Di Kejar Setan Karena Janji

Cahaya lilin menerangi wajahku dan wajah Annisa. Alunan musik lagu cinta juga menambah romantic suasana. Hari ini adalah hari di mana hubunganku dan hubungan Annisa tepat satu Tahun. Aku sangat mencintai Annisa.


Gadis manis yang aku kenal kali pertama masuk sekolah ini benar-benar membuat aku berhenti mencari cinta lagi. Dan sejak kenal Annisa, aku sama sekali tidak tertarik dengan wanita lain.

“Sayang, kamu mau janji enggak sama aku?” ucap Annisa manja sambil menggenggam tanganku.
“Janji apa sayang?” Tanya ku

“Kamu harus janji  mau nemenin aku sampai kapankun. Baik di dunia dan diakhirat nanti. Kamu juga harus janji buat selalu setia sama aku. Mau engga?” ujarnya.

“Em.. ya pasti mau dong sayang. Aku janji aku bakal selalu cinta sama kamu baik di dunia maupun diakhirat.” Ucapku. 

Percakapan ini sebenarnya sudah membuatku sedikit merinding karena Annisa berkata seolah-olah dia akan pergi.

Malam semakin larut, pengunjung café juga perlahan mulai pergi. Akhirnya aku dan Annisa memutuskan untuk pulang karena besok kami juga harus bersekolah. Aku pergi mengantar Annisa pulang kerumahnya dengan mobilku.

Namun aku merasa ada yang aneh pada Annisa. Dia tampak begitu pucat dan selama di perjalanan dia sering sekali menarik nafas panjang.

Aku sudah mencoba menanyakan kondisinya namun dia selalu berkata kalau dia tidak apa-apa. Karena merasa memang tidak ada apa-apa, akhirnya aku memutuskan untuk kembali pulang saja.

Keesokan hari pun tiba. Seperti biasa aku melakukan rutinitasku sebagai seorang pelajar. Aku sekolah seperti biasa, namun hari ini aku tidak menjemput Annisa karena dia bilang dia ingin berangkat dengan sang ayah.

Sesampainya disekolah aku dikejutkan dengan informasi yang datang dari Cindy teman Annisa. Dia bilang kalo Annisa mengalami kecelakaan dalam perjalanannya menuju sekolah.

Dan naasnya Annisa langsung meninggal ditempat dengan luka dibagian kepalanya. Aku benar-benar shock. Perasaan sedih dan takut bercampur aduk dalam diriku. Bagaimana ini hal semacam ini bisa terjadi pada Annisa.

Apa mungkin ini jawaban dari janji yang aku buat dengannya semalam. Aku benar-benar panik. Aku pun langsung mengajak Cindy untuk pergi ke rumah Annisa dan melihat kondisnya. 

Dalam hati kecilku aku masih belum bisa percaya dengan fakta ini.

Baru tadi malam aku dan Annisa makan bersama di sebuah café, dan sekarang dia sudah pergi meninggalkan aku dan keluarganya.

Aku benar-benar bingung dengan kejadian ini. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya bisa menutup kedua mataku yang tak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

Malam harinya aku tidak bisa tidur. Wajah Annisa terus saja membayang-bayangiku. Saat sedang berbaring di kamarku pun aku merasa seperti sedang di awasi oleh Annisa. Aku tau dia tidak mungkin menyakitiku meskipun  dia sudah mati.

Tapi aku benar-benar panik dan bingung harus bagaimana. Akhirnya kuambil ponselku dan aku langsung menelpon Cindy. Aku bercerita semua tentang kesedihan yang aku alami ini.

Aku juga bercerita tentang obrolanku dengan Annisa semalam sebelum kematian Annisa. Cindy menanggapi semua curahan hatiku dengan respect. Aku merasa nyaman mengobrol dengannya.

Setiap malam saat aku merasakan kedatang arwah Annisa aku selalu menelpon Cindy untuk bercerita. Semakin hari kedekatanku dengan Cindy semakin erat. Yang tadinya hanya curhat tentang Annisa, kini merambah ke curhatan ku yang lain.

Lama-kelamaan aku merasa aku seperti jatuh cinta pada Cindy. Tutur katanya yang lembut dan juga pribadinya yang santun membuat aku merasa nyaman dengannya. 

Sampai suatu hari aku putuskan untuk mengajaknya menjalin hubungan. Dia pun tanpa ragu menerima ku sebagai kekasihnya.

Meskipun sebenarnya aku masih merasa bersalah pada Annisa, aku tetap saja mencoba menjalani hubunganku dengan Cindy.

Pada suatu malam seperti biasa aku menelpon Cindy. Ditengah obrolan kami, tiba-tiba Cindy berteriak. Aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku sudah mencoba membentaknya dengan keras agar dia sadar.

Tapi dia terus berteriak, bahkan semakin lama semakin keras. “Maaf.. maaf.. ampuun..ampuun..” itu lah kata yang keluar dari mulut Cindy. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Semakin lama teriakannya semakin bertambah bahkan kali ini teriakannya diselangi dengan isakan tangis yang terdengar begitu menyedihkan. 

Sampai tiba-tiba telponku dengannya terputus. Aku sudah mencoba untuk menelponnya lagi. Namun tetap saja tidak ada jawaban.

Keesokan harinya aku  berangkat sekolah seperti biasa. Sesampainya disekolah, kejadian itu terulang lagi. Aku kembali merasakan sakit dan sedihnya ditinggal mati oleh pacarku.

Aku mendapatkan info kalau Cindy  ditemukan dikamarnya dalam keadaan tak bernyawa. Sampai saat ini masih belum diketahui penyebab kematiannya ini. Kali ini aku benar-benar frustasi. Untuk kedua kalinya aku kehilangan kekasih dengan cara kematian.

Malamnya aku terus berpikir tentang kejadian aneh yang menimpa Cindy. Apa sebenarnya penyebab kematiannya. 

Apakah ini ada hubungannya dengan Annisa. Saat sedang berbaring, tiba-tiba aku merasakan ada orang yang sedang berdiri disampingku.

Begitu aku menengok dan melihatnya aku benar-benar terkejut. Aku merasa ketakutan. Dia menatapku dengan penuh amarah dan kesedihan.

Aku tidak tau apa yang akan dia lakukan. Aku kemudian berdiri dan berusaha untuk menggapainya. Namun tiba-tiba dia memelukku sembari menangis.

“Kamu bener-bener tega Bal. Aku ke sini untuk menagih janji yang dulu pernah kau buat. Kamu sudah berjanji untuk setia pada ku hidup dan mati.

Karena itulah sekarang aku di sini untukmu. Aku datang untuk membawa pergi. Pergi bersama ku dan bahagia untuk selamanya.” “Jleeeb!!!” hening~

---oOo---

Tag : Cerpen, Cinta, Horor
Back To Top