Cerita Pendek Ibu, Pakaian Anak Perempuan - Dalam cerpen berikut anda akan mendapatkan sebuah nasehat yang sangat berharga, bahwa seorang ibu memang selalu memikirkan anaknya, apalagi anak perempuan. Cerita pendek ibu berikut ini menggambarkan bagaimana seorang ibu sangat perhatian kepada anak perempuan yang ia miliki, bahkan untuk urusan pakaian sekalipun.
Cerpen singkat berjudul "pakaian anak perempuan" ini juga menggambarkan sisi lain, sebuah pesan bahwa hakekatnya baju bukan hanya untuk tampil cantik. Baju - apalagi untuk seorang wanita - juga akan menimbulkan kesan tertentu, apakah itu anggun, berwibawa, menyejukkan atau justru membuat orang ingin mengganggunya.
Cerita tentang seorang ibu yang bernama Anisya dan anaknya yang bernama Tanya berikut ini cukup menarik. Jalan cerita atau alur yang diberikan kepada pembaca berbeda dengan cerpen yang sudah kita baca sebelumnya. Ceritanya menarik, segar, baru dan cukup menghibur.
Jangan sampai ketinggalan ya, bagi pecinta cerpen silahkan anda baca karya cerpen terbaru kali ini. Mudah-mudahan ceritanya berkenan bagi anda.
Kalau ingin membaca cerita lainnya silahkan pilih beberapa kisah lain dibagian akhir kisah yang ini. Di sana juga sudah disiapkan beberapa kisah lain yang cukup menarik.
Cerita tentang seorang ibu yang bernama Anisya dan anaknya yang bernama Tanya berikut ini cukup menarik. Jalan cerita atau alur yang diberikan kepada pembaca berbeda dengan cerpen yang sudah kita baca sebelumnya. Ceritanya menarik, segar, baru dan cukup menghibur.
Jangan sampai ketinggalan ya, bagi pecinta cerpen silahkan anda baca karya cerpen terbaru kali ini. Mudah-mudahan ceritanya berkenan bagi anda.
Kalau ingin membaca cerita lainnya silahkan pilih beberapa kisah lain dibagian akhir kisah yang ini. Di sana juga sudah disiapkan beberapa kisah lain yang cukup menarik.
Pakaian Anak
Perempuan
Cerpen oleh Irma
Bagi seorang ibu, memilih pakaian untuk anak seolah sama saja dengan
memilih masa depan bagi anak-anaknya. Apalagi untuk anak perempuan, pakaian
anak perempuan harus sesuai dengan banyak kriteria, cantik, anggun, mewah,
nyaman dan lain sebagainya.
Anisya misalnya, ia sudah satu jam memilih dan memilah berbagai
koleksi baju yang ada di toko itu hanya untuk mendapatkan baju untuk Tanya.
Mata Tanya juga tak henti-hentinya mengikuti gerak tangan sang ini, sampai
akhirnya ia melihat satu pakaian yang ia suka, “yang ini saja Bu, aku suka yang
ini”, ucap Tanya.
Mendengar perkataan anak-nya, Anisya pun langsung mengambil
pakaian yang dimaksud. Ia lalu melihat dan mengamati pakaian itu. Lama ia
mengamati pakaian yang ada di tangannya itu, tanpa berkata apapun, akhirnya setelah
merasa puas dengan penilaian nya ia pun berkata, “untuk model yang ini ada warna
yang lain tidak?”, ia bertanya kepada penjaga toko.
“Kalau yang itu pilihannya lengkap Bu, anda tinggal sebutkan
saja warna apa yang anda inginkan”, jawab sang penjaga toko.
Anisya pun tersenyum tipis, terlihat ada kepuasan dalam
hatinya. Ia pun segera menanyakan kepada Tanya warna yang ia suka.
“Jangan warna itu, kamu ini, norak, tidak pantas untuk
kamu?”
“Tapi Bu…?”
“Iya itu bagus, tapi kalau dipakai kamu pasti tidak akan
sesuai”
Akhirnya Tanya pun mengalah kepada ibunya, “Ya sudah, dari
pada tidak dapat baju baru”, ucapnya.
Anisya memang seorang wanita sekaligus ibu yang sangat
memperhatikan penampilan. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, untuk seluruh
keluarganya ia selalu selektif dalam menentukan pakaian yang akan digunakan,
apalagi untuk Tanya anak perempuannya yang masih lugu. Terlihat bahwa tidak ada
kompromi sama sekali mengenai pakaian.
“Bu, yang itu bagus!”, teriak Tanya
“Bagus apanya, kamu ingin dianggap murahan! Keluarga kita
tidak ada yang berpakaian seperti itu, harus tertutup”, jawab Anisya
Tanya pun tidak mau mengalah, sepertinya kali ini ia
benar-benar suka dengan model pakaian tersebut. Ia benar-benar ingin
menggunakan pakaian itu hingga akhirnya ia berdebad dengan sang ibu.
“Bu, itu kan cocok untuk remaja!”, ucap Tanya sedikit kesal
“Iya, untuk remaja yang tidak punya prinsip”, jawab ibunya
tegas, “pilih yang lain saja”, lanjutnya
Sampai pada titik itu, Tanya mengerti benar bahwa hal itu
bukanlah masalah selera tetapi masalah prinsip. Maka, kalau sudah prinsip tidak
akan ada yang bisa menolak, meski sang ayah sekalipun.
“Pakaian anak perempuan itu bukan hanya harus cantik Nak,
tetapi harus menunjukkan harkat, derajat dan martabat yang baik, ingat itu!”,
pesan itu selalu ia sampaikan kepada sang anak manakala berdebat masalah
pakaian.
“Ya kan kadang aku ingin berpakaian seperti teman lain Bu,
kenapa sih harus seperti itu”, ucap Tanya terlihat sedih.
“Sudahlah Nak, sekarang mungkin ibu sangat memaksa, nanti
kalau kamu sudah lebih dewasa dari ini ibu tidak akan memaksa kamu lagi, nanti
akan ibu berikan hak untuk kamu menentukan pilihan yang penting kamu tahu baik
buruknya”, ucap Anisya panjang lebar.
Ada perasaan lega di hati Tanya mendengar perkataan sang
Ibu, paling tidak suatu saat nanti ia akan menentukan pilihan sendiri untuk
sesuatu yang ia inginkan. “Mudah-mudahan suatu hari nanti kamu mengerti Nak”,
ucap Anisya lirih.
Perhatian dan pengertian yang diberikan Anisya kepada Tanya
ternyata tidak menimbulkan kesadaran dan pengertian. Sebagai seorang gadis yang
masih sangat muda, Tanya belum bisa mengambil hal baik yang diberikan oleh sang
ibu, sampai akhirnya ia pun menolak menuruti keinginan ibunya.
“Aku pokoknya ingin beli baju itu, harus!”, teriak Tanya
suatu hari sambil meninggalkan ibunya. Anisya mulai sadar bahwa penolakan kali
ini terlihat begitu serius, “mungkin sekarang saatnya Tanya harus mengerti
sendiri”, ucap Anisya lirih.
Akhirnya, Anisya pun membelikan baju yang diinginkan oleh
sang anak. Dengan gembira dan bangga Tanya pun memakai pakaian tersebut. “Luar
biasa, dengan pakaian ini aku terlihat lebih cantik”, pikirnya sambil berjalan
menyusuri taman.
“Hai cantik”, teriak salah satu pemuda menggoda Tanya.
Tampak Tanya begitu bangga dan menikmati hal itu, ia sama sekali tak terganggu
dengan perlakuan lelaki itu.
Beberapa meter ke depan ternyata ada lelaki yang lebih
berani, ia bukan hanya menggoda tetapi mencoba menyentuh Tanya. Sontak Tanya
kaget dan berteriak, “Hei, yang sopan kamu ya!” ucap Tanya dengan suara
lantang.
“Alah, sudahlah, jangan sok kamu…”, ucap lelaki itu sambil
terus mencoba meraih Tanya
Menyadari lelaki itu tidak main-main, Tanya pun langsung
berlari secepat mungkin meninggalkan mereka. Ia sudah tidak peduli lagi bagian
lengan pakainnya sobek. Ia berlari dan terus berlari sampai rumah.
Sesampainya di rumah, ia langsung menangis. Anisya dan sang
suami yang sedang santai di depan rumah pun kaget melihat anaknya dengan
keadaan seperti itu.
Sang ibu panik dan sang ayah emosi - Cerita Pendek Ibu Pakaian Anak Perempuan, tetapi setelah Anisya
mengetahui bahwa Tanya baik-baik saja ia pun membujuk suaminya untuk tidak
memperpanjang masalah ini.
“Biarlah Yah, yang penting anak kita tidak apa-apa, dan yang
terpenting lagi sekarang Tanya sudah tahu dan sadar benar bagaimana ia harus
berpakaian”, ucap Anisya.
--- Tamat ---