Contoh Cerpen Cinta tentang Pelajar: Kamulah Takdirku yang Hilang - Termenung aku di kamar, berbalutkan kesedihan mengenang kau
yang hilang. Lembaran foto demi foto menjadi pengobat rindu satu-satunya yang
aku punya. Aku ingin sekali mendengar suaramu saat ini. Mungkin bila diizinkan satu
menit pun tidak apa-apa untuk mendengar tertawamu. Itu semua untuk mengobati
kerinduan ku yang saat ini aku rasa.
Sementara malam semakin larut dan cuaca semakin dingin. Aku bersandar di tempat tidur dan berselimut kain tebal. Masih tentang dirimu tema yang aku hadirkan dalam pikiranku. Padahal ini adalah waktuku untuk tidur dan besok bangun pagi. Tetapi kegalauanku ini tidak bisa memejamkan mataku dan tidak bisa membuatku mengantuk.
Hingga tengah malam melanda dan semakin sunyinya malam dari orang-orang yang melintas di jalan. Mataku sedikit berat untuk aku buka, dengan perlahan aku membaringkan tubuhku terlentang dan kemudian memejamkan mata. Terasa begitu nikmat untukku pergi tidur. Aku pun tertidur sejenak melupakan masalah yang aku hadapi.
Di pagi hari yang sudah nampak sinar matahari dan sudah
mulai tinggi aku masih terlelap dengan asyiknya. Mungkin ini efek dari tadi
malam aku tidur terlalu larut. Hingga akhirnya aku pun belum bangun padahal
sudah sesiang ini.
Sementara itu ibuku datangan membangunkanku,”Indah bangun
nak, kamu mau sekolah tidak..?”, ungkap ibuku sambil menggoyang-goyang tubuhku.
Aku pun sedikit mendengar suara ibuku tetapi mata sangat
berat untuk dibuka. Begitu juga dengan tubuhku yang memang sangat nyaman dengan
posisi berbaring ini. Aku pun seolah tuli mendengar suara ibuku dan membiarkannya
berteriak-teriak membangunkanku.
Tetapi ibuku tidak habis akal, semakin kuat dia
menggoyang-goyangkan tubuhku dan akhirnya aku pun terbangun. Aku terbangun
tetapi dalam keadaan mata tertutup, mengingat mata ini kurang mendapatkan porsi
tidur yang pas.
Ibuku pergi setelah melihatku duduk di atas kamar tidur. Aku
duduk dengan lemasnya di atas kasur, tetapi karena aku tidak kuasa menahan
beban badanku, aku pun jatuh lagi di hambaran busa yang begitu empunk. Aku pun
menarik selimut lagi dan tidur dengan cantiknya. Cukup bahagia hati ini ibuku
tidak ada jadi tidak ada yang menggangguku untuk tidur lagi.
Sementara tidak lama kemudian ibuku datang lagi karena aku
tidak bangun.
“Indah bangun sayang, sudah jam segini kok belum bangun si,
ini sudah siang”, ungkap ibuku.
Ibukupun menariku dengan paksa dan membawaku ke kamar mandi.
Setelah itu aku pun di suruh untuk cuci muka. Kini mata sudah bisa di buka
dengan begitu sempurna akibat air yang aku usapkan ke mukaku.
Sesadarnya aku dari tidur yang berkepanjangan, aku baru
sadar bahwa ini memang sudah siang. Aku pun begitu gugub, karena aku sudah
telat sekolah.
“Ibu..! kok gak bangunin aku si, aku kan telat sekolah”,
ungkapku.
“Kamu yang tidurnya kaya kebo, bukan ibu yang gak bangunin
kamu”, ungkap ibuku.
“Terus aku bagaimana buk”, ungkapku
.
“Ya sudah mandi, berangkat saja, bila pak satpam masih
terima kamu maka rejeki kamu, tapi kalo di suruh pulang berarti derita kamu”.
Dengan gesitnya aku pun mandi dengan singkat. Dengan cekatan
aku menyiram tubuhku dengan air dan menggosoknya dengan sabun. Setelah itu aku
pun keluar dan kemudian memakai seragam. Tanpa memikirkan sarapan aku berlari
menuju teras rumahku untuk mengeluarkan motorku.
Aku pun langusng menghidupkannya dan kemudian bernagkat,
tanpa memanaskan motor tersebut. Dengan lihainya aku memainakan gas dan
menyalip kendaraan yang ada di depanku. Tidak perlu waktu lama untuk ke sekolah
karena aku sudah sampai di depan gerbang sekolah dengan sangat singkat. Aku pun
berhenti dan hendak membuka gerbang tersebut.
“Woy”, tiba-tiba suara pak satpam menegurku. Pak satpampun
langsung menghampiriku dengn muka yang sadis. Dia berdiri di dekat gerbang dan
berdiri dengan gagahnya tanpa mau membukakan gerbangnya untuku. Dengan suara
yang lantang dia berkata,”Ini sudah jam berapa..?, baru masuk”, ungkap pak
satpam begitu tega denganku.
“Iya maaf pak saya telat karena kesiangan”, ungkapku sambil
mengeluarkan muka memelas.
“Sekarang kamu mau apa ke sini..?”, ungkap pak satpam.
“Ya kalau boleh saya mau masuk pak”, ungkapku.
“Tapi ini sudah siang, lebih baik kamu sekarang pulang, dari
pada ada guru kamu kena SP, pilih yang mana..?”, ungkap pak satpam.
“Tolong si pak, biarkan saya masuk, saya janji tidak akan
telat lagi. Kebetulan saya punya rokok mahal ni pak, kan lumayan kalau di
jual”, ungkapku. “Wah rokok keluaran baru ya..?”, ungkap pak satpam. “Wah bagi
dong neng”, ungkap pak satpam. “Ya gak bisa gitu dong pak, bukain dulu
gerbangnya baru saya kasih rokok untuk bapak”, unkapku.
Dengan begitu semangatnya satpampun membuka gerbang tersebut
aku pun menuntun motorku masuk agar tidak ketahuan oleh guru. Setelah itu aku
memberikan rokok tersebut untuk satpam. Aku punlari lewat belakang untuk menuju ke kelasku. Beruntung belum ada
guru yang masuk, aku pun langsung duduk di tempat dudukku.
Dengan leganya aku duduk sambil mengelap keringat yang
mencucur akibat kepanikan ini. Aku sangat panik bila aku tidak bisa masuk ke
kelas. Tapi beruntung gara-gara satpam bego di depan aku bisa masuk ke kelas.
Yah walaupun semua itu pakai modal dan tidak geratis. “Ayah aku minta maaf ya,
rokoknya yang di meja aku bawa”, ungkapku dalam hati kecil.
Ini semuanya gara-gara kekasihku yang hilang, hingga
berbuntut panjang. Mungkin aku bisa tidur lebih awal dan bisa juga bangun pagi
bila tidak memikirkan keberadaannya. Rafi kamu dimana..?, cepatlah kembali aku
sangat merindukanmu. Semoga kau bisa mendengar jeritan hati yang merindukan
keberadaanmu.
Tak lama kemudian guru masuk ke kelas dengan begitu
bersemangatnya. Sementara itu aku masih fokus membayangkan dan memikirkan Rafi.
Aku bahkan tidak sadar bahawa guru sudah masuk dan bersiap untuk mengajar
meskipun aku melihatnya. Tetapi pikiranku masih melayang dan tertuju kepada
Rafi.
Pelajaran dimulai, sementara itu aku begitu tidak
bersemangat untuk mengikuti pelajaran. Aku pun terus membayangkan Rafi, tanpa
memperhatikan sedikitpun mengenai materi yang di sampaikan.
Dalam hati aku terus bersuara,”Rafi, dimana si kamu”,
ungkapku dalam hati kecil. Aku juga teringat ketika Rafi sedang ada di sisiku.
Dia selalu menghiburku dan memberikanku perhatian serta kasih sayang. Tetapi
kini dunia seolah sepi tanpa hadirnya candanya di sisiku. Dunia juga seolah
dingin tanpa hangatnya kasih sayang dan perhatian dari Rafi.
Aku hanya bisa berharap bisa menemukan Rafi, dan kami bisa
membangun cinta kami lebih kokoh lagi. Sehingga dunia tidak lagi dingin dan
tidak lagi sunyi karena adanya Rafi di sisiku. Semoga ini impian yang akan
menjadi nyata kelak.
“Indah..!”, ungkap guruku yang tidak aku sadari sudah ada di
sampingku. Aku pun langsung melipat khayalanku mengenai Rafi. Dengan gugubnya
aku berkata,”Iya buk”. Dengan wajah yang
begitu marah dia berkata,”Kamu memperhatikan tidak apa yang ibu sampaikan”.
“Iya buk saya memperhatikan”, ungkapku.
“Saya lihat dari tadi kamu itu bengong, apa yang kamu
pikirkan”, ungkap ibu guru. “Tidak buk”, menunduk. Ibu guru kembali ke depan
dan melanjutkan materi yang di sampaikan hingga selesai.
---
oOo ---