Kisah Cinta Sekuntum Mawar Putih

Kisah Cinta Sekuntum Mawar Putih - Malam semakin larut. Udara terasa semakin dingin. Bau tanah yang khas setelah di guyur hujan begitu terasa di hidungku. Malam ini aku begitu bahagia. Di hadapan ku sekarang, duduk seorang pria yang begitu aku cintai. Dia memang bukan pacarku. Tapi aku mencintainyaa. Sungguh aku mencintainya.


“Udah reda ni ujannya. Aku pulang dulu ya?” Ucapnya sembari tersenyum padaku
“Yakin mau pulang? Masih dingin ini lo.”

“Iya si. Tapi udah malem. Takut di kira aneh-aneh. Hehe.” Ucapnya lagi. Sebenarnya aku masih ingin duduk berdua bersamanya. Bercerita dan bercanda, lalu bahagia bersamanya.

“Yaudah deh ati-ati ya.” Ucapku sembari tersenyum kearahnya.
“Iya sampai jumpa besok di sekolah.” Dia tersenyum kearahku lalu kemudian berlalu bersama motornya.

Malam ini aku begitu bahagia. Dia meninggalkan satu tangkai mawar putih padaku. Dia bilang aku harus bisa seperti mawar. Indah, tapi juga bisa melindungi diri dengan duri-durinya.

Ah, aku sungguh mencintainya. Sayang, dia sama sekali tidak mau mengucapkan perasaannya padaku. Dia tak kunjung meresmikan hubungannya denganku. Dan aku, hanya bisa menunggu dan terus menunggu.

Di dalam kamarku, aku masih duduk termenung sendiri. Meresapi sisa-sis kebahagiaan yang ditinggalkan oleh Aldan-pria yang sangat aku cintai-. Ku bayangkan lagi wajah indahnya. Senyum tulusnya, tatapan teduhnya, dan juga kumis tipisnya.

Segala yang ada pada dirinya telah membuatku jatuh ke dalam cintanya. Dan setiap hari, aku selalu ingin semakin dalam tenggelam dalam cintanya, karena dengan mencintainya, aku bisa sangat bahagia.

***

Suasana kantin sekolah sudah sangat ramai. Para siswa tampak begitu riuh di kantin. Tak jarang dari mereka berkumpul dan bercanda bersama. Sedangkan aku, aku hanya duduk sendiri. Menanti seorang Aldan. Kami sudah berjanji untuk makan bersama di kantin.

Tapi, sudah dua puluh menit aku duduk di sini. Tapi, ia tak kunjung muncul juga. Dan akhirnya, aku pun pulang kembali ke kelas tanpa ada hasil apa pun. Saat sudah pulang sekolah pun, aku masih belum menemukan sosok Aldan.

Setelah hari itu, aku tak pernah lagi melihat sosok Aldan di sekolah. Tapi, dia selalu mengirimu sekuntum mawar putih. Aku sama sekali tidak bisa menghubunginya. Berbagai kontaknya tak dapat lagi kuhubungi.

Dia tidak pindah sekolah, dan tak ada kabar. Aku merasa begitu kesepian tanpa kehadirannya. Malam-malam ku tak lagi terang, dan hari-hari ku juga tak lagi ceria tanpa kehadirannya. Aku merasa begitu tersiksa.

Suatu hari, saat aku sudah pulang sekolah, aku memutuskan untuk pergi kerumahnya. Aku benar-benar sudah tidak tahan. Aku ingin sekali bertemu dengannya. Berbincang dengannya, bercanda dengannya dan juga bahagia bersamanya.

Saat aku sudah sampai di rumahnya, aku tidak menemukan siapa pun. Rumahnya kosong, tak ada satu orang pun di sana. Hanya kekosongan yang aku dapatkan. Dan dengan tangan kosong pula aku akhirnya pulang.

Saat sampai di depan rumahku, aku melihat satu tangkai mawar putih lagi didepan pintu. Ada satu nama di sana. Sangat jelas tercetak pada kertas putih yang tertempel pada mawar itu. Aldan. Air mataku tiba-tiba menetes.

Ini terlalu membingungkan. Dia tak memberiku satu ucapan atau sepatah katapun. Tapi dia menghilan. Bahkan tanpa sempat berpamitan. Aku benar-benar tak tau lagi apa yang harus aku lakukan.

Malam ini aku merasa begitu sepi. Tak ada satu pun orang yang bisa menghiburku. Dan kehilangan sosok Aldan merupakan satu hal tersulit yang pernah aku rasakan. Pikiranku melambung jauh tinggi menuju masa masa indahku bersamanya. Sebuah masa-masa yang sampai kapanpun tak akan pernah ku lupakan.

Saat aku sedang melamun, tiba-tiba ponselku bergetar. Ku lihat ada nama Roni disana. Dia adalah salah satu teman akrab Aldan. Ada satu pesan yang dia dikirimkan. Dan saat aku membuka pesan itu, jantungku terasa seperti telah berhenti berdetak.

Mukaku terasa begitu panas. Dunia ini seperti sedang menjepit tubuhku. Dan hatiku, terasa sangat-sangat ngilu. Air mataku sudah tumpah deras membasahi wajahku. Aku tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan sekarang.

***

Di atas gundukan tanah yang tampak masih baru ini, ku taburkan beberapa mawar putih. Air mataku sedari tadi tak kunjung berhenti. Tidak kusangka kisah cintaku dengannya akan berakhir seperti ini. Dia adalah pria terbaik yang pernah kutemukan.

Bahkan, sampai akhir hayatnya dia masih sempat mengirimi ku beberapa tangkai mawar putih. Aku tidak akan pernah melupakannya. Dan sampai kapanpun, namanya akan terus ku kenang, bersama dengan jutaan mawar putih yang tengah kutaburkan sekarang.

Jika aku memiliki  kesempatan kedua untuk terlahir kedunia, maka aku pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk mencintainya dengan sepenuh hatiku.

---oOo---

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top