Contoh cerpen tentang taubat berikut ini cukup bagus dan menarik.
Ceritanya tentang seorang gadis yang tadinya salah jalan, setelah beberapa
kejadian akhirnya ia sadar dan bertobat. Gadis yang tadinya selalu memakai
pakaian yang serba terbuka akhirnya memutuskan untuk berhijab. Ia meminta
bantuan sang ibu untuk memilihkan hijab cantik yang sesuai.
Secara garis besar kisah yang
terjadi pada gadis itu tidak begitu menarik. Tetapi jika dibaca detail kejadian
yang menimpa dia maka akan terlihat bagaimana kisah ini disusun dengan begitu
apik dan mengagumkan. Sebuah penggambaran kejadian yang seolah benar-benar
nyata terjadi dihadapan kita.
Anda bukan hanya akan mendapatkan
hiburan, anda juga akan mendapatkan hikmah dan nasehat berharga dari cerita
tersebut. Yakin, anda akan tertegun dibuatnya, cerita ini akan merasuk ke dalam
dada dan pikiran anda sehingga anda bisa merenung dan memikirkan hal itu lebih
jauh.
Karya cerpen berjudul “hijab yangcantik” ini akan menjadi pelengkap karya-karya yang sudah ada. Dengan karya ini
pengunjung semua akan mendapatkan sebuah bahan bacaan yang lebih bisa dijadikan
inspirasi dan juga sebagai bahan renungan untuk hidup yang lebih bermakna.
Lebih baik kita baca saja dulu cerita selengkapnya.
Hijab yang Cantik
Cerpen Singkat tentang Taubat
Belum musim hujan, tapi seolah
tubuh Amaira begitu panas, satu jam penuh memilih baju di gantungan pada
akhirnya ia memilih baju minim yang kurang bahan. Tak kedinginan, atau takut
masuk angin, ia melangkah pasti keluar dari kamarnya.
Hari itu hari minggu, sebuah hari
dimana Amaira akan menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan, belanja, makan atau
sekedar duduk-duduk di cafĂ©. “Nak… Amaira…. Kamu mau kemana, duh pakaian kamu
itu kok seperti itu sih….”, ucap sang ibu ketika melihat anak perempuannya
melintas menuju pintu depan.
“Biasalah bu, hang out, memang kenapa sih bu dengan
pakaian aku, tu cantik kan”, ucapnya sambil berputar memperlihatkan pakaiannya.
“Astaghfirulloh Amaira…. Itu
bukan cantik nak tapi….”, belum sempat sang ibu menyelesaikan ucapannya Amaira
langsung memotong, “udah ah bu… udah telat nih… aku berangkat dulu ya, da….”,
ia pun berlalu meninggalkan sang ibu. “Boro-boro memakai hijab, duh ya Alloh,
sadarkanlah putriku…”, ucap sang ibu dengan mengelus dada.
Ya, keputusan memakai hijab
syar’i bagi Amaira bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi mengingat ia yang masih
bau kencur. Bukan karena usianya yang masih belia tetapi karena pemahaman dan
ilmu agama-nya yang masih dangkal.
Amaira adalah merpati yang
terbang bebas kemanapun ia suka. Bahkan kedua orang tua dan kekasihnya pun
tidak bisa mengikatnya. Meski sudah dinasehati berkali-kali tetapi ia tak
pernah peduli, ia tetap saja senang berpakaian seksi dan terbuka. “Suit….suit….
hai cantik, duh seksi-nya…”, Amaira tersenyum kala ada lelaki menggodanya.
Ia sama sekali tak menyadari
bahwa setiap lelaki yang menatap tubuhnya tak ada satupun yang menganggap dia
bermartabat atau layak dihormati. “Duh… ini nih yang namanya mangsa empuk”,
suatu hari ia mendapatkan pelajaran pertama, mengalami percobaan pemerkosaan
lelaki jalanan.
Ia sungguh beruntung, ada seorang
anak jalanan yang melihat kejadian itu dan berteriak minta tolong, akhirnya
lelaki jalanan itu pun kabur. Merasa selamat dari musibah Amaira pun mendekati
anak itu dan mengucapkan terima kasih.
“Mbak tidak apa-apa…”, tanya anak
kecil itu
“Iya, enggak apa-apa, terima
kasih ya dik, untung ada kamu…” ucapnya kepada anak tersebut.
“Sama-sama Mbak, lain kali lebih
hati-hati ya Mbak”, ucap anak itu sembari meninggalkan Amaira.
“Eh… tunggu dulu dik…”, panggil
Amaira menyadari anak itu akan pergi.
“Iya Mbak, ada apa…”, sahutnya
sambil menghentikan langkah.
“Ini, Mbak ada sesuatu untuk
kamu, sebagai ucapan terima kasih…”, Amaira mengulurkan tangannya dan
memberikan beberapa lembar uang ratusan ribu.
“Duh Mbak, tidak usah, saya tidak
membutuhkan itu…. Maaf ya Mbak bukannya menolak rejeki tetapi sepertinya Mbak
lebih membutuhkan uang itu…”, ucapnya.
“Enggak apa-apa dik, Mbak enggak
butuh ini, Mbak punya uang banyak kok…”, ucap Amaira sedikit bingung.
“Benar Mbak tidak usah, uang itu
lebih baik Mbak tambahin untuk membeli baju yang layak. Sekali lagi maaf ya
Mbak, bukannya tidak sopan tetapi kalau Mbak berpakaian seperti itu dimanapun
pasti akan ada lelaki seperti tadi… maaf ya Mbak, ya sudah saya permisi dulu…”,
anak itu pun langsung pergi tanpa menunggu jawaban apapun dari Amaira.
Sungguh diluar dugaan, Amaira
benar-benar tidak menyangka anak kecil tadi akan berkata demikian. Malu, ingin
marah tetapi anak itu telah menyelamatkannya. Akhirnya ia pun melanjutkan
perjalanan pulang ke rumah.
Sepanjang perjalanan Amaira masih
ingat saja perkataan anak kecil tadi. Tetapi hati kecilnya menolak, ia malu dan
tidak ingin dianggap kuno dan kolot jika menggunakan pakaian yang seperti itu,
apalagi berhijab.
Sesampainya di rumah, sang ibu
yang melihat anak perempuannya tampak lusuh dan terlihat kotor pun langsung
ribut. “Loh, nak kamu kenapa, kok baju kamu kotor begini, kamu jatuh atau
gimana, kamu tidak apa-apa…?”, ia memberondong Amaira dengan banyak pertanyaan
sekaligus.
“Tadi ada lelaki iseng yang coba
nakal bu, tapi Amaira tidak apa-apa kok…”, ucapnya pendek.
“Astaghfirulloh…. Kok bisa sih, tapi
kamu gak apa-apa nak, beneran kan, mana yang lecet, ya ampun….!”, sang ibu
masih terlihat sangat takut dan meraba semua bagian tubuh anaknya.
“Enggak bu… enggak apa-apa,
kebetulan tadi ada anak kecil yang berteriak dan akhirnya banyak orang yang
datang, preman itu pun lari ketakutan…” jawabnya sambil merebahkan tubuhnya di
sofa.
“Alhamdulillah ya Alloh…. Terima kasih Engkau masih sudi menjaga putri ku ini ya Alloh, terima kasih…”, ucap sang ibu sambil spontan bersujud di lantai.
Melihat ibunya yang berlaku
demikian Amaira tertegun. Ada getaran yang teramat dahsyat di dalam dadanya. Bagai
katak yang tak lagi dalam tempurung, matanya berbinar melihat sang ibu. Tak
sadar ia pun langsung memeluk ibunya dengan erat dan menangis.
“Sudah Nak, sudah, tidak apa-apa,
semoga semua ini ada hikmahnya bagi kita semua. Semoga lelaki itu sadar bahwa ia
telah berbuat dosa.” Ucap ibunya menenangkan Amaira.
Meski tampak tenang dan tegar,
dalam hatinya Amaira ternyata begitu takut, baru kali itu ia menghadapi ancaman
yang membuatnya ciut.
Semenjak kejadian itu, perasaan
Amaira sering gelisah, ia tidak tenang. Ketika berjalan sendiri, ia selalu
merasa ada yang mengikutinya dari belakang dan berniat mencelakainya. Meski
begitu ia enggan bercerita pada ibunya atau orang lain. Sampai suatu hari
ibunya mencoba mengingatkannya lagi untuk memakai pakaian yang lebih sopan.
“Nak… kenapa sih kamu tidak mau
memakai jilbab, jilbab ibu wajib nak untuk umat muslim…”
“Duh…ibu mulai lagi deh… ibu kan
tahu kalau di kantor tidak ada yang memakai jilbab…nanti aku malu bu…”
“Eh…sebentar, dengarkan ibu
baik-baik. Berpakaian tertutup dan memakai jilbab itu tidak akan mengurangi
kepandaian kamu, tidak akan mengurangi kecantikan kamu, keanggunan kamu dan
karisma kamu nak. Tidak, justru pakaian seperti itu akan mengangkat derajat
kamu dimata orang lain. Kamu akan dihormati, akan disegani bahkan dilindungi
oleh orang yang tidak dikenal sekalipun, percaya deh sama ibu.”
“Tapi kan bu….”
“Nak… mau sampai kapan kamu
begini, kamu sudah dewasa, sudah sepatutnya kamu lebih matang dalam segala hal,
apalagi sebentar lagi kamu akan menikah dan menjadi seorang ibu…..”
Amaira pun terdiam mendengar
nasehat ibunya. Dalam hati kecilnya sebenarnya ia juga sadar dan sependapat
dengan sang ibu. Namun masih ada rasa enggan dan takut bahwa dia akan
ditinggalkan oleh teman-temannya, atau bahkan dipejat di perusahaan tempat ia
bekerja karena memang pemilik perusahaan tersebut non muslim.
Sampai akhirnya, beberapa bulan
kemudian ia mendapatkan mimpi yang sangat mengerikan. Sabtu malam, ia begitu
lelah dengan rutinitas dan pekerjaannya selama seminggu. Pulang kerja,
sesampainya di rumah ia langsung tertidur di kamar tanpa mandi dan lainnya.
Ia bermimpi, ketika tidur,
tiba-tiba ia merasa seluruh badannya begitu panas bahkan sampai ke muka. Ia
kaget ketika mendapati kulitnya yang memerah seperti bara api. “Ya Alloh kenapa
ini… kenapa dengan tubuhku…”, ucap Amaira sambil mengusap seluruh bagian tubuh
yang terasa terbakar.
Tak ada reaksi, ia panik dan bangun mengambil bedak dingin, pakaian dilepas, ia melumuri tubuhnya dengan bedak putih. Selesai, seluruh badan pun terbungkus bedak berwarna putih.
Tak ada reaksi, ia panik dan bangun mengambil bedak dingin, pakaian dilepas, ia melumuri tubuhnya dengan bedak putih. Selesai, seluruh badan pun terbungkus bedak berwarna putih.
Aneh, tiba-tiba bedak yang
tadinya putih pun terbakar, hitam pekat. Ia pun semakin panik dan mencoba
membersihkan bedak tersebut. Tak ada hasil sampai akhirnya ia duduk di depan
cermin dan tercengang.
Tiba-tiba ia sadar bahwa bedak yang menjadi hitam tersebut membentuk sebuah pakaian seksi. Pada bagian yang berbentuk pakaian tersebut tiba-tiba rasa panas terbakar itu hilang sementara bagian lain semakin panas dan mulai melepuh. Ia pun berteriak, “ibu………!”.
Tiba-tiba ia sadar bahwa bedak yang menjadi hitam tersebut membentuk sebuah pakaian seksi. Pada bagian yang berbentuk pakaian tersebut tiba-tiba rasa panas terbakar itu hilang sementara bagian lain semakin panas dan mulai melepuh. Ia pun berteriak, “ibu………!”.
Sang ibu sangat kaget mendengar
teriakan anak gadisnya. Ia pun berlari ke kamar dan mendapati anaknya tertidur
dengan badan menggigil. Ia lalu membangunkan anaknya tersebut.
Setelah bangun, Amaira sadar
bahwa semua itu hanya mimpi. Ia pun memeluk ibunya dengan erat dengan penuh
rasa takut. Ia tidak menceritakan mimpinya tadi, ia hanya meminta ibunya untuk
menemaninya tidur malam itu. Tiga hari berlalu, akhirnya Amaira memutuskan
untuk berhijab.
“Bu… ada tidak pakaian hijab yang
cantik….”
“Eh… ya ada lah, banyak, bahkan
semua pakaian hijab itu cantik-cantik… kamu mau…?”
“Ibu bisa carikan Amaira baju dan
hijab seperti itu….?”
“Ya Alloh nak, ya bisa, ibu akan
carikan kamu yang paling bagus, alhamdulillah…”
“Makasih ya bu…”
“Iya sayang, tapi kenapa kamu tiba-tiba
memutuskan untuk berhijab?”
“Besok aku ceritain bu, kalau aku
sudah berhijab…”
“Oh… ya sudah. Eh… kenapa kamu
tidak ikut ibu aja mencari pakaiannya, kan kamu bisa memilih sendiri…?”
“Ah ibu… malu….”
“Lho, kok malu, mau melakukan
kebaikan kok malu, bagaimana sih kamu. Ya sudah pokoknya kamu ikut ibu, tenang,
ibu akan ajak kamu ke butik langganan ibu. Disana tempatnya nyaman dan tidak
ramai, kamu bisa leluasa memilih pakaian yang menurut kamu cocok… ya sayang
ya….”
Akhirnya, hidayah telah datang,
pintu tobat telah dibukakan untuk Amaira yang memutuskan untuk menutup aurat
sesuai tuntunan. Seminggu kemudian, perubahan besar terjadi di kehidupan
Amaira.
---
oOo ---
Bagaimana, bagus juga kan cerita cerpen religi tentang taubat di atas? Jelas dong, siapa dulu yang membuat? Ya sudah, kalau rekan semua sudah membaca karya di atas jangan lupa baca juga cerpen islami lainnya yang ada dibagian bawah.
Masih banyak kok, kalau hanya sekedar untuk mengisi waktu luang pasti cukup. Bukan hanya satu dua saja, disini kan memang banyak sekali cerpen menarik yang bisa rekan baca. Besok juga masih akan dibagikan lagi cerpen terbaru lainnya.
Dan yang pasti ceritanya juga tak kalah dengan yang sudah dibaca barusan. Lebih baik rekan catat saja alamat situ ini agar lebih mudah dalam mencari cerpen bagus. Ya sudah, itu saja silahkan dilanjutkan.
Masih banyak kok, kalau hanya sekedar untuk mengisi waktu luang pasti cukup. Bukan hanya satu dua saja, disini kan memang banyak sekali cerpen menarik yang bisa rekan baca. Besok juga masih akan dibagikan lagi cerpen terbaru lainnya.
Dan yang pasti ceritanya juga tak kalah dengan yang sudah dibaca barusan. Lebih baik rekan catat saja alamat situ ini agar lebih mudah dalam mencari cerpen bagus. Ya sudah, itu saja silahkan dilanjutkan.