Hiburan kita kali ini berkaitan dengan pendidikan anak atau berkaitan dengan sekolahan. Apa coba? Ya, khusus kali ini kita akan secara khusus mengambil tema kegiatan ekskul atau ektra kurikuler yang ada di sekolah. Tentu saja, tema seperti ini akan cocok untuk adik-adik pelajar menghabiskan waktu luang di rumah ya.
Perlu diingat juga, cerpen yang kita bagikan ini adalah cerpen sangat sederhana yang ditujukan hanya untuk belajar. Diharapkan dengan bacaan seperti ini kita akan lebih mudah untuk mempelajari bagaimana menulis, bagaimana membuat cerita dan tentunya bagaimana menuangkan gagasan kita melalui tulisan. Langsung yuk, kita baca.
Kegiatan Ekstra Kurikuler
Cerpen Pendidikan Anak Sekolah
Kali pertama aku masuk ke SMA Harapan Bangsa. Hal yang menjadi tuntutan adalah kegeiatan ekstra kurikuler. Setiap siswa wajib mengikuti kegiatan ini. Mereka bebas memilih berapapun kegiatan yang ingin mereka ikuti.
Tapi mereka tidak boleh sekolah disini tanpa mengikuti
kegiatan ekstra kurikuler. Atau dengan kata lain setiap siswa yang sekolah
disini wajib mengikuti kegiatan ekstra kurikuler.
Aku sendiri tidak begitu tertarik dengan pada kegiatan
ekstra kurikuler. Entahlah, aku tidak menemukan hobiku dalam list kegiatan
ekstra kurikuler disana. Selama ini hobiku adalah memancing. Aku pandai sekali
dalam hal ini. Dalam satu kali memancing aku bisa mendapatkan banyak ikan.
Aku bisa dengan pandai nya menyusun umpan sendiri. Tak
jarang mata pancingku juga kurubah sedemikian rupa agar mampu menangkap ikan
yang besar. Sementara untuk jorannya, aku lah orang yang tepat untuk kau temui
jika kau ingin mendapatkan joran yang berkualitas.
Sayangnya, tidak ada ekstra kurikuler memancing disekolahku.
Padahal sebenarnya aku ingin protes pada guru. Bukankah ekstra kurikuler itu
diadakan untuk mengembangkan dan menumbuhkan potensi siswa.
Kenapa tidak ada ekstra kurikuler memancing. Bukankah
memancing itu juga penting. Aku bisa saja memenangkan lomba memancing antar
sekolah. Atau antar provinsi.
Kalau perlu aku juga bisa saja memenangkan lomba memancing
antar negara untuk sekolah ini. Tapi sayang, memancing tak pernah dianggap
sebuah bakat disekolah yang indah ini.
Kala itu , hari terakhir penentuan ekstra kurikuler pun
tiba. Setiap siswa wajib menyetorkan laporan kegiatan ekstra kurikuler yang
mereka ikuti. Dan karena aku masih kelas X, aku benar-benar bingung untuk
mengikuti kegiatan apa. Tak ada satupun kegiatan yang aku minati.
Bahkan aku juga tidak begitu paham apa yang akan kulakukan
saat aku mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Beruntung, saat itu aku memiliki
seorang teman yang tergolong pandai.
Dia benar-benar membantuku dalam menyelesaikan masalah. Saat
aku bercerita perihal kebingunganku mengenai kegiatan ekstra kurikuler, dengan
santai dia mengajakku untuk mengikuti kegiatan KIR ( Karya Ilmiah Remaja).
Entah bagaimana dia mendapatkan kekuatan untuk menghasut,
tapi kala itu dia benar-benar bisa menghasutku dengan sangat pandai. Dia bilang
di kegiatan KIR kita akan bisa menjadi ilmuan cilik.
Melakukan berbagai macam penelitian lalu menemukan sesuatu
yang baru. Pikiranku melayang-layang kala aku mendengar hasutannya. Dia
benar-benar pandai membumbui sebuah
cerita.
Dia bilang ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan jika
aku mengikuti kegiatan KIR. Dan satu hal yang sangat berpengaruh padaku saat
itu adalah, dia bilang kalau dalam kegiatan KIR ada banyak sekali gadis yang cantik. Dan atas dasar itulah aku
akhirnya bersedia untuk ikut kegiatan Ekstra Kurikuler Karya Ilmiah Remaja bersamanya.
Diawal-awal kegiatan, seperti halnya kegiatan yang lainnya.
Kami semua siswa baru diperintahkan untuk melakukan perkenalan. Dan benar saja, memang ada banyak gadis
cantik yang mengikuti kegiatan ini.
Kebanyakan dari mereka adalah gadis-gadis yang pandai. Tak
hanya itu saja, para senior yang ada dalam kegiatan ini jugalah senior-senior
yang cantik. dan dihari pertama aku mengikuti kegiatan KIR aku langsung yakin.
Ini lebih layak disebut kegiatan mencari jodoh dari pada kegiatan mencari
penemuan ilmiah.
Dihari kedua, kegiatan ini mulai membahas sesuatu yang
benar-benar ilmiah. Banyak dari kami diperintahkan untuk mencetuskan berbagai
ide. Tapi semua ide yang diutarkan seolah tidak begitu menarik dimata Bu
Wulan-guru pembimbing kegiatan Karya Ilmiah Remaja.
Beliau sudah membekali kami berbagai macam cara untuk
mengeluarkan ide. Mulai dari ide teknologi terapan, ide alternatife pangan,
sampai ide-ide dibidang pertanian. Tapi tak satupun dari kami berhasil
mencetuskan ide yang menarik di mata Bu Wulan.
“kita tutup pertemuan kali ini dulu. Dalam waktu satu bulan
ini akan ada lomba karya Ilmiah tingkat kabupaten dan provinsi. Jadi dalam
minggu-minggu ini ibu harap kalian sudah bisa menemui ibu dengan membawa ide
yang benar-benar menarik.” Ucap Bu Wulan.
Kami semua hanya terdiam mendengar ucapannya. Beberapa
diantara kami saling bertatapan
menandakan kebingungan. Beberapa yang lainnya ada juga yang memegangi
kepalanya. Sementara aku hanya bisa diam karena memang aku tidak tau apa-apa.
Dalam minggu-minggu ini kami harus bisa menemukan sebuah ide
yang menarik untuk diikutsertakan dalam lomba. Roni-temanku yang menghasutku
untuk ikut kegiatan KIR juga tampak begitu kebingungan untuk mencari ide.
“Gimana ni? Lo udah dapet ide belum?” tanya nya sembari
menuntut padaku. Aku hanya terdiam karena memang aku tidak begitu tertarik pada
kegiatan ini.
“Ah lo ini ndre. Lo itu bisanya apa si?” tanyanya lagi.
“Mancing.” Jawabku asal. Dia terdiam lalu memandangiku
dengan mata menyelidik.
“Pakannya?”
“Bikin sendiri lah.”
Jawabku lagi.
“Ide cemerlang.” Ucapnya dengan senyum lebar. Seperti sudah
memenagkan lotre.
“Kita bakal bikin pakan ikan dengan bahan-bahan sederhana
dan juga kaya akan protein sehingga hasil panen para petani ikan akan melambung
tinggi.” Ucapnya lagi.
“Emang bisa?” tanyaku heran.
“Ya bisa lah. Tenang aja. Lo yang bikin pakannya. Gue yang
bikin makalahnya.” Ucapnya lagi sambil tersenyum lebar.
***
Sepulang sekolah aku dan Roni langsung mengerjakanm ide ini.
Aku menyiapkan segala macam bahan-bahan yang biasa kugunakan untuk membuat
pakan ikan. Mulai dari ampas tahu, dedak, sampai dengan ikan asin murahan. Roni
tampak asik mencatat dan sesekali memotret ku saat aku sedang membuat pakan
ikan.
Dia tampak begitu serius dan antusias. Sepertinya dia memang
menaruh harapan besar pada pakan ikan ini. Dia juga sepertinya yakin kalau bu
Wulan akan suka dengan ide ini.
Keesokannya, aku dan Roni datang menghadap bu Wulan. Tidak
tanggung-tanggung, Roni datang menghadap dengan membawa makalah yang sudah selesai.
Dia sepertinya memang sangat yakin dengan karya ilmiahnya ini.
Sesampainya dihadapan bu Wulan, Roni langsung menyerahkan
makalahnya. Bu Wulan hanya tersenyum-senyum kecil saat membuka dan membaca
makalah itu. Tapi dari senyumannya itu aku yakin, dia sepertinya suka dengan
ide ini.
“Oke, makalah ini ibu acc. Dan akan segera ibu sertakan
dalam lomba KIR tingkat kabupaten.” Ucap Bu Wulan sembari tersenyum. Roni
langsung tertawa kegirangan mendengar ucapan bu Wulan. Begitu juga denga ku.
Tidak kusangka bu Wulan akan setuju dengan ide pakan ikan bodoh ini.
Aku dan Roni kembali kekelas dengan wajah yang sumringah.
Memang karya kami belum membuahkan hasil, tapi setidaknya kami sudah menang
disekolah kami. Karena belum ada satupu
karya yang diterima bu Wulan selain karya kami. Kami yakin kami akan
bisa menuai prestasi dengan karya kami.
---oOo---