Contoh Cerpen Cinta Romantis: Suara Pikiranku Merindukanmu- Pagi yang penuh embun dan sedikit sinar matahari di belakang
embun. Aku merasakan dingin kabut embun yang begitu menusuk tubuhku. Tak
banyak yang bisa aku lakukan untuk mengusir dingin hanya api dan sebuah jaket yang
sudah menempel di badanku.
Meski tidak bisa menghilangkan keinginanku, setidaknya
adanya jaket dan api yang begitu kecil ini dapat mengurangi rasa diinginku.
Sementara itu kabut pun tersingkir dengan matahari yang mulai
menampakkan batang hidungnya. Suasana pegunungan berubah menjadi hangat dan
begitu nikmat. Berbeda dengan tadi malam ketika aku menggigil dan tak
berhenti-henti.
Hangatnya suasana hari ini tidak sehangat perasaan hatiku
saat ini. Perasaanku begitu gundah memikirkan kekasihku yang sedang ada di
kota. Dia pergi 5 bulan yang lalu dan akan segera pulang setelah 5 bulan.
Sedangkan bila kuhitung dengan cermat dari kepergianmu ini sudah lebih dari 5
bulan, dan hampir menginjak 6 bulan.
Aku yang sedang duduk di kursi halaman bergitu rindu akan
hadirmu di sampingku. Bayangmu begitu lekat berada di kursi kosong yang ada di
sampingmu, tetapi itu hanya bayangan. Sedang kau yang asli, aku tidak tahu
engkau dimana dan sedang apa sekarang.
Dengan mata sayup aku terus merenung dan berfikir sembari
duduk manis di bangku ini. Sementara itu matahari terus tinggi dan menyinari
bumi dan seisinya. Fungsi jaketku kini tidak ada lagi, karena cuaca tidak
sedingin tadi malam. Aku pun melepasnya karena panas memakai jaket ini.
Aku memangku tanganku lagi dan menyandarkan tubuhku ke
belakang. Sementara itu aku terus melanjutkan hayalanku yang sempat terputus
ketika aku melepas jaketku. Aku menyambung hayalan tentang bayangan indah yang
duduk di sampingku. Aku berfikir andai dia di sini, tentulah aku bisa berbicara
dengan lepas, tertawa dengan lepas.
Mataharipun sudah semakin tinggi, bila dilihat-lihat dari
letaknya sudah menjunjukan jam 10 pagi. Aku pun masuk dan menjeda hayalanku
bersamanya dan akan aku sambung lagi di lain kesempatan. Aku masuk ke rumah
untuk mandi dan sarapan.
Aku berjalan ke kamar dan kemudian mengambil handuk. Setelah
itu aku pun pergi ke kamar mandi. Aku pun mandi dengan terus dibayangi akan
hadirmu di sini. Usai mandi aku pun mensisir rambutku dan setelah memakai
kembali bajuku.
Tak lama kemudian ketika aku sedang menyisir rambutku dengan
memandangi wajahku di kaca, ibuku memangggilku. “Siren..?”, ungkap ibuku dan
kemudian masuk ke kamarku.
“Ada apa ma”, ungkapku sambil terus menyisir rambutku hingga
rapih.
“Tolong belikan ibu obat sakit kepala dong”, ungkap ibuku
sambil memegangi kepala.
Aku pun langsung berdiri dan langsung menghampirinya. Aku
pun memapahnya dan mempersilahkan duduk di kamarku.”Ibu tunggu sini ya, aku
pergi ke warung dulu untuk membeli obat untuk ibu”, ungkapku sambil mengelus-elus
pundak ibuku.
Aku pun pergi dan bergegas untuk mencarikan obat untuk
ibuku. Dengan langkah yang cepat aku berjalan. Tidak lama kemudian aku sampai
di warung dan mulai memanggil pemilik warung. Pemilik warung keluar dengan
tersenyum dia berkata,”Mau beli apa Siren..?”, ungkap pemilik warrung tersebut.
“Aku mau beli obat sakit kepala”, ungkapku.
Sang pemilik warungpun langsung mengambilkan obat tesebut
dan kemudian memberikan obat tersebut kepadaku. “Berapa...?’, ungkapku
menanyakan harga kepada pemilik warung.
“5 ribu”, ungkap pemilik warung.
Aku pun membayarnya dan kemudian aku berlari pulang karena
khawatir dengan keadaan orang tuaku. Dengan begitu cepat aku berlari hingga
akhirnya sampai di rumah dengan sangat singkat. Aku masuk ke rumah dan kemudian
mengundang ibuku.”Buk..!”, ungkapku sambil masuk ke kamarku.
Ibu kemudian menjawab,”Iya Siren”, dengan terbaring dengan
wajah pucatnya.
Aku pun mengambilkannya air dan kemudian membukakan obat
tersebut.”Ini minum dulu bu”, ungkapku sambil memebrikan obat dan minuman untuk
di minum secara bersamaan. Ibukupun meminumnya dengan begitu hati-hati.
Mula-mula dia memasukan obatnya ke dalam mulut, dan kemudian meminum air.
“Sekarang ibu istirahat, sesudah istirahat pasti sembuh”,
ungkapku.
Ibu pun berbaring dengan muka yang pucat. Aku pun
menyelimutinya dan membiarkan ibuku beristirahat. Setelah itu aku pun keluar
dari kamarku dan membiarkan ibuku tenang. Setelah itu aku pun pergi ke ruangan
makan untuk sarapan .
Aku pun duduk di bangku ruangan makan dan mulai mengambil
nasi. Setelah itu aku membolak-balik nasi agar segera dingin. Baru aku
memasukan sayur dan lauk dan memakannya. Aku makan dengan sedikit tidak selera,
karena kekasihku pergi dan ibuku sakit. Dua orang yang aku sayangi membuat pikiranku
tidak menentu.
Begitu lama aku menghabiskan makanan yang aku ambil. Tidak
jarang aku makan sambil melamun. Aku pun memasukan makanan lagi ke mulutku dan
ku mulai mengunyah, dan aduh begitu sakit gusi yang tergigit gigi. Aku pun
berhenti mengunyah untuk sejenak dan kemudian melanjutkan mengunyah lagi.
Setelah cukup lama aku mengunyah makanan akhirnya makanan
yang aku ambil habis. Aku pun meletakan piringnya di dapur dan kemudian
mencucinya. Setelah itu aku menatanya dengan sangat rapi di rak piring. Aku
duduk lagi untuk minum dan untuk menghanyutkan makanan di dalam tubuhku.
Aku duduk sejenak sambil menyenderkan tubuhku di bagian
dinding kursi. Aku menunggu perutku selesai di proses. Setelah itu aku pun
pergi ke kamar aku duduk di samping ibuku yang sedang terlelap dengan betgitu
lelapnya.
Aku mengambil buku yang ada di rak kamarku. Aku membukanya
dan mulai membacanya, namun karena suasana hati sedang tidak menentu, aku susah
sekali konsentrasi untuk mengambil kandungan yang ada di buku. Aku pun mencoba
untuk konsentrasi, sedikit, demi sedikit aku bisa berkonsentrasi.
Aku membaca buku tersebut sambil duduk membelakangi ibuku.
Sementara itu wajah ibuku begitu penuh dengan keringat yang keluar dari tubuhnya.
Aku pun menghentikan membacaku dan mengelap kening ibuku. Setelah itu aku pun
mulai membaca lagi sampai ibuku sadar.
Lima menit aku membaca bayangan kekasihku hadir lagi dan
menyelimuti konsentrasiku. Sehingga aku pun susah sekali untuk membaca karena
bayangnya selalu menghantuiku. Aku pun menghentikan membaca dan duduk berdiam
diri tanpa melakukan apa-apa.
Aku menunggu hingga ibu bangun dari tidurnya. Sementara itu
pikiranku sudah tidak karuan, karena aku begitu merindukan kekasihku. Padahal
dia suah janji akan pulang pada bulan ini, tetapi hingga kini dia belum juga
pulang.
Apakah ada wanita yang lain yang sudah masuk ke dalam hati
kekasihku, hingga dia tega tidak memberikan kabar dan tidak pula segera
kembali. Tetapi untuk ini aku tidak bisa mengambil keputusan tentang kekasihku.
Aku hanya bisa berharap dimanapun dia berada, dia akan kembali kepadaku kelak.
Aku ingin sekali mendengar canda dan tawanya serta celoteh
yang buat aku terhibur. Karena dengan itulah aku bisa terhibur dan dengan itu
pula aku bisa menghilangkan kerinduanku kepada kekasihku. kembalilah kepadaku
aku sangat rindu denganmu.
---
oOo ---