Nasehat Kepala Sekolah, Cerpen tentang Sekolah

Contoh cerpen tentang sekolah digunakan untuk belajar dalam mengarang karya fiksi khususnya untuk pelajaran bahasa Indonesia. Sejak dari sekolah kita juga diajarkan menulis, salah satunya melalui cerpen.

Cerpen tentang Sekolah
Contoh Cerpen tentang Pendidikan: Nasehat Kepala Sekolah

Tidak semua suka, tidak semua juga bisa. Maka dari itu perlu ada banyak referensi untuk mengembangkan minat dan bakat kita dalam menulis. 

Karya berikut ini tidak sempurna, jauh dari sempurna. Karya tersebut hanya sebuah karangan yang dihasilkan oleh orang yang masih belajar menjadi lebih baik. Mari sama-sama belajar.

Dengan banyak membaca mungkin bisa meningkatkan motivasi kita. Apalagi jika kisah yang diangkat termasuk yang seru, unik dan menarik. 

Seperti tema kali ini, tentang sekolah, pasti seru. Tapi sebelum itu, jangan lupa cek juga beberapa cerpen pendidikan lainnya di bawah ini. Ada beberapa karya lain yang patut untuk kita simak juga. 

4) Cerpen tentang lingkungan sekolah
5) Contoh cerpen anak sekolah
6) Cerpen tentang sekolahku
7) Cerpen pendidikan moral
8) Cerpen sekolah sma
9) Cerpen anak sekolah smp
10) Contoh cerpen sekolah smp
11) Cerpen tentang sekolah baru

Tentu beda, yang di atas dengan yang akan kita baca memiliki alur yang berbeda. Secara umum sih temanya juga tentang pendidikan jadi masih agak nyambung sedikit. 

Tak apalah, yang penting kita mendapatkan referensi lebih banyak. Dari pada hanya satu saja, kan enggak ada pilihan. Benar tidak? Ya sudah, dari pada berlama-lama memilih lebih baik kita ke intinya, simak cerpen berikut.

Nasehat Kepala Sekolah
Cerpen tentang Sekolah oleh Irma

Panas, matahari membakar separuh udara di ruang kelas. Tak satupun luput dari peluh. Keringat mengalir lincah di sela-sela pakaian seragam. Murni duduk blingsutan, gelisah. 

Berulang kali tubuhnya bergerak, tangan dan jemarinya menari bak cacing kepanasan. 

Tak ada suara yang keluar dari mulut murid-murid di kelas itu. Tak seperti biasa, kali ini mereka berhadapan dengan biangnya. Kepala sekolah yang killer, sebutan anak-anak, sedang memberikan penjelasan.

Saat itu sebenarnya jam kosong. Harusnya mereka berpesta. Tapi tidak untuk saat itu, sang kepala sekolah baru masuk ke kelas dan mengisi kekosongan tersebut.

Mereka tidak beruntung, mereka tidak bisa melewatkan jam kosong dengan gembira. Mereka belajar, terpaksa belajar setengah hati. 

Murni terus saja gelisah. “Kapan sih selesai…!” yang ada dipikirannya hanya kantin, minum es campur yang sangat menyegarkan. 

Tidak hanya dia saja, Murni adalah satu dari sekian banyak siswa yang sudah tidak tahan dengan ocehan pak kepala sekolah di waktu yang tak tepat itu. 

Tak tahan lagi, Murni tiba-tiba mengangkat tangannya, “maaf pak, kapan selesai. Kita panas benar pak, sudah tidak fokus. Bisa bapak mempersingkat penjelasan bapak?”

Tak pelak, semua pasang mata tertuju pada Murni. Teman-temannya kaget melihat Murni yang nekad begitu. 

“Hust… kamu itu enggak sopan benar sih!”, ucap salah satu temannya. “Iya benar, Murni benar. Kita tidak konsentrasi dengan suasana seperti ini pak…” ucap yang lain membela Murni. 

Akhirnya kelas menjadi gaduh. Kepala sekolah yang berdiri di depan kelas tampak masih tenang. Ia diam sejenak. Dari bibirnya tersungging senyum tipis. Ia melambaikan tangan, tanda ia meminta anak-anak untuk diam.

“Anak-anakku sekalian, dengarkan bapak. Benar. Bapak tahu benar kalian tidak fokus. Bapak juga merasakan panas ruangan ini tapi bapak tetap melanjutkan.”

“Tapi baiklah, karena salah satu dari kalian sudah ada yang berani jujur maka bapak persingkat saja. Sebagai generasi muda kalian memang harus kerja keras. Bukannya tidak boleh malas, bukan tidak boleh cengeng tapi kalian tidak boleh kalah dengan hal itu.”

“Ingat, salah satu dari kalian mungkin akan menggantikan bapak di sini dan tanggungjawab kalian akan lebih berat. Saat inilah kalian harus terus berjuang. Berjuang dan terus berjuang”

“Murni, kelak kamu akan menjadi dokter. Bayangkan jika suatu saat ibumu sakit dan kamu tidak tahu obatnya. Apa kamu akan menyerah, tidak bukan?” Bapak kepala sekolah beralih memberikan nasehat hidup dan motivasi.

“Yang lain, kalian juga sama. Untuk sampai pada cita-cita kalian saja kalian harus berjuang apalagi saat kalian telah menggapainya.

Ingat nak, jangan pernah kalah dengan sesuatu yang negatif. Sabar adalah kuncinya. Bapak yakin, kalian semua akan sukses!”

Semua murid terdiam. Mereka tidak menyangka bapak kepala sekolah akan berkata demikian. Bapak kepala sekolah terkenal sangat kejam. Mereka pikir beliau akan menghukum Murni yang lancang. 

Mereka salah. Mereka terdiam, tertegun memikirkan apa yang disampaikan bapak kepala sekolah. 

“Ya sudah… untuk kali ini bapak cukupkan sampai disini saja. Ingat ya, Murni, Sinta, Yogi, Dimas dan lainnya, kalian tidak boleh kalah.

Kalian harus semangat. Belajar yang giat. Bapak sayang dengan kalian semua.”

Tak ada satupun dari mereka yang hatinya tidak bergetar. Bapak kepala sekolah memukul besi tepat pada saat ia meleleh, membentuknya menjadi sesuatu yang lebih baik. Nasehatnya membekas di hati anak-anak semua.

---oOo---

Ada-ada saja ya. Memang, seringkali kita dibutakan dengan sesuatu yang tidak seharusnya. Seperti contoh di atas, sesungguhnya sang bapak kepala sekolah ternyata tidak seperti yang ditakutkan.

Wajar memang jika ia bersikap tegas, itu untuk mendidik anak-anak. Tentu saja, diharapkan ada ketulusan yang bisa dilihat. 

Nyatanya, sang bapak yang digambarkan sadis atau killer tersebut sebenarnya menyayangi murid-muridnya. Patut dicontoh juga ya. 

Kejujuran yang digambarkan salah satu murid dan apresiasi yang diberikan bapak kepala sekolah juga menjadi tauladan yang baik bagi kita semua. Semoga cerpen pendidikan di atas bisa memberi motivasi bagi kita semua. 

Back To Top