Cerpen
yang pendek menarik berjudul “aku hanya punya hati” kadang
membuatku cemas jika ingat judulnya. Bagaimana mungkin kata itu bisa terucap
dari mulut seseorang? Apakah mereka tidak sadar seberapa berharganya hati
seseorang?
Baik hati dalam arti anggota tubuh manusia maupun hati yang mengacu
pada perasaan kasih dan sayang, keduanya sama berharganya, benar bukan?
Ini sama saja seseorang yang
tidak memiliki uang dan ingin membuka usaha lalu berkata “hanya modal dengkul
(lutut)”, padahal tubuh kuat dan sehat sangat mahal harganya.
Maka bagiku, aku tidak akan pernah mengatakan kalimat seperti itu. Tapi itulah yang membuat cerpen yang satu ini menarik untuk disimak.
Maka bagiku, aku tidak akan pernah mengatakan kalimat seperti itu. Tapi itulah yang membuat cerpen yang satu ini menarik untuk disimak.
Tentu saja kisah ini adalah
sebuah kisah cinta yang cukup menarik untuk kita simak. Bagaimana tidak,
judulnya saja sudah membuat hati bergetar dan penasaran dengan apa yang
sebenarnya terjadi.
Ini akan sangat menarik jika pada akhirnya kita mendapatka kejutan-kejutan yang menegangkan dari penulis. Namun begitu, sebagai cerpen yang cukup pendek kita tidak bisa terlalu berharap banyak.
Pasti tidak akan banyak yang bisa dilukiskan dari sebuah karangan yang panjangnya terbatas. Tinggal bagaimana penulis memainkan kalimat dan diksi untuk membangun suasana cerita yang lebih hidup dan menarik.
Ini akan sangat menarik jika pada akhirnya kita mendapatka kejutan-kejutan yang menegangkan dari penulis. Namun begitu, sebagai cerpen yang cukup pendek kita tidak bisa terlalu berharap banyak.
Pasti tidak akan banyak yang bisa dilukiskan dari sebuah karangan yang panjangnya terbatas. Tinggal bagaimana penulis memainkan kalimat dan diksi untuk membangun suasana cerita yang lebih hidup dan menarik.
Mudah-mudahan saja, penulis
menyajikan sebuah kisah dengan tidak arogan dan hanya mementikan kesenangan
sendiri tanpa memperhatikan suasana hati pembaca.
Mudah-mudahan akhir kisah cinta ini tidak digantung dan dibiarkan begitu saja mengambang entah kemana. Yuk, dari pada penasaran lebih baik kita baca saja.
Mudah-mudahan akhir kisah cinta ini tidak digantung dan dibiarkan begitu saja mengambang entah kemana. Yuk, dari pada penasaran lebih baik kita baca saja.
Aku Hanya Punya Hati
Namanya adalah Soleh, dia
adalah pria miskin yang kehidupanya serba pas-pasan. Dia tinggal dengan adik
dan ibunya, sementara ayahnya sudah lama meninggal.
Sebagai anak paling tua dikeluarganya, dia harus bekerja keras untuk menyambung hidup dan menyekolahkan adiknya, karena hasil bekerja ibunya sebagai buru cuci tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Sebagai anak paling tua dikeluarganya, dia harus bekerja keras untuk menyambung hidup dan menyekolahkan adiknya, karena hasil bekerja ibunya sebagai buru cuci tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Untuk membantu perekonomian
keluarganya soleh bekerja sebagai tukang salon kendaraan yang didekat rumahnya.
Salon kendaraan tersebut melayani kendaraan roda 4 maupun kendaraan roda 2.
Sholeh bekerja dengan Indra dan Andi yang merupakan temannya sejak dia masih kecil. Indra dan Andi sudah dianggap sebagai saudara sholeh sendiri, mengingat hanya mereka berdualah yang selalu setia menolong setiap sholeh sedang kesusahan.
Sholeh bekerja dengan Indra dan Andi yang merupakan temannya sejak dia masih kecil. Indra dan Andi sudah dianggap sebagai saudara sholeh sendiri, mengingat hanya mereka berdualah yang selalu setia menolong setiap sholeh sedang kesusahan.
Soleh juga mempunyai gadis
pujaan yang bernama Leni, dia adalah anak dari pengusaha yang ada di desa
sebrang. Namun orang tuanya kurang merestui hubungan keduanya karena soleh
miskin.
Orang tuanya hanya taku Leni akan hidup susah bila menikah dengan Sholeh. Meski demikian Leni sangat mencintai Sholeh, seperti Sholeh yang mencintai Leni.
Orang tuanya hanya taku Leni akan hidup susah bila menikah dengan Sholeh. Meski demikian Leni sangat mencintai Sholeh, seperti Sholeh yang mencintai Leni.
Di pagi hari yang cerah Sholeh
sedang duduk di depan rumah dan bersiap untuk berangkat kerja. Dengan menyantap
sarapan seadanya, dia tetap menampakan muka yang ceria. Dia tetap tegar walaupun
hidup sebagai orang yang tidak punya.
Sholeh,”Ibu, adek, seholeh
berangkat kerja dulu ya”.
Ibunya,”Iya ati-ati di jalan
ya”.
Sholeh,”Iya buk”.
Sholeh berangkat bekerja dengan
berjalan, dan hanya beralaskan sendal untuk melindungi kakinya dari benda tajam
maupun kerasnya batu. Sesampainya di tempat kerja, kedua teman Sholeh menyambut
riang kedatangan Sholeh.
Indra,”Weh Sholeh, baru ceria
banget”.
Sholeh,”Iya dong, harus ceria,
kan masih pagi, masa masih pagi sudah lemes, kaya Andi tuh hehe”.
Andi,”Enak aja, aku Hanya lagi
mikir leh”.
Sholeh,”Mikir apaan, udah
dibuat santai aja”.
Andi,”Iya leh hehe”.
Tak lama kemudian ada pelanggan
yang hendak membersihkan mobilnya, kini tugas Sholeh dan kawan-kawan untuk
membersihkannya.
Dengan muka ceria dan saling bercanda tawa mereka membersihkan mobil tersebut, sementara pelanggan sedang asik membalas pesan dari ponselnya.
Dengan muka ceria dan saling bercanda tawa mereka membersihkan mobil tersebut, sementara pelanggan sedang asik membalas pesan dari ponselnya.
Hari sudah siang, Sholeh ada
janji dengan kekasihnya di taman dekat salon kendaraan tempat dia bekerja.
Sepulang dari bekerja solehpun menemui Leni untuk melepas kerinduan.
Meski jarak desanya dengan Leni tidak terlalu jauh namun Sholeh dan Leni jarang bertemu, karena selain Sholeh yang sibuk bekerja, Lenipun sibuk bekerja disebuah perusahaan garmen. Inilah momen yang memang sangat ditunggu-tunggu oleh Sholeh maupun Leni.
Meski jarak desanya dengan Leni tidak terlalu jauh namun Sholeh dan Leni jarang bertemu, karena selain Sholeh yang sibuk bekerja, Lenipun sibuk bekerja disebuah perusahaan garmen. Inilah momen yang memang sangat ditunggu-tunggu oleh Sholeh maupun Leni.
Sholeh,”Hay, sudah dari tadi
ya”.
Leni,”Belum kok, kamu baru
selesai..?”.
Sholeh,”Iya ni baru selesai,
kamu makin cantik aja si hehe”.
Leni,”Emang dari dulu cantik
kali”.
Sholeh,”Enggak lah dulu jelek
hehe”.
Leni,”Terus kenapa kamu mau
sama aku, kalo aku jelek”.
Sholeh,”Ya kasian aja sama kamu
hehe”.
Leni,”Hih jahat banged si kamu,
pukul ni..!”.
Sholeh,”Iya maaf, kan bercanda,
gitu aja marah, cantinya ilang lo, senyum geh”.
Leni,”Hehehe”.
Sholeh,”Gitu dong, kan cantik
kalo senyum”.
Leni,”Dasar kamu”.
Sholeh,”Kenapa si hingga
sekarang orang tua kamu belum ngerestuin hubungan kita..?”.
Leni,”Iya itu aku gak tau jalan
pikiran ayah bagaimana, tapi kamu yang sabar ya, kamu cinta kan sama aku”.
Sholeh,”Iya aku sayang sama
kamu”.
Leni,”Kalau kamu sayang sama
aku, jangan nyerah dong, semangat”.
Sholeh,”Tapi aku terkadang juga
mikir, apa yang dikatakan ayah kamu itu ada benarnya juga. Entar kalau kamu
nikah sama aku, emang kamu siap buat hidup susah sama aku. Aku orang miskin gak
punya harta, aku hanya punya hati”.
Leni,”Aku tidak peduli, bagiku
harta tidak menjamin kebahagiaan kita, aku lebih seneng sama kamu yang miskin.
Sudah gak perlu mikirin hal itu, kita jalani aja hubungan ini, lama-lama ayahku
pasti luluh kok”.
Satu bulan kemudian Leni
meminta Sholeh untuk melamarnya, sementara Sholeh bingung mas kawin aja tidak
punya. Kedua teman Sholeh yang mendengar berita ini berinisiatif untuk
menggaang dana guna membeli maskawin untuk Sholeh. Sementara itu ayah Leni
sudah dibukakan pintu hatinya sehingga dia mau menerima Sholeh.
Pada pagi harinya Sholeh
berangkat kerja seperti biasa namun dengan muka murung. Sesampainya dia di
tempat kerja kedua sahabatnya bertanya,”Kenapa kamu leh murung, ada masalah
ya”, teman Sholeh pura-pura tidak tahu padahal sudah tahu.
Sholeh,”Pacarku minta lamar
Ndra, Ndi”.
Andi,”Terus kenapa..?, ya udah
tinggal lamar aja susah amat ya gak Ndra”.
Indra,”Iya tau tu”.
Andi,””Terus apa yang kamu
pikirin”.
Sholeh,”Aku gak punya uang
untuk beli mas kawin”.
Andi,”Ni mas kawin, ini aja kan
yang kamu butuh, sekarang cepat susul pacarmu, lamar dia”.
Sholeh pun sangat gembira
menerima mas kawin tersebut dan memeluk kedua sahabatnya sambil berkata,”Kalian
memang sahabat terbaik ku, terimakasih”.
Sholeh tak jadi kerja, dia pun
pulang untuk mempersiapkan jamuan, karena keesokan harinya Sholeh akan
menjalani ijab kabul.
Dia memberitahukan kabar gembira ini kepada Leni, Lenipun menyepakatinya. Keesokan harinya ijab kabul dimulai sekaligus pesta perkawinan Sholeh dan Leni. Merek tidak menyangka bisa menikah, dan ayahnya bisa luluh dengan kesucian cinta mereka.
Dia memberitahukan kabar gembira ini kepada Leni, Lenipun menyepakatinya. Keesokan harinya ijab kabul dimulai sekaligus pesta perkawinan Sholeh dan Leni. Merek tidak menyangka bisa menikah, dan ayahnya bisa luluh dengan kesucian cinta mereka.
---
oOo ---
Benar tidak menyangka hasilnya
demikian, cerita yang disuguhkan benar-benar segar dan sederhana. Siapa yang
menyangka penggalan kalimat “hanya punya hati” menghadirkan kisah yang demikian
lugu.
Tapi sungguh, cerita yang diberikan dengan sangat lugas tersebut justru menghibur dari sisi yang berbeda.
Tapi sungguh, cerita yang diberikan dengan sangat lugas tersebut justru menghibur dari sisi yang berbeda.
Mungkin bagi kebanyakan
pengunjung yang mencari cerita-cerita pendek akan kaget dan menganggap ini
kurang menarik.
Tapi coba lihat dan pahami lagi bagaimana sang penulis dengan santai menggambarkan rangkaian kejadian dengan apa adanya. Ada nuansa emosi yang tertahan, ada suasana datar yang terasa disana.
Tapi coba lihat dan pahami lagi bagaimana sang penulis dengan santai menggambarkan rangkaian kejadian dengan apa adanya. Ada nuansa emosi yang tertahan, ada suasana datar yang terasa disana.