Contoh Cerita Misteri Suara di Tengah Kesunyian Malam

Horor. Contoh cerita misteri dalam bahasa Indonesia ini rencananya akan disusun untuk bahan belajar, seperti lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk membiasakan dan meningkatkan budaya membaca dan menulis.

cerita misteri
Contoh Cerita Misteri dalam Bahasa Indonesia Inggris
Membaca itu perlu keterampilan, begitu juga dengan menulis, apalagi menulis sebuah karangan yang baik. Cerita berikut ini bisa dikatakan dalam bentuk cerpen atau bentuk cerita curhat.

Susunan kalimat dan narasi-nya juga sangat sederhana, tidak sulit untuk dicerna. Kali ini melalui cerita berikut kita akan menikmati sebuah kisah misteri yang menimbulkan banyak tanda tanya. Seperti apa kisah tersebut, mari kita simak saja.

Suara di Tengah Kesunyian Malam
Cerita Misteri dalam Bahasa Indonesia 

Cerita ini bermula ketika aku menginap di rumah seorang teman dekatku. Namanya Putra, ia adalah sahabatku dari kecil hingga sampai ke kuliah di perguruan tinggi.

Sebenarnya bukan hanya Putra, aku memiliki dua sahabat karib namun sahabatku yang bernama Tama kuliah beda kampus. 

Ceritanya, seperti biasa setelah semester kami meluangkan waktu untuk santai barang beberapa hari. Saat itu aku dan Putra berencana menghabiskan waktu untuk kegiatan alam.

Rencananya kami akan liburan di gunung di dekat rumah Putra dengan berbagai kegiatan. 

Singkat cerita, hari yang ditunggu tiba. Aku mulai packing dan berangkat ke ruah Putra. Sekitar jam 3 sore aku ke rumah Putra.

Malam harinya aku langsung buat acara bakar-bakar ayam dengan adik-adik si Putra. Bukan hanya ayam, kami juga bakar ikan gurami. Pokoknya seru dan menyenangkan sekali waktu itu. 

Menjelang jam 10 malam, adik Putra satu per satu masuk. Aku dan putra baru pemanasan. Kami mulai berbincang ke sana ke mari mulai dari dunia pendidikan sampai hobi.

Kami pun tak lupa mulai menyusun rencana untuk dua hari ke depan. 

Hari pertama akan kami habiskan untuk lebih dekat dengan alam. Rencananya kami akan ke gunung.

Di hari kedua kami akan menghabiskan waktu di sawah dan ladang. Untuk persiapan, jam 12 malam kami mulai tidur.

Kenyang dengan ayam bakar dan ikan bakar, aku langsung tertidur pulas seperti di rumah sendiri. 

Sekitar jam tiga pagi, aku tiba-tiba terjaga mendengar suara-suara aneh. Pertama, aku mendengar seperti suara kaki diseret dari ruang depan ke dapur.

Dua tiga kali berulang. Aku memaksa mataku terpejam. Tak mau berpikir yang macam-macam. 

Setengah sadar, aku kembali mendengar suara aneh. Kali ini suara gemericik air kran. Seperti kran bocor.

Padahal sejak sore tak ada suara seperti itu sedikitpun. Lima menit aku mendengarkan suara itu. Menghilang. Karena ngantuk, akhirnya aku tertidur lagi dan lupa mengenai hal itu. 

Esoknya, pagi-pagi kami sudah bangun. Kami sarapan dengan secangkir teh dan pisang goreng. Setelah itu kami bergegas mandi dan menyiapkan beberapa hal untuk ke gunung.

Niat awalnya kami ingin berkemah tapi karena tidak mau terlalu letih akhirnya kami memutuskan untuk sekedar jalan-jalan saja menikmati alam.

Sampai di gunung aku terpesona dengan pemandangan alam disana. Udaranya begitu sejuk, rindang dan masih banyak sekali hewan-hewan liar.

Aku benar-benar puas menikmati setiap jengkal lahan yang aku lewati. 
Bisa dikatakan, itu sebenarnya hanya sebuah bukit tapi masih begitu asri.

Siang kami sampai ke puncak dan sorenya kami menghabiskan waktu di sungai kecil yang berasal dari mata air di bukit tersebut. 

Air mengalir dari atas bukit dengan sangat jernih. Dibagian bawah bukit membentuk cekungan seperti kolam yang cukup dalam dan besar.

Yang tak kalah mengagumkan, disana banyak sekali ikan-ikan kecil yang hidup. Airnya benar-benar jernih dengan banyak batu-batuan disana sini.

Kami sempat mandi – mandi disana. Kami juga tak lupa bermain air dan mencoba menangkap ikan-ikan kecil yang kelihatan berkejaran ke sana sini.

Sungguh suasana yang sangat asri dan menyenangkan. Aku seolah tak ingin pulang karena tak puas menikmati suasana disana. Baru menjelang magrib akhirnya aku mau di ajak pulang oleh Putra.

Aku benar-benar bahagia saat itu. Kepenatan dan kepusingan selama satu semester hilang sudah.

Kami pulang menuju perkampungan dengan berlari-larian kecil. Karena terlalu asyik, aku sampai tak hati-hati sampai jatuh dan kaki ku terkilir. 

Aku pulang ke rumah putra dengan kaki sedikit bengkak. Untungnya tidak parah. Di rumah, ayah Putra segara segera memijat kakiku. Lumayan enak, setelah itu kaki tidak terasa sakit lagi. 

Malam harinya aku dan Putra bersama adik-adiknya sibuk melihat-lihat foto yang kami ambil.

Sampai larut kami bercerita ke sana ke mari tentang perjalanan kami tersebut. Di ruang tv, akhirnya kami terkapar sendiri-sendiri setelah lelah bercerita. 

Malam kedua di rumah Putra, aku juga mendengar keanehan. Kali ini aku tidak tahu entah jam berapa. Yang jelas aku terbangun tapi tidak membuka mata.

Saat itu aku mendengar seperti ada orang yang bercakap-cakap tapi dengan bahasa yang tidak aku pahami.

Yang lebih aneh, aku juga sempat mendengar beberapa suara yang seperti hewan. Dua kali aku juga mencium aroma tak sedap yang menyengat.

Waktu itu aku benar-benar takut. Suasana malam begitu hening. Jangankan membuka mata, untuk berpindah posisi saja aku tak berani.

Aku sudah tidak tahan. Rasa takutku itu kian tak terbendung. Aku berniat membangunkan Putra ketika aku menyadari seperti ada sesuatu yang mengawasiku dari atap rumah.

Aku mengurungkan niatku. Aku sekuat tenaga berusaha tetap terpejam. Sama sekali tak berani membuka mata. Akal sehatku sama sekali tak bekerja waktu itu. Yang tersisa hanyalah rasa takut.

Mungkin ada sekitar 1 jam keanehan malam itu masih aku rasakan. Aku mencoba bertahan dan bertahan. Tak bisa tidur lagi dan tak berani buka mata.

Selang beberapa saat tiba-tiba Putra menggeliat dan terbatuk. Momen itu tak aku sia-siakan. Secepat mungkin aku segera merubah posisiku. 

Kutarik sarung yang kupakai hingga menutupi wajah. Aku dalam posisi telungkup dengan bantal di kening.

Akhirnya aku bisa membuka mata barang sejenak untuk menghilangkan perih. Aku berani membuka mata karena saat itu aku langsung menghadap ke lantai.

Jadi tidak khawatir akan melihat hal-hal yang aneh. Tak berapa lama, aku pun tertidur kembali.

Seperti baru sebentar sekali aku terlelak, aku sudah terbangun lagi karena aku merasa ada yang memegang pergelangan kaki ku.

Reflek dan kaget aku langsung menghentakkan kakiku. Tak ada apa-apa. 

Bangun untuk yang kedua kalinya akhirnya aku tak bisa tidur lagi sampai subuh. Saat adzan subuh mulai terdengar aku baru bisa merasakan ngantuk lagi.

Ku dengar ibu dan adik-adik Putra sudah mulai bangun. Karena ngantuk aku tidak ikut bangun dan melanjutkan tidurku sampai jam 6 pagi.

***

Pagi menjelang. Aku mengawali hari dengan sarapan nasi goreng plus tempe. Hari itu aku akan kembali menjelajah alam tetapi dengan tim yang berbeda.

Kalau waktu ke gunung salah satu adik Putra ikut, hari itu kami menjelajah alam bersama Putra dan kedua orang tuanya. 

Kami pergi ke sawah dan ladang milik Putra. Aku berangkat berdua bersama Putra sembari membawa dua ekor sapi yang akan digembala di ladang.

Waktu itu adalah pengalaman pertamaku menuntun seekor sapi putih yang besar. Awalnya sempat takut sih tapi setelah diajari oleh Putra akhirnya aku berani. 

Hal pertama yang kami lakukan selanjutnya adalah mengikat sapi di areal ladang yang banyak rumput-nya.

Setelah itu kami menyusuri ladang. Ngobrol bersama orang-orang yang sedang di ladang sampai akhirnya kami sampai di persawahan. 

Pemandangan berbeda aku lihat. Biasanya kalau bercerita tentang sawah maka yang kita bayangkan adalah hamparan hijau yang luas.

Aku melihat sesuatu yang lain. Kala itu aku melihat hamparan yang masih berwarna coklat. Rupanya musim panen baru selesai dan akan mulai musim tanam kedua. 

Bapak – bapak dan ibu petani sibuk mempersiapkan lahan masing-masing. Ada juga yang sudah mulai menanam benih padi di sawah.

Ada yang membajak da nada juga yang merapikan lahan. Aku melihat suasana yang begitu berbeda di sana.

Kalau kita melihat orang kerja di kantor semua serius, tegang dan seperti tertekan, sangat berbeda dengan petani yang bekerja di sawah. 

Para petani terlihat sangat bahagia dan senang dalam bekerja. Ada banyak canda dan tawa di sawah itu. Sesekali mereka saling berteriak dari pojok sawah yang satu ke yang lain.

Ada lagi yang lebih seru. Saat istirahat siang, mereka makan bersama-sama di satu tempat. Beberapa petani yang dekat berkumpul dan makan disebuah gubuk. Indah rasanya suasana seperti itu.

Hari itu sama berharganya dengan hari sebelumnya. Aku puas bermain lumpur di sawah. Memandikan sapi bahkan sampai mencari keong.

Tapi masih ada sesuatu yang membuat aku penasaran. Suara-suara malam hari yang aku dengar di rumah Putra, suara apa itu? Entahlah.

---oOo---

Masih ada cerita misteri lain yang bisa dinikmati di situs ini. Kebetulan kalau untuk kategori ini sudah banyak sekali yang dibagikan.

Mudah-mudahan cerita yang di atas sudah bisa berkenan di hati rekan pembaca semua. Kalaupun kurang berkenan kami mohon maaf. Semoga kami bisa membagikan cerita lain yang lebih baik lagi.

Back To Top