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dari pada hanya sekilas, lebih baik kita baca langsung cerpen tersebut.

Jangan Kembali Pulang
Cerpen oleh Irma

“Ah, sudah lama aku melupakanmu, untuk apa kamu kembali!”, tulis Esti membalas pesan singkat yang diterimanya.

Ponsel yang dipegangnya pun hening, tak ada getar dan tak ada dering apapun. “Dasar, mau se-enaknya saja dia datang dan pergi, memang hati ini dianggapnya sebagai terminat bus”, ucap Esti kesal.

Sesaat kemudian Esti melanjutkan pekerjaannya, waktu sudah menungjukkan pukul sembilan malam, tetapi rutinitas Esti sebagai pembantu rumah tangga belum juga selesai.

Malam itu ia harus menyetrika pakaian yang masih berantakan. Sesekali ia menyeka keringat yang mengalir di pipi. Tampak jelas diwajahnya yang polos terukir beban dan perjalanan hidup yang keras.

Esti adalah anak tua dari empat bersaudara. Keluarganya yang miskin membuat Esti terpaksa merantau bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Saat itu, pertama kali ia mengenal Medi di perjalanan.

Medi sendiri adalah seorang bos penyedia jasa pembantu di sebuah kota. Sejak pertama kali bertemu, Medi menaruh hati pada kecantikan Esti, meski sebenarnya Medi sendiri sudah memiliki kekasih.

Kisah perjalanan Esti dan Medi berhenti ketika suatu saat Esti mendengar kabar angin bahwa sebenarnya Medi sudah memiliki istri dan anak. 

Saat itu Esti mencari tahu kebenarannya, tapi Medi berusaha menutupi kenyataan itu, sampai akhirnya tiba-tiba Medi menghilang begitu saja cukup lama.

Dasar wanita yang sudah dilanda asmara, meski di mulut ia mengucapkan sumpah serapah, namun kepergian Medi yang tanpa kabar tetap membuat Esti gelisah. 

Perasaan kesal dan marah ternyata bukan hanya karena ia mengetahui bahwa Medi memiliki istri dan anak tetapi karena Medi sang kekasih telah pergi tanpa pesan apapun.

Satu tahun  berlalu, Esti masih bekerja di tempat yang sama. Saat itulah ketika Medi menghubungi Esti kembali. Tapi rupanya hati Esti telah beku. Satu tahun berlalu ternyata membuat Esti menjadi dingin.

Bahkan ketika Medi memberi kabar bahwa sekarang ia sudah sendiri, dan ingin membuktikan cinta yang pernah terucap. Sampai akhirnya, suatu malam yang dingin… “Kenapa kamu seperti itu Esti, selama ini aku terus berusaha membuktikan apa yang aku ucapkan padamu…”, ucap Medi di ujung telepon.

“Sudahlah mas, aku sudah terlanjur tidak berharap apaun”, jawab Esti pelan, “dulu aku memang berharap bisa mengenal dan bahkan memiliki dirimu, tapi sekarang tidak”, lanjutnya. “Tapi Esti, aku benar-benar tidak bisa hidup tanpamu”, ucap Medi memohon.

Beberapa menit, keduanya saling bisa tanpa mengucapkan satu katapun. Hanya sesekali terdengar suara nafas Medi yang terdengar begitu berat. 

Medi tetap tidak menutup telepon meski sudah setengah jam mereka hanya membisu. “Sudahlah mas, aku sudah mengantuk, kalau sudah tidak ada yang ingin kamu ucapkan, sebaiknya kita sudahi!”, ucap Esti.

Medi menghela nafas sejenak, “ya sudah, maaf kan aku selama ini telah membuat hatimu sedih”, ucap Medi, “selamat malam”, lanjut Medi mengakhiri telepon.

“Maafkan aku mas, meski sebenarnya hati kecilku menolak, tapi aku sudah tidak bisa lagi mengenalmu”, ucap Esti sambil memeluk guling kesayangannya.

Malam itu berakhir dengan embun yang menetes begitu deras, setengah hujan. Tak ada satu pun daun dan ranting di sekeliling rumah yang Esti tempati kering. Semua lembab, basah, bak kedua pipi Esti dengan mata yang bengkak.

Malam itu ternyata menjadi malam terakhir Medi berbincang dengan kekasih hatinya. Ke esokan harinya, ia yang sudah satu tahun ini tinggal dikampung dikejutkan dengan kabar duka.

“Mas, tidak melayak?”, tanya seorang warga padanya, “itu, neng Esti yang kerja di seberang, ia meniggal tadi pagi”, orang itu melanjutkan.

Tak percaya, Medi yang baru tadi malam berbincang dengan Esti hampir sampai pagi pun langsung berlari menuju ke rumah duka. Ternyata, kabar itu benar, Esti meninggal setelah terkena serangan jantung.

Belakang diketahui bahwa Esti memang sudah memiliki penyakit yang cukup parah, ia menolak berobat dan tetap memilih bekerja agar uangnya bisa digunakan oleh keluarganya di rumah. Medi hanya bisa terdiam, “sungguh mulia pengorbananmu”, ucapnya dalam hati.

--- Tamat ---

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top