Kalau kita mau menelisik, banyak sekali sebenarnya kisah atau kejadian menarik yang bisa diangkat menjadi sebuah karya cerpen. Misalnya, cerita - cerita kehidupan remaja yang penuh dengan liku. Kisah perjuangannya, kisah pengorbanannya. Pokoknya banyak yang bisa diangkat jadi bahan.
Untuk kali ini, yang akan kita nikmati adalah kisah yang terinspirasi dari kehidupan. Ada pesan moralnya, ada motivasinya dan tentunya cukup menarik untuk dijadikan bahan hiburan. Yuk, disimak langsung cerita kali ini.
Dunia Yang Tak Indah Lagi
Cerita Cerpen Singkat tentang Kehidupan
Hari ini adalah kali kelima aku melamar pekerjaan. Dan hasilnya pun tak jauh berbeda dengan sebelumnya. Ditolak ditolak dan selalu ditolak. Kadang aku ingin menyerah mencari pekerjaan dan memulai usaha sendiri saja.
Mengikuti jejak orang-orang sukses yang kini sudah mengisi
seminar-seminar sukses dan seminar-seminar pengusaha. Tapi aku sama sekali
tidak punya banyak modal untuk membuka usaha sendiri.
Jangankan untuk membuka usaha, untuk makan sehari-hari saja
aku hanya memanfaatkan kiriman dari orang tua di kampung. Kasihan sekali orang
tuaku, bekerja keras untuk menyekolahkan ku, tapi akhirnya aku hanya menjadi
pecundang rendahan di sudut kota ini.
Sebenarnya aku juga malu karena harus selalu mengandalkan
orang tua. Tapi, tentu aku akan lebih malu jika harus pulang kampung dengan
tangan kosong.
Pulang hanya dengan membawa gelar sarjanah, lalu menjadi
pengangguran di kampung karena tidak ada yang bisa aku lakukan disana. Miris
sekali. Jika aku pulang sekarang, bukan hanya aku yang akan malu.
Orang tua dan saudara-saudaraku juga pasti akan merasakan
hal yang sama karena aku sama sekali tidak memiliki penghasilan. Kepulanganku
juga pasti akan mengarahkan cara pandang orang-orang terhadap pendidikan.
Mereka pasti berfikir kalau pendidikan itu tidak penting.
Mengeluarkan uang banyak hanya untuk sebuah ilmu adalah hal yang salah. Itu lah
yang akan di pikirkan oleh orang-orang kampung jika aku pulang.
Ah… rasanya benar-benar sulit. Apa memang semua fresh-graduate
pasti mengalami hal yang sama dengan ku saat ini? Atau hanya aku lah fresh-graduate
yang mengalami hal sulit seperti ini? Pikiran ku benar-benar kacau sekarang.
Aku masuk ke dalam kamar kost ku yang kecil dan lumayan
berantakan. Ku buka beberapa kancing kemejaku dan ku rebahkan tubuhku di atas
kasur. Lelah sekali rasanya seharian melamar kerja kesana kemari.
Kelelahanku terasa semakin lelah mengingat kerja keras ku
ini tidak membuahuahkan hasil. Jika aku berfikir lagi, apa yang sudah aku alami
selama empat tahun terakhir ini sangatlah menyenangkan.
Kuliah di kampus yang keren dan memiliki banyak teman.
Berangkat ke kampus, belajar, berteman, lalu pulang bersama pacar. Aah,
indahnya dunia ku beberapa tahun lalu.
Tapi kini, apa yang bisa aku lakukan. Bangun tidur tidak ada
lagi yang harus aku kerjakan. Pergi ke kampus juga aku tidak tau apa yang mau
aku lakukan disana. Status ku yang sudah bukan mahasiswa lagi benar-benar
membuat hidupku berubah seratus delapan puluh derajat.
“kriiing… kriing.. kriing..” Handphone ku berbunyi keras
menandakan ada panggilan masuk. Menyadarkan diriku yang sudah tenggelam dalam
lamunan tak jelasku. Aku berharap telpon ini datang dari salah satu perusahaan
yang memintaku bekerja disana.
Atau setidaknya dari seorang teman yang akan menawari ku
pekerjaan. Tapi begitu menatap layar ponselku, bukanlah nama perusahaan atau
nama teman yang ada disana. Melainkan nama seorang gadis yang selama ini
kuanggap sebagai kekasih ku.
Oh Tuhan… bukan ini yang aku butuhkan sekarang. Dia pasti
akan meminta ku mengajaknya berjalan-jalan atau menyuruhku datang ke rumahnya.
Apa tidak bisa dia tidak mengganggu ku sebentar saja. Dengan berat hati
akhirnya aku menekan tombol hijau untuk menjawab telpon darinya.
“Haloo sayaang.” Ucapku pada seseorang di ujung sana.
“iya halo.. kamu kemana aja si?! Udah seharian ini ngga
ngubungin aku?! Ditelpon ngga diangkat, di sms engga bales mau kamu itu apa?!
!@$%$#@$@#%” Ucapnya begitu cepat. Kepalaku terasa begitu pusing mendengar
celotehan dan umpatannya.
Ditengah kelelahanku, dia datang bukan untuk menghibur tapi
justru malah menambah semuanya terasa semakin berat dan melelahkan.
“Iya sayaang.. maaf ya sayaang.. seharian ini aku sibuk
ngelamar kerja, jadi ngga sempet ngubungin kamu.” Ucapku berusaha menahan
emosi.
“Alaaaaaaah, alesan?! Kamu dimana sekarang?! Aku mau kekosan kamu!.” “tut…..tut…tut..”
ucapnya langsung memutuskan telpon tanpa meminta persetujuanku.
Menyebalkan sekali rasanya. Dia pasti akan datang kekosanku
dan segera memarahiku dengan ribuan kata-katanya. Di dalam kemarahannya pasti
akan ada ceramah-ceramah yang tidak penting untukku sekarang.
Mulai dari menceramahiku karena kamarku yang berantakan
sampai menceramahi ku gara-gara aku tak kunjung mendapat pekerjaan. Aah.. aku sudah
terlalu lelah untuk dunia ini. Kemana perginya dunia ku yang indah beberapa
tahun lalu. Apa memang ini kehidupan yang sebenarnya. Begitu melelahkan dan
menyesakkan.
“Tok.. tok… tok…” Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.
Sudah bisa kutebak siapa yang mengetuk pintu. Pasti dia adalah gadis bawel yang
selama ini ku sebut sebagai kekasih.
Dengan lemas aku pun beranjak dari kasur dan segera
membukakan pintu untuknya. Dan benar saja, tak ada orang lain disana selain
gadis bawel yang sangat aku cintai.
Aku berusaha memberikan senyum manisku meskipun aku tahu
wajahku yang kelelahan pasti hanya akan menghasilkan senyum pahit. Tapi betapa
terkejutnya aku ketika tiba-tiba gadis bawel ini memelukku.
Lebih parahnya lagi dia menangis dalam pelukanku. Aku
berusaha untuk menenangkannya tapi tangisnya justru berubah semakin keras.
Sialan! Bisa-bisa tetangga kostku akan menuduh yang tidak-tidak padaku.
“Kamu kenapa sayang… kok nangis?” Ucapku berusaha
menenangkannya sambil mengelus rambutnya. Tapi bukannya semakin tenang,
tangisnya malah terdengar semakin keras. Dia mengeratkan pelukannya seperti
orang yang sedang ketakutan.
“Jangan pergi… jangan tinggalin aku….” Ucapnya terisak.
“Iya iya sayaang.. aku ngga pergi kok. Aku disini kok. Udah
ya jangan nangis lagi ya..” Ucapku terus berusaha menenangkannya.
Kini tangisnya sudah mulai mereda dan aku mempersilakannya
untuk masuk ke kamarku yang berantakan. Beruntung dia tidak memberikan ceramah
murahannya terhadap kamarku yang kacau ini.
“Kamu kemana aja si? Kok sekarang jarang ngubungin aku?
Jarang ngajak jalan, terus ngga pernah mau main kerumah lagi.” Ucapnya padaku
pelan.
“Iya iya maaf ya sayang.. aku lagi sibuk banget akhir-akhir
ini. Aku udah bukan mahasiswa lagi dan aku harus cepet-cepet dapet kerjaan.” Ucapku
padanya mencoba menjelaskan.
Tapi bukannya menocab mendengar dan menelaah penjelasan ku,
Tiba-tiba dia malah memelukku lagi. Kali ini pelukannya tidak seekstrim tadi,
tapi masih ada rasa takut dalam pelukannya ini.
“Sesibuk apa pun kamu jangan pernah lupain aku ya.” Ucapnya
pelan. Aku hanya terdiam. Dia memang benar-benar aneh hari ini. Ku balas
pelukannya dan sesekali mengelus rambutnya yang wangi.
“Aku sayang kamu” Ucapnya lagi.
“Iya, aku juga sayang kamu.” Ucapku pelan tanpa melepaskan
pelukannya. Haah.. seketika aku merasa nyaman. Dunia memang terasa begitu berat
dan tak indah lagi.
Tapi aku tetap bersyukur karena aku masih memiliki orang
yang menyangiku. Satu hal yang aku pelajari hari ini. Terkadang kita memang
merasa lelah dan lemah karena terus di pecundangi oleh dunia.
Tapi janganlah pernah menyerah. Lihatlah kearah lain saat dunia tak menatap
kearahmu. Karena di arah lain kau akan menemukan banyak keindahan lain yang
bisa membuatmu bahagia.
---oOo---