Menyakitimu Bukan Niatku

Cerpen Cinta yang Sedih Sekali - Kalau mendengar kata “menyakiti” sudah bisa ditebak pasti itu masalah cinta. Ya, kisah berikut ini memang menggambarkan kisah cinta yang sangat sedih dan mungkin bisa membuat pembaca menangis. Kalau dibaca sekilas tentu saja tidak ada makna tapi lain lagi jika di renungkan.


Dalam kisah cinta, banyak hal yang mungkin bisa terjadi. Patah hati, sakit hati, berpaling, jatuh cinta dengan yang lain, ada banyak kejadian dan semua itu bisa sengaja dan tidak sengaja terjadi. Kalau bicara tentang hati, tidak ada yang tahu akan seperti apa.

Seorang kekasih setia bisa saja jatuh cinta pada orang lain. Seorang sahabat bisa saja mencintai kekasih dari sahabat-nya sendiri. Ya, ada banyak hal yang bisa terjadi dalam sebuah kisah cinta anak manusia. Susah senang, sedih bahagia, semua harus dijalani.

Cerpen berjudul “menyakitimu bukan niatku” berikut ini akan memberikan sebuah kisah yang menyentuh dan mungkin saja berkesan di hati anda. Bisa juga kisah yang diangkat akan membuat anda tertegun, merenung atau sadar akan kesalahan yang pernah dibuat. Bagaimana alur ceritanya, simak berikut!

Menyakitimu Bukan Niatku
Kisah Cinta Sedih Sekali

Di bawah pohon cemara ini. Di atas bangku ini, aku duduk termenung sendirian. Bisingnya suara pengunjung taman yang lalu lalang tidak mampu menandingi bisingnya hatiku saat ini.

Entah siapa yang salah dan siapa yang harus disalahkan. Aku yang terlalu naif mencintaimu. Atau sahabat ku yang juga mencintaimu. Tidak banyak yang aku inginkan darimu saat ini.

Hanya dengan melihatmu bahagia bersamanya aku akan senang. Dan maafkan aku, maafkan aku telah melukis sedikit kenangan indah bersamamu. Maafkan aku telah memberikan ruang kosong dihati ini untukmu.

Kupejamkan kedua mataku. Dan kurasakan sejuknya  angin semilir membelai lembut kulitku. Bayangan itu kembali muncul. Bayangan seorang pria yang begitu aku kagumi. Seorang pria yang sangat aku cintai. Dan seroang pria yang selalu aku hindari.

“Kenapa?” tiba-tiba suara seorang pria mengagetkanku. Tiba-tiba dia sudah berdiri disampingku. Matanya tajam menatap kearahku. Tatapannya begitu dingin. Keteduhan matanya yang dulu selalu kurasakan seperti sudah menghilang dari dirinya.

“Ini hpku yang rusak atau memang kamu yang akan pergi?” Ucapnya lagi. Aku bisa merasakan ada sedikit kemarahan didalam dirinya. Tangannya bergetar ketika dia menyodorkan handphonnya padaku. Aku hanya terdiam tertunduk tak bisa melakukan apa-apa. Bahkan hanya untuk mengatakan maaf pun lidahku terasa keluh.

“Jawab mel jawab.. kenapa?” Ucapnya lagi. Kini dia sudah duduk disampingku. Aku tak bisa bergerak sedikitpun. Tubuhku terasa begitu tegang. Aku seperti seoarang napi yang akan dijatuhi hukuman mati oleh hakim.

Tanpa terasa air mataku menetes membasahi pipi. Aku tak cukup kuat untuk membendung air mata ini. Air mata yang menandakan betapa sedih, takut, dan cintanya aku padanya.

“Kenapa secepat ini kamu mau pulang? Kenapa kamu ngga pernah ndiskusiin ini sama aku? Tak pernah kah kamu anggap aku sebagai sahabatmu?” Ucapnya lagi.

Kini kedua tangannya sudah menempel dipundakku. Mataku terus tertuju kebawah. Aku tak sanggup menatap wajahnya lagi. Meski aku tau dia sedang memandangi ku lekat saat ini.

“Bahkan aku tau kamu akan pergi besok dari Dimas. Kalau kamu selama ini menganggap aku sahabatmu kenapa kamu jadiin aku sebagai orang terakhir di listmu?” Ucapnya datar.

Tanganya terasa begitu dingin dipundakku. Tangannya bergetar seolah tak tahan menahan kenyataan ini. Kehangatan yang dulu ada padanya. Seolah sudah hilang karena ulahku.

“Maaf ndre.. maaf..” Ucapku pelan. Air mataku terus mengalir tanpa bisa ku bendung lagi. Kucoba mengangkat wajahku dan kutatap dirinya. Dia masih tampan seperti dulu.

Tapi sayang, senyum diwajahnya kini sudah menghilang. Aku sangat menyesal karena sudah menghapus senyum indah itu dari wajahnya. Dan kini aku benar-benar merindukan senyum indah itu.

Saat menatap wajahnya, pikiranku melambung jauh kebelakang. Menuju saat-saat dimana aku merasakan kebahagian. Saat-saat dimana aku bisa merasakan tulusnya kasih.

Mungkin juga saat-saat dimana aku merasakan indahnya cinta. Semua berawal ketika Cindy teman satu kostku mengenalkanku pada Andre. Awalnya tak ada yang istimewa dari dia. Semuanya tampak biasa saja. Sampai suatu saat ketika aku melihatnya sedang duduk sendiri di bangku taman ini.

Aku menghampirinya dan kemudian kami menatap senja bersama. Sejak saat itu aku sadar betapa mengagumkannya dirinya. Dia adalah seorang pria tampan dengan sejuta kelembutan.

Dia memiliki lesung pipit yang manis disenyumnya. Aku selalu suka saat dia tersenyum karena saat itu aku bisa melihat lesung pipit yang manis diwajahnya. Dia adalah pria humoris yang begitu hangat. Dia selalu bisa menghiburku disaat apapun.

Bahkan dia juga selalu menyediakan pundaknya saat aku merasa sedih. Sejak pertemuanku dengannya di bangku taman, kami jadi sering bertemu lagi ditempat yang sama.

Kami jadi sering menikmati senja bersama. Saat kami tak bisa menikmati senja karena hujan turun deras. Dia selalu membawa ku ke sebuah kafe tenda di pinggir jalan.

Dia selalu mengajakku menikmati kopi disaat hujan. Dia punya banyak sekali cara untuk membuatku tersenyum, tertawa dan bahagia. Aku selalu suka dengan ceritanya. Aku suka dengan caranya menatap dunia.

Dari dirinya, aku belajar banyak hal. Tak hanya soal cinta dan persahabatan, tapi juga soal hidup dan bagaimana cara untuk hidup. Singkat cerita, aku bahagia bersamanya.

Tapi semuanya berubah seketika saat aku sudah masuk semester akhir. Kesibukanku akan skripsi membuatku menjauh darinya. Ditambah lagi kedatangan Roni pria masa laluku.

Salahku tidak menceritakan semua padanya. Aku tau dia merasa kehilangan dan mencoba mencari ku. Tapi aku tidak mau dia tau semua masalahku. Aku tidak ingin membawanya masuk jauh kedalam setumpuk masalahku.

Meski dia akhirnya tau kalau Roni pria masa laluku datang dan perlahan merusak hidupku lagi. Aku berusaha keras untuk menyelesaikan segalanya sendiri. Dan saat semuanya sudah selesai, Andre sudah sibuk dengan Mira sahabatku.

Aku tahu saat dia datang mencari ku dikosan dan dia tidak menemuiku, Mira selalu ada untuk menggantikanku. Tidak jarang aku melihat Mira dan Andre duduk bersama di kampus atau dikosan.

Yaah, setiap kali aku melihat Mira, aku selalu teringat akan diriku yang bahagia bersama Andre. Kami sama persis. Sakit hatiku semakin terasa ketika Mira bercerita padaku kalau dia mencintai Andre.

Hidupku terasa hancur, tak ada lagi harapan bagiku untuk bersama Andre. Saat semuanya sudah selesai dan aku sudah diwisuda, aku langsung memutuskan untuk kembali ke kotaku tanpa sepengetahuan Andre.

Aku hanya memberitahu Cindy  dan beberapa teman yang lainnya. Dan Andre tahu kepergianku ini dari Dimas- pacar Cindy.

“Kamu engga pernah berubah Mel, kamu terlalu sibuk dengan urusan kamu sendiri. Kamu ngga pernah sedetikpun biarin aku masuk kedalam kehidupan kamu.” Ucap Andre yang masih duduk dihadapanku. Tatapannya masih setajam saat pertama dia datang menemuiku.

“Maaf.. ndre..maaf.” Hanya kata itu yang terus terucap dari bibirku. Yang disertai dengan air mata yang tak kunjung berhenti.

“Kenapa kamu ngga pernah biarin aku ambil bagian dalam kehidupan kamu? Kenapa kamu biarin aku cuma jadi penonton dan pendengar di cerita sukses kamu? Tak sadarkah kamu aku juga ingin jadi pemeran di cerita sukses kamu. Kamu ngga pernah berubah mel. Maaf udah ngganggu hidup kamu. Sekarang aku akan berusaha rela melihat kamu pergi dari kehidupanku. Aku harap kamu bisa bahagia dengan kehidupan kamu. Dan saat kita ketemu lagi suatu saat nanti, aku harap kamu udah berubah dan kamu bakal narik aku masuk kedalam kehidupan kamu. Selamat tinggal. Terimakasih Amel…”, ucapnya panjang lebar.

Setiap kata yang keluar dari mulutnya laksana silet tajam yang mengiris dan menyayat hatiku. Dia beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan menjauhiku tanpa menoleh sedikit pun kearahku.

“Andre..” ucapku sedikit berteriak. Tapi dia tetap tidak menoleh kearahku. Dia tetap menatap lurus ke depan. Entah apa yang ada dipikirannya. Seandainya kamu tau Andre, aku sangat mencintaimu.

Tak ada sedikitpun niatku untuk menyakitimu, apalagi sampai meninggalkanmu. Maafkan aku yang sedikit egois karena tak pernah membiarkanmu masuk kedalam hidupku.

Aku hanya tidak ingin kamu menderita dan berlarut dalam kesedihanku. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Dan sekarang semoga kamu bisa bahagia bersama Mira selamanya. Selamat tinggal Andre. Terimakasih.

---oOo---

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top