Cerita cerpen Ekskul Paskib dan Cintaku yang Terpendam. Hari ini adalah hari pertama kami latihan paskib kembali
setelah beberapa hari yang lalu kami sempat break. Beberapa hari yang lalu aku
mengikuti seleksi Paskibra yang di adakan oleh pihak Kecamatan.
Ada banyak sekolah yang mengirimkan paskibrakanya untuk ikut
seleksi ini. dan tentunya, banyak juga paskibraka dari berbagai sekolah yang
juga ikut seleksi ini. beruntung, aku bisa lolos seleksi dan pada tanggal tujuh
belas agustus besok, aku bisa mengibarkan bendera di depan kantor kecamatan.
Pesertanya berasal dari sekolah-sekolah lain. Baik dari SD,
SMP, mau pun SMA. Suatu kebanggaan tersendiri jika bisa lolos seleksi ini.
terlebih lagi, aku akan bisa memulai karir dan mengejar cita-cita ku untuk
menjadi polisi lewat sini.
Tapi, ada satu kesialan yang mengikutiku sampai ke tahap
ini. kesialan itu adalah Roby. Ya, namanya Roby. Orang yang menurutku selalu
membawa sial padaku. Dia adalah orang yang aku cintai.
Tapi dia tidak sama denganku. Atau bisa di bilang cintaku
ini bertepuk sebelah tangan. Dan sialnya, dia juga ikut lolos seleksi
paskibraka, sahingga mau tak mau aku pun harus latihan bersama dengannya.
Di balik kesialanku bersamanya, ada rasa gembira yang ku
rasakan. Aku merasa senang karena untuk satu minggu ke depan aku bisa dekat
dengannya.
“Ayok Nin, ke sana. Udah pada kumpul tuh. Udah mau mulai
latian kayaknya.” Ucap Dini membuyarkan lamunanku.
“Iya Din,” Aku pun segera bangkit daridudukku lalu beranjak
dari dudukku dan berjalan menuju kerumunan siswa-siswa yang lain. Kami semua di
kumpulkan berdasarkan asal sekolah. Dan aku, aku berdiri tepat di belakang
Roby. Ini menyenangkan sekaligus menggugupkan. Entah sejak kapan aku
menyukainya, tapi yang jelas, aku merasa ada sesuatu yang aku rindukan darinya.
Beberapa waktu yang lalu dia memang sempat mendekatiku.
Bahkan kami bisa dibilang sudah seperti berpacaran. Tapi sama sekali tidak ada
status di antara kami. Yang tahu tentang kedakatanku dengan Roby pun tak
banyak.
Hanya Dini dan mungkin beberapa temannya Roby. Saat itu Roby
selalu ada mengisi hari-hariku. Membuat senyumku mengambang dan juga membuat
tawa ku selalu membahana setiap harinyaa.
Dia bisa sangat menjengkelkan, lucu, dan menyenangkann di
saat yang sama. Dia seperti obat cair yang basa di gunakan untuk mengatasi
batukku. Tidak manis, tidak pahit, tapi bisa menyembuhkan dan menenangkan.
Sayang, semuanya berakhir tanpa ada status yang jelas dari
hubungan kami. Aku juga tidak tau pasti bagaimana bisa aku dan dia menjauh.
Seingatku waktu itu ada seorang pria yang mendekatiku.
Pria itu menawarkan pesona lain yang tak bisa kutemukan
dalam diri Roby. Aku pun akhirnya berpaling ke arahnya tanpa bisa melakukan
apa-apa. Namun, setelah beberapa saat aku tidak berhubungan dengan Roby lagi,
kudengar dia sudah memiliki pacar.
Aku merasa sedikit menyesal karena telah mengabaikannya. Dan
sekarang, kami hanya berteman biasa. Ah tidak, kurasa hubunganku dengannya kini
kurang pantas di sebut teman. Kami justru lebih mirip seperti musuh.
***
Hari terakhir latihan pun akhirnya tiba. Sudah hampir satu
minggu aku selalu berdiri di dekat Roby. Tapi, kami sama sekali tak pernah
saling menyapa, apa lagi bercengkrama. Jika dia ada perlu denganku, dia akan
meminta temannya untuk menghampiri ku.
Jika aku ada perlu dengannya. Aku juga akan meminta temanku
untuk menghampirinya. Selalu seperti itu. kami sama sekali tak saling berucap
satu sama lain. Terasa aneh sekali memang. Dua orang yang dulu sangat akrab,
sekarang malah seperti tak saling mengenal. Dan aku, aku merasa merindukannya.
Sangat merindukannyaa.
Setelah latihan selesai, aku segera beranjak menuju parkiran
untuk mengambil motorku. Aku sudah tidak sabar untuk segera pulang. Tapi
sayang, hujan menahanku di sini. Beberapa siswa yang lain sudah pulang terlebih
dahulu karena mereka membawa jas hujan. Sedangkan aku, hah, bahkan jaket pun
aku tidak pernah membawanya.
Saat aku sedang menatap hujan sendirian, ku lihat ada
seorang pria berlari-lari kecil menuju parkiran. Badannya nampak sedikit basah,
begitu pula dengan rambutnya.
Sesampainya di parkiran, dia langsung berdiri di hadapanku.
“Huuh.. kok kamu belum pulang Nin?” Tanya pria itu yang tak
lain tak bukan adalah Roby. Aku merasa terkejut. Bahkan sangat terkejut
melihatnya mau menyapaku seperti ini. Aku hanya memalingkan pandanganku kearah
hujan lalu kembali menatap ke arahnya. Kurasa dia cukup mengerti apa maksudku
dan akhirnya dia hanya tertawa kecil.
Setelah itu kami saling terdiam untuk waktu yang lumayan
lama. Cukup lama. Kami memandangi hujan dan berusaha untuk bisa menikmatinya.
Sama persis seperti apa yang kami lakukan dulu.
Saat hujan telah reda, aku bersiap mengambil motorku dan
segera berangkat untuk pulang. Namun, sebelum aku pulang tiba-tiba Roby
memegang tanganku.
“Sukses ya buat besok.” Ucapnya semabari tersenyum padaku.
Hatiku berdesr lembut. Jantungku berdegup-degup kencang. Dan jiwaku, jiwaku
seperti sedang melayang-layang. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman lalu
segera pergi meninggalkannya. Hah, semoga saja cintaku yang terpendam ini bisa
segera terwujud lewat paskibra.
---oOo---