Cerita Cerpen Nasehat - Tolong Jaga Lidahmu

Luka badan bisa mudah sembuh, tapi luka karena ucapan seseorang yang menyakiti bisa bertahan sampai mati. Itulah sebabnya setiap individu manusia mana pun hendaknya bisa menjaga ucapan dari mulutnya. Banyak kisah orang dijahati hanya karena ucapan yang menyinggung. Ini adalah cerita cerpen nasehat.

Image: pixabay/comfreak

Karya cerita kali ini akan memberikan pesan moral yang sangat berharga bagi pembaca. Karya berikut memuat pesan untuk menjaga ucapan atau perkataan dalam kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk bertutur kata yang sopan dan tidak menyakiti orang lain, apalagi mengumbar aib orang lain.

Bukankah pribadi orang bisa ditebak dari bagaimana ia berbicara? Itulah sebabnya tema kali ini sengaja kita suguhkan yang berkaitan dengan pesan moral tersebut. Harapannya, cerita pendek kali ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk lebih menjaga lidah.

Jangan sampai kita menjadi seseorang yang tak mampu menjaga lidah dan selalu menyakiti orang lain. Lebih baik diam dari pada berbicara yang tidak bermanfaat atau bahkan menyakiti orang lain, benar bukan? Kira-kira seperti apa cerita selengkapnya, kita simak saja cerpen berjudul “tolong jaga lidahmu” di bawah ini.

Tolong Jaga Lidahmu
Contoh Cerita Cerpen Nasehat

Lidah tak bertulang. Berliak-liuk tanpa ada batasan. Banyak yang bilang lidah lebih tajam dari pada pedang. Menusuk dan mengiris hati seseorang yang terluka olehnya. Kadang, jika tidak pandai menjaga dan menggunakannya, lidah bisa menjadi senjata ampuh yang bahkan bisa membunuh diri sendiri.

Tapi jika pandai menjaganya, lidah dengan mudah kau gunakan sebagai alat untuk membuat dirimu menjadi berharga.

Suatu hari Adel sedang berjalan-jalan dengan kekasihnya di taman. Mereka tampak begitu mesra dan juga harmonis. Tampak begitu bahagaia seolah dunia hanya milik berdua.

Saat sedang asik berjalan-jalan ditaman, tiba-tiba adel melihat Annisa yang kebetulan juga sedang jalan-jalan bersama dengan seorang pria paruh bayah. Tangan Annisa bergandengan dengan pria paruh bayah itu. Mereka tampak begitu harmonis dan bahagia.

Annisa adalah teman sekelas Adel, tapi mereka tidak terlalu akrab karena kepribadian mereka berbeda. Adel adalah seorang gadis gaul yang supel dan cerewet. Sedangkan Annisa adalah seorang gadis yang pendiam dan kurang pandai bergaul.

“Bep, itu kan si Annisa ya?” ucap Annisa pada pacarnya.
“Mana?”
“Itu tu yang lagi gandengan berdua sama om-om.”  Ucap Adel sembari menunjuk ke arah Annisa.
“Oh iya iya. Dia kan temen sekelas kamu ya?”
“Iya bep. Kok dia jalan sama om-om si?”
“Ngga tau, dia simpenan om-om kali.”
“Masak si bep?”

“Ya coba geh kamu nyamperin dia terus nanya.”
“Idiih. Ogaah. Udah ah jalan yuk. Ngga penting.” Ucap Adel sambil terus berjalan bersama sang kekasih. Pikiran Adel menduga-menduga jauh menerawang apa yang sudah di lihatnya. Mungkinkah benar yang dikatakan oleh pacarnya bahwa Annisa adalah simpanan si om-om itu.

Keesokan harinya, Adel berangkat ke sekolah seperti biasanya. Saat ada jam pelajaran kosong, Adel tampak asyik berkumpul dengan teman-teman gaulnya. Mereka membahas seuatu yang tidak bermanfaat.

Lebih parahnya lagi, Adel juga menceritakan apa yang sudah di lihatnya kemarin. Dengan terang-terangan Adel bercerita bahwa Annisa adalah gadis nakal karena dia berjalan dengan pria paruh bayah di sebuah taman.

Teman-teman nya pun justru semakin tampak asik mendengarkan cerita Adel. Tampak mencari rahu asal-usul dan seluk-beluk faktanya, mereka langsung setuju dengan cerita Adel.

Alhasil teman-teman sekelas Adel pun menjauhi Annisa. Annisa yang tidak tau apa-apa hanya bisa diam melihat tindakan teman-temannya. Setaunya teman-temannya hanya menjauhinya karena dia adalah anak yang pendiam, bukan karena dia dicap sebagai gadis nakal simpanan om-om.

Aroma bangkai memang selalu gampang untuk tercium. Bahkan ketika kita tidak ingin mencium aromanya. Begitu pula dengan berita tentang Annisa si simpanan pria paruh bayah. Gosip ini terus menyebar luas perlahan-lahan.

Saat jam isritahat Adel bersama dengan teman-teman terus dengan semangat menceritakan gosip ini. Bukan hanya dengan teman seangkatan, bahkan dengan adik-adik kelas pun mereka tidak ragu untuk menceritakannya.

Gosip terus menyebar luas sampai akhirya hampir seluruh siswa satu sekolah tau bahwa Annisa adalah gadis simpanan paruh bayah.

Annisa sendiri perlahan-lahan sudah mulai mencium gosip miring tentang dirinya. Ia akhirnya sadar alasan kenapa teman-teman menjauhinya.

Untungnya, Annisa masih memiliki satu teman karib yang mau setia menemaninya. Karena memang teman karibnya itu tau, bahwa gosip tentang dirinya itu salah.

“Kok kamu biasa aja si digosipin kayak gitu.” Ucap Indri-sahabat karib Annisa. Yang kini sedang duduk bersama Annisa di kantin.

“La emang aku harus gimana? Lagian kabar itu kan ngga bener kok.”
“Iya nis, aku tau kabar itu ngga bener. Tapi kalo kayak gini terus nama kamu bakal jelek di mata anak-anak satu  sekolah.”


“Biarin aja lah ndri. Cepat atau lambat kebenaran akan segera terungkap kok.” Ucap Annisa sambil tersenyum.
“Dasar gadis gila.”
“Hehe udah ah yuk balik ke kelas.” Ajak Annisa sambil menarik tangan temannya.

Saat pelajaran matematika tiba, Pak Muh memberikan tugas pada kelas XII IPA 1- kelas Adel sekaligus kelas Annisa.

Entah bagaimana Pak Muh mengaturnya, entah sengaja atau tidak, Adel mendapat teman kelompok yang selama ini tidak pernah di inginkannya. Yakni Annisa. Alhasil mereka pun harus mengerjakan tugas matematika ini bersama.

“Nanti mau ngerjain tugas dimana?” Ucap Adel jutek pada Annisa.
“Terserah. Kalo bisa si dirumahku aja. Nanti ku sediain makanan yang enak buat kamu.” Ucap Annisa sembari tersenyum. Adelpun merasa aneh dengan sikap Annisa. Annisa tau bahwa Adel adalah sumber masalahnya tapi Annisa masih tetap berusaha bersikap manis padanya.

“Yaudah ntar pulang sekolah gue kerumah elo.” Ucap Adel jutek. Annisa hanya tersenyum manis menanggapi ucapan temannya ini.

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Tanpa pulang kerumahnya dulu, dan tanpa mengganti baju, Adel langsung pergi ke rumah Annisa. Berharap tugas mereka cepat selesai dan Adel tidak perlu lama-lama duduk bersama Annisa.

Sesampainya dirumah Annisa, Adel langsung disuguhi berbagai macam makanan ringan. Annisa juga membuatkan satu gelas juzz jeruk manis untuk Adel. Awalnya Adel merasa risih dengan perlakuan Annisa.

Ia masih tidak habis pikir bagaimana bisa Annisa masih bersikap manis padanya. Selain itu Adel juga heran melihat rumah Annisa yang tampak mewah. Untuk apa Annisa menjual diri sedangkan dia punya rumah yang sebagus ini.

Saat sedang mengerjakan tugas, tiba-tiba ada seorang pria paruh bayah mengetuk pintu dan mengucap salam. Annisa langsung menyambutnya dan mencium tangan pria paruh bayah itu.

Diambilnya tas di tangan pria itu lalu dibawanya ta situ masuk kedalam rumah. Adel hanya bisa bengong melihat kejadian itu. Pria paruh bayah yang datang sama persis dengan pria paruh baya yang dilihatnya bergandengan dengan Adel di taman.

Pria paruh bayah itu hanya tersenyum pada Adel lalu masuk ke dalam rumah tanpa mau berkenalan. Sontak Adel pun merasa kaget dan segera menanyakan siapa pria itu.

“Itu siapa nis?” tanya Adel pada Annisa ketika pria itu sudah masuk ke dalam.
“Ooh, itu ayah aku.” Deeg.. jantung Adel langsng berdegup cepat. Ia sadar selama ini dia telah menyebar fitnah.

Dia telah menyebarkan kabar burung tentang Annisa. Rasa bersalah pun langsung datang menyelimuti tubuh Adel. Dia merasa benar-benar jahat karena sudah membuat Annisa dijauhi oleh teman-temannya.

“terus ibu kamu kemana?” tanya Adel lagi.
“Ibu ku sudah meninggal. Jadi aku dirumah cuma berdua sama ayah. Tiap hari libur aku jalan-jalan sama dia. Dan aku sayang sama dia, karena dia ngga cuma ayah buatku, tapi juga ibu dan juga teman.”

Perasaan bersalah Adel pun semakin besar. Air mata langsung keluar dari pelupuk matanya. Dia sadar bahwa yang selama ini dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Adel pun langsung meminta maaf dan segera mengajak Annisa untuk menjadi temannya.

---oOo---

Back To Top