Cerpen Remaja berjudul "Aku Tidak Ingin Pacaran Lagi." Kisah pada cerpen singkat yang satu ini merupakan sebuah kisah aspiratif yang penuh dengan motivasi. Kisah yang ada di dalamnya penuh dengan nasehat untuk para pembaca semua.
Sebaiknya sebagai seorang remaja yang belum cukup umur memang akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk tidak pacaran.
Kalau mau merenung, setelah membaca kisah dalam cerpen terbaru ini pasti kita akan tahu seberapa besar kepedulian orang tua dan seberapa benar apa yang nasihatkan mereka kepada kita.
Untuk para rekan remaja, yang sedang galau, yang sedang di mabuk cinta, yang sedang berburu pacar dan semua remaja sekolah, wajib untuk membaca cerpen remaja aku tidak ingin pacaran lagi ini, apalagi jika memang hobi membaca cerpen.
Bukan hanya mengandung nasehat berharga, cerpen ini juga menyajikan sebuah hiburan dan kisah cinta yang cukup romantis, seru dan bagus.
Yang terpenting cerpen ini singkat dan pendek jadi tidak malas membacanya. Tapi, sebelum membaca kisahnya lebih baik melihat beberapa judul lain berikut sebagai tambahan.
1) Kisah nyata sedih
2) Cerpen tokoh 5 orang
3) Cerpen pemuda serba kekurangan
Sebenarnya masih banyak cerita - cerita lain yang sangat inspiratif namun tidak apa, jika masih ada cerita lain yang ingin di baca silahkan cari langsung melalui kotak pencarian di bagian kanan atas.
Dengan begitu kita bisa bebas mencari kisah-kisah yang sesuai dengan apa yang diinginkan. Sekarang mari kita baca cerpen remaja tentang pacaran di bawah ini.
Tak Ingin Pacaran Lagi
Cerita oleh: Irma
"Kamu tidak boleh pacaran Ira, kamu masih kecil..." teriak ibu. "Kenapa sih Bu selalu itu saja yang dibahas. Ira sudah gede dan sudah tahu!" jawabku dengan kesal. "Tapi kamu tetap saja pacaran, tidak dengar nasehat Ibu" lanjut Ibu.
Pertengkaran itu benar-benar membekas dalam hatiku. Aku kesal pada Ibu yang sama sekali tak pernah mengerti perasaan putri semata wayangnya ini. Putri satu-satunya.
Lama sekali aku memendam perasaan itu. Kesalku itu. Aku benar-benar tidak mengerti. Apa salahnya jika aku dekat dengan seseorang. Aku sudah SMA. Bukan anak kecil lagi. Aku pasti bisa jaga diri.
Tapi tidak begitu dengan yang Ibu inginkan. Ibu menginginkan aku menjadi seorang gadis yang tidak pacaran sampai aku bisa bekerja dan mandiri.
"Belum terlambat nak, kamu masih bisa berubah...." ucap Ibu pelan. "Ibu hanya ingin kamu bahagia" lanjutnya.
Sahun berlalu sudah. Itu berlalu. Ibu sudah tiada. Meninggalkan kisah dan nasehat yang melekat dalam jiwa. Sampai kini.
Usia bak bunga mekar. Aku sudah bukan anak baru gede. Bukan anak kemarin sore. Tapi rasa itu. Rasa kekangan dari nasehat itu. Masih ada. Masih segar dalam ingatan. Meski beliau telah tiada.
Meski belum sepenuhnya ranum. Tapi sebenarnya sudah bisa menentukan baik dan buruk. Apalagi predikat sarjana sebentar lagi aku sandang. Tapi... "aku tak ingin pacaran lagi". Tidak mau pacaran seperti mereka.
Sebelum aku sukses. Sebelum aku benar-benar terjun di dunia. Dunia yang nyata. Dimana aku benar-benar merasakan pahitnya hidup. Asinnya garam dan getirnya kefanaan.
"Sampai nanti bu.... sampai ibu disana merestui. Sampai benar-benar ada. Satu yang siap menjadi pendamping suka dan dukaku"
---oOo---
Ada baiknya tapi lebih banyak buruknya. Pacaran memang bisa ditiadakan. Lagi pula hal seperti itu hanya akan memalingkan ingatan dan pikiran kita terhadap tujuan yang lebih besar.
Pacaran adalah godaan yang harus dihindari. Untuk kita yang masih belajar. Untuk remaja yang seharusnya lebih sibuk mengejar cita-cita. Hilangkan kata pacaran. Hilangkan dari kamus kita.
Biar rasa itu bersemi sendiri dengan indah di hati kita. Tanpa perlu kita apa-apakan. Biarkan cinta tumbuh dengan sendirinya. Dengan apa adanya. Sampai saatnya nanti.