Suatu ketika ada sebuah pertunjukan. Sebuah kesenian
yaitu kuda kepang atau kuda lumping. Biasa disebut di kampung saya
jaranan. Jujur saya tidak begitu tertarik dengan jaranan. Memang jaranan itu
kesenian dari Indonesia tapi bukan saya tidak mencintai keseniannya.
Untuk kesenian jaranan atau kuda kepang, saya tidak begitu
tahu tapi teman saya yang satu ini dia sangat mencintai dan menyukai kesenian
ini.
Kalau di mana saja jaranan itu ada pasti dia tidak pernah absen dan berangkatnya selalu paling awal sendiri.
Kalau di mana saja jaranan itu ada pasti dia tidak pernah absen dan berangkatnya selalu paling awal sendiri.
Teman ku ini memang rajanya jaranan. Setiap jaranan dimana
saja pasti dia tahu. Tahu informasi dari mana dan dari siapa, pasti dia tahu.
Atau mungkin saja dia mengikuti sebuah grup kuda lumping atau sebuah member yang diikuti seluruh kabupaten atau pun seluruh kota.
Atau mungkin saja dia mengikuti sebuah grup kuda lumping atau sebuah member yang diikuti seluruh kabupaten atau pun seluruh kota.
Jadi dia tahu dimana saja jaranan itu ada. Oh ya aku belum
memperkenalkan teman saya yang ini sebut saja dia Duren, bukan duda keren ya
dia masih buangan kok.
Heranya, saya dengan dia sampai rela berjalan kaki untuk
menonton jaranan. Ya, bagus juga sih dia masih berpartisipasi untuk
melestarikan jaranan itu.
Jaranan bagi dia sangat menghibur, menarik dan menegangkan. Hal
itu karena waktu penari jaranan mendem atau biasa disebut kesurupan (kemasukan setan
jin atau apalah itu sejenisnya) dan penari jaranan tidak sadar apa yang mereka
kerjakan atau mereka lakukan.
Pemain tersebut semacam kerasukan setan.
Pemain tersebut semacam kerasukan setan.
Dan bayak berbagai macam setan yang merasukinya sampai ada
yang makan bunga dan ayam hidup - hidup dia makan.
Yang paling ekstrim yaitu makan beling, “apa pencernaanya
tidak rusak itu ya?”, penari jaranan di perbolehkan makan beling.
Oh kan yang makan bukan dia tapi setan yang merasukinya…
Oh kan yang makan bukan dia tapi setan yang merasukinya…
Pernah suatu hari dia mengajak saya untuk menonton jaranan tapi
saya tolak tapi saya tolaknya baik baik takut dia tersinggung. Saya tidak suka
dengan jaranan bukan tidak suka ya saya tetap melestarikanya.
Tapi kalau saya harus terjun atau masuk kedalamya saya tidak
mau.’’ Kamu tidak gaul “jaranan itu asyik, ramai”, jawabnya. Saya tidak
menghiraukan apa tentang dia kepadaku bodo amat.
Itu cerita pengalaman saya tentang pertunjukan kuda kepang
ata jaranan. Bukan pengalaman saya waktu nonton jaranan karena saya tidak
pernah nonton jaranan.
Tapi pengalaman teman saya si Duren waktu menonton jaranan
dan dicertakan ke saya, mungkin biar saya tertarik dan ikut menontonya, tapi
maaf bagi saya itu tidak berpengaruh.
Selera orang kan berbeda beda. Dan saya tidak membatasi
setiap orang untuk menyukai jaranan itu. Termaksud teman saya yang menyukai
jaranan itu.
Hak mereka masing masing. Mereka bebas menyukai apa saja yang dia kehendaki dan yang mereka mau atu yang mereka inginkan.
Hak mereka masing masing. Mereka bebas menyukai apa saja yang dia kehendaki dan yang mereka mau atu yang mereka inginkan.
---oOo---