Secuil Kue Cupcake - Contoh Cerpen Cinta Romantis

Yuk, siapa yang sedang mencari cerita - cerita bertema remaja yang mengangkat masalah cinta? Nah, untuk kesempatan kali ini kita akan membahas sebuah cerpen cinta romantis yang sangat cocok untuk bahan bacaan rekan - rekan remaja semua. Tapi, untuk hiburan dan pembelajaran ya. Untuk belajar menulis. 


Ceritanya bagus kok, sederhana dan mudah dicerna. Dan yang terpenting, bahasa yang digunakan sangat sederhana dan mudah diikuti. Bukan bahasa tingkat tinggi. Dari pada menghabiskan waktu luang dengan hal yang tidak bermanfaat, lebih baik santai membaca cerpen.

Cupcake Sari Rasa
Contoh Cerpen Cinta Romantis 

Satu dari sekian banyak makanan yang begitu ku sukai. Letak kedainya yang begitu strategis membuatku merasa betah berlama-lama duduk disana.

Kala aku duduk di sana, aku bisa melihat beberapa orang melintas melewati sebuah persimpangan. Aku bisa melihat beberapa orang yang kebingungan mencari arah. Antara ke kanan atau ke kiri.

Akankah terus maju atau kembali. Kala aku melihat beberapa orang yang sedang kebingungan dipersimpangan jalan itu, ingin sekali rasanya aku mencegah mereka. Memberikan saran agar mereka singgah sejenak di kedai Cupcake Sari Rasa.

Merasakan lembutnya adonan kue yang begitu nikmat. Kue yang dibalut dengan sedikit selai yang lezat. Lalu, cinta serta kasih yang tersirat di dalam cupcakenya. Mengembalikan mood yang hilang. Lalu memberikan sebuah gairah yang begitu mendalam. Aroma cupcake nya seperti memberikan suntikan semangat yang begitu besar. Membuat setiap orang yang melumatnya ingin segera terbang kea lam mimpi.

Menemukan kembali mimpi-mimpi yang hilang. Merangkainya kembali seperti sedia kala. Lalu saat cupcake itu habis terlumat, si penikmat akan segera tersadar. Dan segera bersiap mewujudkan mimpinya.

Itu lah Cupcake Sari Rasa. Seperti ada kekuatan magis didalamnya. Seperti ada sesuatu semacam candu yang membuatku tergila-gila pada rasanya.

Kalau saja aku bisa memilih, aku akan memilih untuk lahir sebagai anak si pemilik kedai. Atau setidaknya terlahir sebagai suami si pemilik kedai. Karena dengan begitu aku bisa menikmati cupcake lezat itu setiap hari.


“Mbak, cupcake nya satu potong ya?” ucap seorang gadis yang kini berjalan kearahku. Aku sama sekali tidak mengenalnya. Dia juga sepertinya jarang datang ke kedai ini. tapi, kenapa dia berjalan kearahku? Apa dia mengenalku? Atau memang ini hanya kebetulan?

Aku menoleh kearah samping dan belakang. Tapi tak kutemukan sosok yang lain. Kurasa hanya aku yang ada disini. Dan ternyata memang benar. Dia memang benar-benar berjalan kearahku. Dan kini tiba-tiba dia sudah duduk didepanku.

“Mas Bara ya?” ucap gadis itu pelan. Aku hanya bisa terdiam tak mengerti. Kupandangi wajah gadis itu. Disetiap inci wajahnya aku bisa merasakan sebuah pesona yang kuat.

Tatapannya begitu teduh, wajahnya tirus dan manis. Dan bibirnya, begitu mungil tapi padat. Kurasa setiap pria yang menatapnya juga pasti akan tergoda.

“Kok bengong si? Mas Bara kan?” Ucapnya lagi berusaha meyakinkan.
“Eng… eh.. I..iya, ada apa ya?”

“Diiih, ngga inget sama aku apa mas?” tanyanya lagi. Inget? Siapa? Kurasa aku belum pernah mengenalnya. Teman kampus? Ah bukan. teman SMA? Ah bukan juga. Teman SMP? Ah mana mungkin.

“Ih kan, malah bengong lagi. Aku Reni mas. Reni.” Ucapnya lagi dengan menunjukan senyum yang lebar. Ada lesung di pipinya. menambah pesona indah diwajahnya semakin menjadi-jadi.

Satu gigi taringnya. Seperti memaksaku untuk terus menatapnya. Tapi, reni? Sepertinya aku mengenalnya. Tunggu dulu, biarkan otakku bekerja lebih keras. Sepertinya aku memang benar-benar mengenalnya.

“Reni?” gumamku pelan. Aku mengerutkan dahiku. Mencoba berfikir keras. Mengorek kembali memori-memori yang ada diotakku. Berharap aku bisa menemukan jawaban yang kuinginkan.

“Masa ngga ing…”ucapannya tiba-tiba berhenti kala pelayan mengantarkan sepotong kue pesanannya.

“Ah, iya makasih mba.” Ucapnya pada sang pelayan. Dia tersenyum lagi. Dan senyum itu benar-benar membuat jantungku berdesir lembut.


“Oooh. Reni? Reni gadis sebelah? Yang dulu sering banget makan cupcake bareng?” Ucapku menebak-nebak. Dia hanya tersenyum lebar seraya menaik turunkan kedua alisnya. Seperti menungguku melanjutkan kembali kata-kataku.

“Reni? Kok kamu udah segede ini si sekarang? Kapan kamu balik kesini? Duuh. Udah cantik banget kamu ya sekarang? Ckckck.”Ucapku lagi sembari sesekali menggeleng-gelengkan kepala tak percaya.

Aku ingat dia sekarang. Dia adalah gadis manis yang dulu sering sekali bermain denganku. Kami berdua jatuh cinta. Jatuh cinta pada rasa dan aroma Cupcake Sari Rasa ini.

Dulu, kami sering sekali membeli cupcake ini bersama. Tak jarang, kami hanya memakan satu potong berdua. Agak risih jika aku mengingatnya kembali. Tapi sekarang, aku sedikit tak percaya. Reni yang dulu kecil dan ingusan kini sudah berubah menjadi sosok kupu-kupu yang begitu indah.

“Ahaha nah itu dia. Akhirnya inget juga.” Ucapnya masih dengan senyum yang mengambang jelas diwajahnya.

“Yaiyalah udah gede. Kamu aja udah segede ini geh mas sekarang. Aku balik kemarin. Tadi aku mampir kerumah mas, eh masnya ngga ada. Yaudah deh aku kesini aja. Eh malah ketemu disini.” Lanjutnya masih dengan senyum yang tak luput dari wajahnya.

“Em iya.. iya..” Aku manggut-manggut seraya tersenyum senang. Sungguh aku masih belum bisa percaya. Gadis yang dulu begitu akrab denganku kini sudah berubah jadi sosok yang begitu indah.

***

Sayup-sayup mataku memandangj kesekitar. Kudapati lagi beberapa sosok yang sedang kebingungan dipersimpangan jalan itu. Terjebak dalam kebimbangan mencari arah tujuan. Merasa syak dalam kesanksian yang tak berujung. Sama persis dengan ku yang dulu. Merasakan kebimbangan yang mendalam. 

Bertahun-tahun tak kunjung kutemukan arah tujuan hidup. Tapi kini, semuanya sudah berubah. Sepotong cupcake itu telah sedikit merubah hidupku. Pertemuanku dengan Reni beberapa bulan yang lalu seperti telah  merubah semuanya.

Reni telah menyadarkanku. Membangunkan mimpi yang telah lama tertidur. Pulas dalam bayangan semu yang sulit dirangkai. Reni masuk kedalam hidupku dan merubah segalanya.

Mimpi yang dulu begitu semu kini tampak lebih nyata karenanya. Dengan sepotong cupcake yang ia berikan, aku langsung bisa berubah dalam seketika. Rasa bimbang dan sanksi yang menyelimuti hidupku kini telah berlalu. Sirna terhapus oleh indah pesonanya. Dia dan secuil kue cupcake telah membangunkanku dari mimpi panjangku. Dan kini langkahku terasa lebih ringan karenanya.

“Mas Bara, ini diminum dulu coklat panasnya.” Ucap gadis manis yang kini telah menjadi istriku. Dia adalah sosok gadis yang dulu sangat akrab denganku. Lalu dia menghilang untuk beberapa tahun.

Kini dia kembali padaku. Membangunkanku dari mimpi yang panjang. Memberikanku sebuah cita dan cinta yang indah. Dia lah Reniku yang sekarang. Reni yang begitu kucintai. Kupuja dan akan selalu kujaga. Selamanya, sampai kumenutup mata.

“Duh, kok bengong lagi si mas?. Buruan di minum geh coklat panasnya. Keburu pengunjung rame. Dimakan juga ya ini rotinya. Biar nambah bergairah. Hehe” Ucapnya lembut. Menyadarkanku dari lamunan yang indah.

“Ah, iya sayang makasih ya.” Ku seruput coklat panas itu perlahan. Dan kurasakan cinta di dalam kehangatannya. Terasa panas dibibir. Tapi begitu hangat kala masuk ke tenggorokan.

Aku dan Reni kini adalah pemilik kedai Cupcake Sari Rasa. Dan karena nya, kini setiap hari aku bisa merasakan nikmatnya cupcake ini. secuil cupcake yang ia berikan kala itu benar-benar sempurna. Tiada lagi yang mampu halangi rasaku cintaku padanya. Aku benar-benar bahagia.

---oOo---

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top