Titipkan Salam Pada Pelangi

Cerita cinta remaja akan menjadi satu tema yang selalu menarik untuk dikuliti, untuk dibaca apalagi saat santai di sore hari. Nah, kali ini kita akan membawakan sebuah cerpen singkat berjudul "titipkan salam pada pelangi". Cerita ini dikemas dengan sangat sederhana dan sangat cocok untuk bahan belajar menulis.


Bahasanya sederhana, alurnya pun tidak terlalu kompleks sehingga cocok menjadi bahan bacaan saat santai. Selain itu, membaca cerita seperti ini juga akan berpengaruh baik pada proses pembelajaran kita dalam menulis. Seperti apa kisahnya, yuk disimak langsung!

Titipkan Salam pada Pelangi
Cerita Cinta Remaja

Suara riuh ayam sudah terdengar di pelosok desa. Suara tersebut bahkan membangunkan orang sekampung untuk memulai aktivitasnya masing masing. Termaksud juga saya… Sok sibuk? Hehehe.

Sebelumnya perkenalkan namaku Yulia Rahawati biasa di panggil Lia, aku sekolah di SMA NEGERI 01 di daerahku. Sekolah ini sekolah ternama dan favorit. Tidak sembarang orang bisa masuk kesekolah ini. Hanya orang orang pilihanlah yang bisa masuk sekolah ini.

Uets… orang orang pilihan, dan aku salah satu orang yang terpilih itu dong. Hehehe, maaf sedikit sombong.

Matahari belum juga menampakan dirinya, atau mungkin dia malu dengan paras ayu ku? Apa mungkin seperti itu. Dan hari ini aku berangkat ke sekolah lebih awal. Kenapa lebih awal?

Yak ...! Tepat sekali pikiranmu karena hari ini aku ada tugas yaitu jadwal piketku dan beberapa temanku. Karena saya datangnya duluan jadi saya, memutuskan untuk membersihkan ruangan kelas terlebih dahulu sambil menunggu yang lain datang.

Lalu aku mengambil sapu untuk menyapu dan memulai menyapu dari sudut kelas dahulu. Disaat saya sedang menyapu terdengar langkah kaki dan suara menuju arah ku suara yang tidak jelas dan suasana pagi hari yang masih sedikit gelap itu memuat pikirku entah kemana, melayang jauh ke angkasa.

Aku mencoba menenangkan diriku dan mencoba menghiraukannya dengan tetap melanjutkan menyapunya.

Tak lama kemudian terlihat sosok bayangan hitam lewat pintu dan aku mencarinya tapi tidak ada siapa siapa. Mungkin ini hanya pikiranku saja dan aku kembali meneruskan menyapunya. Lalu terdengar suara.

“Sendirian saja yang lain mana?” Aku menolehkan pandanganku kearah suara itu, dan melihat Ardi teman sekelas yang paling hits disekolah yang dikagumi banyak cewek - cewek itu.

“Mungkin masih dijalan kali”, ujarku.
“Boleh aku bantu” jawabnya?
“Tapi hari ini kan bukan jadwal piketmu?”
“Tidak papa. Aku kasihan denganmu yang membersihkan kelas ini sendirian”
“Ini kan sudah tugasku” jawabku!
“Tidak papa!”

Diapun lalu membantuku. Dan sambil berbincang bincang. Lalu mataharipun menampakan dirinya. Sinarnya sudah terlihat menembus lewat kaca jendela kelas. Anak - anak mulai berdatangan  satu persatu. Suara riuh anak anak yang asik ngobrol menambah kesan kelas menjadi tambah hidup.

Aku hanya termenung sendirian sambil menyiapkan alat tulis dan buku untuk pelajaran hari ini.

“Kamu membersihkan kelas ini sama siapa?”  Tanya Sari teman sekelas yang duduk tepat disampingku”. Aku malu untuk mengatakanya, pikirku !  Lalu dengan ragu aku pun mengatakanya.

“Ardi yang membantuku”
“Kenapa hari ini kamu datagnya telat hari ini kan juga jadwal piketmu”,  kataku?
“Ada urusan memdadak tadi pagi yang membuatku tidak bisa membantumu dan datang lebih awal”

Ah... alasan saja kaya biasanya saya tidak tahu) pikirku. Tiba tiba bu indra datang dan memotong percakapan kami.

“Selamat pagi anak anak...!”
“Siapa yang piket hari ini..!” Tanya bu indra dengan wajah serius dan di segani murid muridnya itu!

Dengan perasan takut aku mengulurkan tanganku keatas (apa bu indra akan memerahiku? Tapi apa kesalahanku kali ini?) pikirku. Lalu sari dan beberapa taman yang lain yang piket hari ini mengulurkan tangannya.

“Saya bu…!” Jawabku serentak dengan Sari.
“Kenapa sampahnya belum juga di buang…!” Kata bu indra dengan wajah seramya.
“Cepetan buang sekarang”.

Aku lupa membuangnya. Tidak biasanya kali ini aku lupa membuang sampah sampai dimarahi bu indra. Tiba tiba dari sudut bangku pojok agak ketengah Ardi mengatakan.

“Biarkan saya dengan Lia bu yang membuangnya”
“Ya sudah cepat..”

Lalu bergegas dan mengambil  sepatu dari rak sepatu, “Cepetan Di.. !  pakai sepatunya aku tidak mau ketinggalan pelajaran bu indra hari ini…!”

Lalu aku dan ardi pun membuang sampah di belakang, aku mengangkat sebelah kiri dan ardi sebelah kanan mengangkatnya bersama sama.

“Kenapa kamu mau membuang sampah denganku?” Tanyaku “Inikan bukan giliranmu?”

Ardipun membalasnya hanya dengan sedikit senyuman. “Kenapa kamu tersenyum  itu bukan jawaban yang aku inginkan”.

Sebelum menjawab kami sampai di kelas dan segera masuk karena aku tidak ingin kena omelan bu indra. Dan waktu pun berlalu sampai jam sekolah berakhir tapi aku tetap saja kepikiran tentang senyuman Ardi tadi pagi saat membuang sampah itu. Oh tuhan apa arti senyuman itu, tolong titipkan salamku padanya.

---oOo---

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top