Contoh Cerpen Pendidikan, Kelas Menari

"Kelas Menari" juga salah satu contoh cerpen masalah pendidikan yang bisa anda baca di situs ini. Cerpen ini juga bercerita tentang seputar kegiatan para siswa dalam menuntut ilmu. Bagus deh, seperti cerita lainnya cerpen ini juga tidak membosankan. Dan yang terpenting cerpen ini cukup pendek jadi bisa dibaca langsung selesai.


Kalau kebetulan rekan semua sedang mencari cerpen dengan tema masalah pendidikan maka rekan semua bisa juga membaca karya sederhana ini.

Karya ini ditulis dengan sangat sederhana menggunakan bahasa sehari-hari dan cukup mudah dimengerti oleh pembaca. Masuk rekomendasi untuk bacaan rekan pelajar, dari pada keluyuran tidak jelas.

Dapat dilihat dari judul, cerpen ini mengisahkan persiapan anak-anak dalam menghadapi ujian untuk kelas tari.

Diceritakan satu kelompok pelajar berjuang keras untuk berlatih menari sebelum mereka menghadapi pengambilan nilai.

Pada ceritanya ada ketegangan, ada ketikdapastian, pokoknya seru deh ceritanya. Jadi bagi rekan yang memang sedang mencari cerita bagus tentang pelajar jangan sampai dilewatkan ya.

Apalagi, selain cerita ini, di situs ini ada banyak cerpen-cerpen sederhana yang bertema seperti ini. Jadi tinggal pilih mau membaca yang ini atau yang lain. 

Pengambilan Nilai Kelas Menari
Cerpen Pendidikan Oleh Irma

Cuaca yang sangat panas membuat Gigih masih enggan beranjak dari rumah, padahal sore ini ia ada latihan menari bersama teman-teman kelompoknya. 

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, ia segera mengambil ponsel di dalam tas dan menulis sebuah pesan, “guys, jadi latihan tidak hari ini, panas banget nih”, bunyi pesan Gigih kepada Anya.

Beberapa detik kemudian terdengar suara dering pada ponsel Gigih, ia pun lantas membaca pesan masuk dari Anya, “iya nih, panas banget, agak malas aku”, jawab Anya dalam pesan itu. 

Mendapatkan angin segar dari Anya, selanjutnya Gigih pun mengirim pesan ke beberapa teman lain.

Entah kenapa hari itu Gigih tidak ada semangat untuk berlatih, padahal satu minggu lagi mereka harus ambil nilai untuk kelas tari. 

Cuaca kemarau yang sangat panas memang kurang membuat nyaman, namun biasanya dia tetap semangat bahkan seringkali ia yang memberikan semangat kepada teman-teman lainnya.

Karena sudah setengah hati, Gigih pun inisiatif untuk menunda latihan dan mengirim pesan kepada seluruh temannya. Kebetulan, semua temannya memang belum berangkat latihan jadi mereka pun tidak keberatan.

Keesokan harinya mereka akhirnya mendapatkan masalah karena tidak memiliki banyak waktu luang untuk berlatih, jadwal kegiatan sekolah sangat padat hingga mereka pun bingung.

“Bagaimana nih, kapan lagi kita bisa latihan, semua jadwal penuh?”
“Iya, sepertinya kita hanya bisa latihan dua kali lagi”

“Waduh, mana cukup, gerakan kita kan masih acak-acakan?”
“Ya mau bagaimana lagi, kemarin yang membatalkan latihan siapa?”
“Sudah, sudah, tidak perlu ribut…”

Anya dan Gigih sedikit menyesal karena membatalkan latihan tetapi kelas menari tidak bisa diwakilkan, siap tidak siap mereka harus ambil nilai minggu depan.



“Bagaimana kalau sore kita latihan, sekitar jam 5, sampai jam 7 malam mungkin?”
“Bisa saja sih, tapi apa semua boleh keluar rumah?”
“Aku tidak masalah”
“Aku juga tidak…”

“Kalau aku sih bisa saja, asal izin sama orang tua”
“Sepertinya aku enggak mungkin deh, aku tidak pernah keluar malam?”
“Waduh, terus kamu bagaimana Gigih?”

“Agak sulit sih, tapi masih bisa kalau aku bilang sama ayahku sendiri..”
“Jadi, cuma Nita yang tidak bisa keluar, kenapa tidak latihan di tempat Nita saja?”
“Benar-benar…kan Nita tidak perlu keluar rumah?”
“Iya tapi….”

“Tapi apa lagi Nit?”
“Rumahku… rumahku sempit…”
“Halah, sudah, yang penting tugas kamu minta izin agar kita bisa latihan di rumah kamu… selebihnya biar kami yang urus?”
“Peralatan bagaimana….?
“Kami yang urus Nita, kamu tenang saja”
“Ya sudah deh…”

Akhirnya, mereka mendapatkan solusi untuk latihan mempersiapkan kelas menari yang minggu depan harus pengambilan nilai. 

“Kelas menari memang paling berat”, gumam Anya. “Iya, tapi sudahlah yang penting kita berusaha”, jawab Gigih.

Akhirnya, mereka pun memutuskan untuk kembali latihan di rumah Nita selama beberapa hari. Awalnya Nita sedikit kesulitan meyakinkan orang tuanya untuk mengizinkan mereka latihan di rumah. Tetapi akhirnya Nita diberi izin dengan catatan tidak lebih dari jam 7 malam.

Sebelum latihan, kecuali Nita mereka semua sibuk mempersiapkan peralatan. Ada yang menyiapkan sound dan ada yang menyiapkan halaman depan. 

Mereka terpaksa berlatih di halaman teras rumah karena rumah Nita memang sangat sempit. Latihan pun berjalan dengan lancar.

“Duh, capek juga ya…”, ucap Anya
“Iya nih, mana haus lagi… beli es yuk”, ajak Gigih
“Heh…kalian ini, berisik…” bentak Anggi
“Maaf ya teman-teman agak lama, nih kita minum dulu, kebetulan ibu buat es lumayan banyak”, ajak Nita kepada teman-temannya yang bercucuran keringat.

Mereka pun akhirnya berebut sambil tertawa. Sedang asyik mereka menikmati es tiba-tiba ibu Nita keluar dan menyapa mereka.
“Bagaimana Nak latihannya?”, tanya Bu Darmi
“Lancar tante, oh iya maaf ya tante sudah merepotkan…”, jawab Gigih
“Terima kasih juga es-nya tante, enak…”, ucap Anggi sambil tersenyum
“Iya, kalian lanjutkan ya, tapi jangan terlalu berisik ya, tidak enak sama tetangga”, ucap bu Darmi melanjutkan.

Akhirnya, dengan penuh semangat mereka berlatih sampai beberapa kali sebelum tampil di kelas tari. Sampai akhirnya, saat pelajaran menari tiba mereka benar-benar percaya diri dan siap untuk mengikuti tes kapanpun.

--- Tamat ---

Back To Top