Tidak harus ganteng atau tampan bukan untuk
mendapatkan pasangan yang cantik? Ya memang benar, semua memang tergantung pada
kualitasnya masing-masing. Ini bukan omong kosong, sudah banyak buktinya, benar
bukan? Itu gambaran isi cerita motivasi kali ini ya.
Nyatanya memang begitu, meski banyak yang jelek mendapatkan
cewek jelek namun banyak pula cewek cantik yang menilai pribadi seseorang bukan
hanya dari wajah saja. Nah, berkaitan dengan hal itu cerita kali ini akan
berisikan mengenai hal tersebut.
Dalam cerpen terbaru yang singkat berikut ini kita akan
mendapatkan hiburan tentang kisah cinta romantis yang diangkat oleh penulis. Kisah
cinta yang ada dalam karya berikut mungkin terdengar klise namun memiliki sudut
pandang yang jelas berbeda dari karya lain.
Ditulis dengan bahasa lugas yang apa adanya, cerpen berikut
memiliki sisi unik dan kisah yang cukup menarik untuk diikuti. Seperti apa ya
kira-kira kisah cintanya, apakah benar – benar romantis atau justru
membosankan? Yuk kita baca saja bagaimana kisah selengkapnya.
Tak Harus Ganteng
Contoh Cerita tentang Motivasi Hidup
Aku masih terduduk lesuh di bangku taman. Pandanganku masih
tertuju lekat pada punggungnya. Dia terus berjalan tanpa sekalipun menoleh ke
arahku. Entah sudah berapa kali aku kehilangan seorang kekasih.
Kali perpisahan ku kali ini terasa begitu menyakitkan. Dia
pergi meninggalkanku hanya karena ada orang ketiga dalam hubungan kami. Dan
sialnya lagi orang ketiga itu jauh lebih ganteng dari aku.
Sialan! Seandainya saja aku terlahir di dunia sebagai pria
ganteng, mungkin aku tidak akan ditinggalkan seperti ini oleh kekasihku. Dan
jika aku terlahir sebagai pria ganteng, mungkin aku akan lebih mudah
mendapatkan kekasih baru.
Bahkan mungkin aku bisa memilih yang paling cantik dari yang
tercantik untuk kujadikan sebagai kekasih. Tapi kenyataannya aku bukanlah pria
ganteng. Aku terlahir dengan wajah yang bi.asa-biasa saja.
Karena wajahku yang biasa-biasa saja ini, aku tak bisa
mengelak dari sakitnya ditinggal sang kekasih. Beginilah nasibku, setelah
berjuang mati-matian untuk mendapatkan wanita yang ku inginkan, wanita itu
hanya akan berlalu meninggalkanku tanpa memikirkan betapa sakitnya aku.
Setelah dia pergi, kini aku akan mendapatkan kesulitan baru
karena sudah pasti akan butuh waktu lama untuk mendapatkan penggantinya.
Semakin lama punggungnya semakin jauh dari pandanganku. Aku
tidak mau berlarut-larut dalam kegalauan. Akhirnya aku putuskan untuk beranjak
dari bangku taman ini. Satu-satunya obat yang manjur ketika aku sedang galau
begini adalah Annisa.
Yaah, dia adalah sahabatku sejak kecil. Selain karena
rumahnya yang berdekatan denganku, berada dalam satu sekolah yang sama
dengannya juga membuat hubungan persahabatan kami semakin erat.
Dia lah pelipur lara terbaik dalam hidupku. Saat aku
kehilangan kekasih dan galau, dialah orang yang paling mengerti aku. Dan
sekarang aku berjalan menuju rumahnya.
Sesampainya di rumah Annisa, aku langsung masuk dengan
tampang lesuh. Dan seperti biasanya, dia akan menertawakanku karena aku kembali
galau dihadapannya.
“Ahaha.. abis diputusin lagi lo ya?” Ucapnya yang kini
sedang duduk di hadapanku.
“Jangan ketawa loe Nis lah, tau temen lagi galau palah di
ketawain.” Gerutu ku padanya.
“Haha iya deh iya. Ya lagian lo aneh si, nyari cewek
asal-asalan. Makanya kayak gini mulu nasib lo.”
“Yaa lo tau sendiri nis nasib orang jelek. Kalo gue nyari
yang cantik kayak elo kapan gue dapet ceweknya.”
“Hahah lo pengen nyari yang cantik?”
“Iya lah, tapi gue sadar diri. Mana ada cewe cantik yang mau
sama gue.”
“Em… sebenernya ngga harus jadi ganteng si buat bisa dapetin cewe cantik.”
Ucapnya padaku. Sepertinya kali ini dia sudah mulai berbicara serius.
“Halaaah, itu mah cuma kata-kata penghibur aja buat orang
jelek. Palingan aja yang bikin kata-kata itu juga cowok jelek.”
“Diiih, sok tau lo.”
“Ya emang faktanya gitu kok. Liat nih gue. Cowok paling
jelek di komplek ini. Segala macem jenis penolakan dari cewek udah pernah gue
terima. Mulai dari lagi ngga mau pacaran lah. Masih belum bisa nyaman lah.
Sampai yang terang-terang an bilang ngga mau jadi cewe gue karena gue jelek.”
Gerutuku padanya.
“Bhahaha. Sedih banget si nasib lo.” Ucap Annisa. Dia
tertawa keras mendengarkan ceritaku. Selalu seperti ini setiap aku berdua
dengannya. Aku selalu bisa mengeluarkan segala keresahanku. Meskipun pada
akhirnya dia juga selalu menertawakan nasibku yang malang.
“Cukup jadi diri lo sendiri aja ndre, lo pasti bisa dapetin
cewe cantik kayak gue ini, gue yakin kok.” Ucapnya lagi dengan
mengedip-ngedipkan satu matanya.
“Jijik!” Ucapku sedikit berteriak.
“Bhahahaha” Dia palah tertawa lebar mendengar umpatanku.
Tanpa terasa sudah cukup lama aku duduk bersama dengan
Annisa. Entah kenapa selalu seperti ini.
Aku selalu merasa betah dengannya. Meskipun terkadang dia sangat menjengkelkan,
tapi aku tau, dia adalah sahabat yang baik.
“Gue balik dulu ya, udah sore ini.” Ucapku padanya.
“Iya. Eh ntar malem lo ngga ada acara berarti kan ya?”
“Iya, kenapa emang?”
“Jalan-jalan yok. Buat ngerayain kegalauan lo. Hahah.”
“Njirr!!!”
“Ahahaha.” Aku langsung keluar dari rumahnya tanpa mengucap
salam. Aku juga tidak berjalan keluar lewat gerbang rumahnya. Aku hanya
melompati pagar yang menjadi pembatas antara rumahku dengan rumahnya. Dan ini
adalah cara yang selalu aku lakukan tiap kali main kerumahnya.
***
Aku duduk sendiri di teras rumahku. Meratapi nasib cinta
yang tak kunjung indah. Sejenak perkataan Annisa tadi sore masuk kedalam
pikiranku. Kalau dipikir-pikir lagi memang ada benarnya juga.
Selama ini aku berusaha menjadi orang lain untuk bisa
mendapatkan wanita yang ku inginkan. Aku selalu berusaha untuk bisa menjadi
ganteng tanpa pernah mau berdamai dengan tampangku yang biasa-biasa saja.
Sepertinya kali ini aku akan menggunakan masukan dari teman gila ku itu.
“Oey!!! Ngelamun mulu lo. Ngga takut kesambet apa?!” Ucap
seorang gadis mengagetkanku. Seperti biasa dia hanya menggunakan celana jeans
dan juga kaos biasa. Sepertinya dia kesini dengan melompati pagar karena aku
tidak tau kapan dia datang dan berdiri disampingku.
“Apaan sih loe. Reseh banget deh.” Gerutu ku padanya.
“Haha gue kesini mau ngehibur elo. Gue tau pasti loe galau
berat kan?” Ucapnya padaku.
“Nih gue bawain snack enak banget ini.” Ucapnya lagi sembari
menyodorkan makanan untukku.
“Kali ini gue setuju sama loe Nis?” Ucapku datar sembari
mengambil snack pemberiannya.
“Maksud loe?” tanyanya keheranan.
“Gue bakal jadi diri gue sendiri!” Ucapku serius padanya.
Dia hanya tersenyum sembari mengacungkan jempolnya tanda setuju. Dan tak bisa
ku pungkiri, senyumnya memang sangat manis.
“Tapi apa ada cewek yang mau ya sama cowok kayak gue?”
ucapku kembali datar.
“Ya adalah.” Ucapnya dengan mulut yang masih penuh dengan
makanan.
“Siapa?” tanyaku singkat.
“Gue.”
“Maksud loe?”
“Ish… enggak peka?!” ucapnya lagi. Lalu wajahnya tiba-tiba
berubah menjadi aneh.
“Ya maksud loe apaan? Ngomong dong? Loe suka sama gue?”
“Kalo iya emang loe mau nembak gue?”
“Kenapa engga?” ucapku sembari melirik ke arahnya. Kulihat
senyum mengambang di wajahnya.
“Yaudah buruan dong bilang sayang. Keburu berubah pikiran
ini.”
“Gue sayang sama loe Annisa!!!” ucapku yang kini sudah memeluknya.
Entah bagaimana ini semua bisa terjadi aku juga tidak tahu.
Semuanya terasa begitu singkat. Berbeda sekali dengan proses jadianku dengan
wanita-wanita lain. Tidak ku sangka gadis secantik Annisa mau menjadi pacarku.
Sebelumnya memang aku sudah menyukainya, tapi mengingat
hubungan persahabatan kami, aku merasa takut untuk mengungkapkannya, aku takut
dia akan menjauhiku.
Terlebih mengingat betapa indah dirinya. Dia tampak seperti
berlian yang tak mungkin ku miliki. Tapi pada akhirnya, aku berhasil menjadi
pacarnya. Dan ini semua hanya karena aku mau menjadi diriku sendiri.
Sebuah fakta baru bahwa memang benar tidak harus menjadi
ganteng untuk bisa mendapatkan wanita cantik.
---oOo---