Majunya zaman bisa membuat sebagian merasa tidak nyaman. Itu mungkin yang ingin digambarkan dalam cerita kehidupan yang akan kita baca kali ini. Keadaan yang sulit untuk dihadapi. Pokoknya bisa dijadikan nasehat hidup ya.
Ya, meski sederhana dan mungkin tidak begitu bagus tetapi mudah-mudahan kisah cerpen kali ini juga bisa dijadikan bahan pembelajaran untuk kita semua ya. Terutama untuk rekan remaja yang masih harus belajar banyak.
Galau di Kemajuan Zaman
Cerita tentang Kehidupan yang Sulit
Dewasa ini, zaman berkembang dengan begitu pesat. Laksana aliran sungai yang tak terbendung, pemikiran manusia dan teknologi terus berkembang tak terbendung. Bermula dari pemikiran kritis para Ilmuwan hebat dan juga para penemu baru, teknologi seolah tak akan pernah berhenti berkembang.
Berbagai penelitian dan uji coba dilakukan oleh mereka hanya
untuk satu tujuan. Yakni mempermudah manusia menjalani kehidupan. Dan tanpa
disadari perkembangan teknologi yang semakin pesat ternyata memberikan imbas negatif
yang tak sedikit jumlahnya pada kehidupan manusia.
Tak pernah dipungkiri memang kemajuan teknologi benar-benar
membantu segala aspek kehidupan manusia, tapi tanpa disadari juga kemajuan
teknologi ternyata tak hanya memberikan dampak positip.
Penderita obesitas yang meningkat, timbulnya berbagai macam
penyakit baru, juga munculnya jenis berbagai macam pencemaran. Tanpa disadari
sudah sangat banyak tugas manusia yang telah di ambil alih oleh teknologi itu
sendiri.
Mulai dari mengabil air di sumur, memasak, bahkan sampai
berfikir. Kini manusia lebih suka menggunakan kalkulator atau alat hitung
lainnya dari pada otaknya. Dan itu tentu akan berdampak besar bagi petumbuhan
otaknya.
Manusia juga jadi jarang bergerak dan berolahraga karena
mereka lebih asik duduk di dalam mobil. Sudah tak ada lagi orang yang mau
menimba air di sumur karena tugas itu sudah di lakukan oleh mesin. Ini lah
kehidupan dunia dengan segala realitasnya.
Kadang aku berfikir bagaimana caranya manusia bisa terus
berkembang menjadi lebih baik lagi jika manusia sudah malas menggunakan
otaknya. Mungkin otak manusia akan segera mati karena fungsinya sudah di
gantikan oleh komputer.
Kala itu aku sedang berjalan-jalan bersama dengan Andi-teman
lamaku- menuju sungai di kampungku. Tujuan kami adalah untuk reuni sekaligus
refreshing dan mengenang indahnya masa kecil kami.
Mandi di sungai, bermain lumpur, menangkap ikan, dan masih
banyak lagi. Dulu kondisi sungai masih sangat lestari. Air masih jernih dan
ikan masih sangat banyak. Tapi sekarang, kondisi air sudah sangat
memperihatinkan.
Warnanya begitu keruh dan tampak ada banyak limbah yang
berserakan di pinggir sungai. Hatiku terasa seperti teriris ketika melihat
kondisi sungai ini. Masa lalu ku seakan telah terhapus dengan berubahnya
kondisi sungai yang semakin gila.
Bagaimana ikan-ikan bisa hidup jika kondisi air sudah sangat
kacacu seperti ini. Bagaimana sungai bisa sebermanfaat dulu kalau kondisinya
saja begini.
“Parah ya sungai kita sekarang.” Ucap Andi sembari menatap
lekat kea rah air sungai yang begitu keruh. Kini aku dan Andi duduk di samping
sungai sembari membayangkan indahnya masa lalu kami.
“Iya ndi, semua limbah pabrik sawit di buangnya kesini.”
Jawabku menanggapi.
“Menurut lo gimana? Mendingan pabrik sawit it uterus ada
atau pabrik sawit itu di tutup aja biar sungai ini sehat lagi.” Ucap Andi. Aku
hanya terdiam. Mencoba berfikir sembari memilah-milah kata apa yang pas untuk
ku lontarkan pada Andi.
“Gue bingung ndi.” Akhirnya mulutku berucap setelah beberapa
saat diam.
“Kenapa bingung?” Tanya Andi lagi.
“Desa kita butuh adanya pabrik itu untuk menunjang kondisi
ekonomi, tapi disisi lain adanya pabrik sawit juga sudah membuat alam di desa
ini kacau. Aku tidak tau mana yang harus ku pilih. Hidup sejahtera di tengah
rusaknya alam, atau hidup miskin ditengah alam kaya raya dan sehat. Aku galau”
Ucapku sedikit serius.
Andi tersenyum sembari memandangiku. Entah apa yang di
pikirkannya. Mungkin di pikirannya aku sudah sedikit gila.
“Kenapa kamu tidak memilih untuk hidup sejahtera di tengah
alam yang sehat?” tanya nya lagi.
“Kalau aku punya pilihan itu tentu saja aku akan memilih
itu. Bahkan orang bodoh yang tidak pernah sekolah pun juga akan memilih itu.”
“Kita lah yang membuat pilihan, dan kita juga lah yang akan
menentukan pilihan mana yang kita pilih. Bukan orang lain. Jadi jangan pernah
menyerah dengan keyakinan atas pilihanmu.” Ucapnya sambil tersenyum lalu
beranjak pergi meninggalkanku yang sedang terduduk di pinggir sungai yang kumuh
ini.
“Kamu mau kemana?” Ucapku menengok ke arahnya dengan sedikit
berteriak.
“Mau jalan-jalan lagi. Masih ada banyak hal yang lebih indah
untuk di lihat selain sungai kotor itu.” Ucapnya berteriak. Aku tersenyum. Lalu
aku beranjak menyusulnya.
Hidup memang sulit. Kemajuan zaman memberikan kita sebuah
kesejahteraan dengan meminta rusaknya alam sebagai imbalannya. Sedangkan
indahnya alam hanya menawarkan kita sebuah pemandangan yang manis tanpa ada
kesejahteraan di dalamnya.
Mungkin ada benarnya juga ucapan Andi bahwa keduanya bisa
berjalan beriringan. Dan aku juga akan berusaha mempercayai hal itu meskipun
sulit. Yaah, hidup hanyalah masalah pilihan. Saat kau tidak bisa memilih
options A atau options B, jangan menyerah. Kau masih bisa membuat options C
lalu memilihnya.
---oOo---