Contoh Cerpen Singkat Pendidikan, Di Tengah Suara Knalpot yang Bising

Contoh Cerpen Singkat Pendidikan, Di Tengah Suara Knalpot yang Bising – “Lan… kamu tahu tidak, ternyata anak baru di kelas kita itu adalah anak orang super kaya. Dan yang lebih heboh lagi, ternyata dia itu anggota geng motor. Pasti akan hancur sekolah kita nanti!”, Raya menatap wajah Wulan dengan serius.


“Hati – hati kamu kalau bilang… enggak semua orang itu sama”, jawab Wulan memperingatkan Wulan. “Tapi kan kebanyakan memang begitu, anak geng motor dikenal seperti itu”, Raya mempertahankan argumennya. 

“Korban berita kamu Ray… jangan lihat buku dari sampulnya. Kamu kan tahu itu!”, Wulan semakin tak suka dengan Raya yang berpikiran negatif pada orang yang tidak dikenalnya. “Ya benar juga sih…”, ujar Raya selanjutnya.

“Sudah, lebihbaik kita buru-buru pulang. Nanti sore jangan lupa ke rumahku, kita selesaikan tugas dari pak Mawar. Raya dan Wulan bergegas menuju rumah masing-masing.

Hari semakin sore, anak – anak sekolah sebagian besar sudah pulang ke rumah. Kebanyakan dari mereka sudah sibuk dengan kegiatan belajar masing-masing.

Maklum, sekolah itu adalah sekolah yang cukup terkenal disiplin. Sebagian besar murid disana memiliki kemampuan yang cukup bagus. 

Di sudut gerbang sekolah, tampak terparkir sebuah moge bercat hitam. Di atasnya, duduk seorang remaja berkaca mata hitam – memandang lepas ke seberang jalan. 

Dengan postur bule, remaja tersebut terlihat gagah apalagi di dukung dengan warna kulitnya yang bersih dan bentuk tubuhnya yang berotot. Sesekali ia tampak memainkan ponselnya, menanti sesuatu. 

Lima menit berlalu, terdengar suara knalpot yang menderu. “Woi…. Bro, sorry nih agak telat sedikit….” Tiga orang berpakaian sekolah turun dari motor mereka. “Santai aja bro…”, mereka tampak menikmati kebersamaan tersebut.

Tak lama berselang, beberapa motor pun kembali datang. Mereka berjejer di depan pintu gerbang yang sudah ditutup. Mereka tampak santai dan berbincang satu sama lain. 

Di kerumunan itu, sementara yang lain asyik ngobrol, tampak seorang remaja yang duduk manis di atas motor sambil terus memainkan ponsel android di tangan. Remaja itu adalah Yudha, siswa yang baru saja pindah ke sekolah itu. 

“Oi bro…. dari tadi pacaran sama hp, enggak asyik benar loe nih!”

“Santai aja bro… namanya juga usaha!”

“Bisa aja loe, lagian lihat apa sih. Pasti lihat unyil ya!”

“Hush… loe ini. Jangan memperburuk citra kita sendiri. Loe ingin eksistensi kita hancur!”
“Cie… peduli bener!”

“Ya kalau bukan kita, siapa lagi. Misi kita kan jadi geng motor yang ternama, dikenal di berbagai belahan dunia lain. Kalau urakan dan ugal-ugalan sudah biasa, enggak jaman lagi bro!”

“Cie… !”

“Ya… Yudha benar juga sih. Kalau kita ingin nama kita dikenal di mana-mana, kita memang harus membuat gebrakan. Harus beda.”

“Nah itu dia… motor adalah hobi yang harus membuat kita dihargai.”

“Salah satunya dengan berpretasi. Di berbagai bidang!”

Sekelompok remaja sekolah itu pun saling mengangguk. Pada umumnya mereka semua setuju, mereka ingin dihargai. Di akui. Mereka setuju untuk menjadi geng motor yang beda, yang digandrungi remaja dan anak muda pada umumnya. 

Di atas kuda besi kebanggaan mereka, mereka mengukir impian. Mereka bertekad untuk menjadi terkenal bukan hanya di sekolah mereka masing-masing tapi di kalangan pelajar pada umumnya. 

“Biar orang lain mencibir dan meremehkan kita. Kita buktikan kalau kita layak untuk dijadikan idola mereka!”. Yudha membakar semangat teman-teman lainnya. Mereka pun berpacu dalam prestasi.

Tak seperti remaja lain, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di atas motor. Tapi, di sela-sela kegiatan itu, mereka punya misi tersembunyi masing-masing, membuat gebrakan hingga nama mereka digaungkan.

Waktu berjalan. Musim penghujan terus bergulir hingga hampir berakhir. Pagi itu, anak-anak sekolah menengah atas akan melaksanakan ujian semester. Hampir semua anak sibuk dengan buku dan catatan mereka masing-masing. 

Tidak dengan yudha. Seperti biasa, ia sibuk dengan ponsel di tangan. Ia seolah tak peduli akan ada semester. 

“Eh… kamu ini bukannya belajar!” sapa seorang siswi kepada Yudha yang asyik dengan ponsel. “Kamu sudah belajar?” jawab Yudha santai. Anak itu pun segera berlalu. 

Yudha tersenyum tipis. Dibenaknya ia menertawakan siswi tersebut dan kebanyakan siswi lainnya. “Mereka tidak tahu… tunggu saja nanti”

Benar. Tidak ada yang tahu pasti apa yang Yudha lakukan dengan ponsel yang terus melekat di tangan. Tidak juga dengan para guru. Mereka hanya tahu bahwa Yudha adalah anak yang tidak pernah mau belajar.

Masa ujian semester berlalu. Tiba waktunya bagi seluruh siswa untuk mengetahui hasil jerih payah dan kerja kerasnya selama satu semester terakhir. 

Yudha duduk dibangku belakang dengan tenang. Ia siap dengan hasil yang akan dibagikan. Sauna kelas tiba-tiba riuh. Semua siswa tampak was-was dan penasaran dengan hasil belajar mereka masing-masing. 

Sang guru wali kelas masuk. Kelas menjadi hening. “Hari ini bapak akan membagikan hasil semester kalian” ucap bapak guru tersebut. 

“Kalian pasti tidak percaya dengan hasil yang akan bapak berikan. Bapak sendiri awalnya juga tidak percaya, tapi inilah hasilnya.” Bapak guru itu kemudian terdiam. 

Anak – anak kembali riuh. Mereka tidak sabar ingin mengetahui hasil semester kemarin. “Ayo dong pak… buruan bagikan!” teriak mereka. 

Wali kelas pun akhirnya mengumumkan hasil semester. Beliau mengumumkan siapa yang menjadi juara kelas di semester tersebut. “Yudha… silahkan ke depan”, ucap sang wali kelas.

Kelas tiba-tiba hening. Semua mata beradu pandang. Semua mulai berbisik-bisik, penasaran. “Ah… apa mungkin!” “Ya…. Jelaslah, buktinya bapk Wahyu memanggil nama dia!” seluruh siswa menjadi gaduh. 

“Yudha… adalah juara kelas. Ia mengalahkan kalian semua. Yudha, bisa jelaskan kepada teman-teman kamu bagaimana bisa kamu menjadi juara kelas.

Padahal setahu bapak dan setahu teman-teman kamu, kamu malas belajar…” ucap wali kelas.

“Jangan nilai buku dari sampulnya. Siapa bilang aku malas belajar. Aku rajin belajar pak, bahkan jauh lebih rajin dari siswa lain, tapi bukan siswa di kelas ini. Selama ini aku selalu belajar dengan hp android pak. Aku belajar online.” 

Yudha menjelaskan panjang lebar bagaimana ia belajar. Semua murid tercengang. Mereka tidak menyangka bahwa teman baru mereka itu ternyata pandai dan rajin, meski ikut geng motor sekalipun. 

---oOo---

Back To Top