Dua contoh cerita 1 paragraf paling menarik berikut ini sengaja disuguhkan untuk melengkapi berbagai kisah yang sudah ada. Tidak lengkap rasanya kalau kita sering berbagi cerpen tetapi tidak pernah memberikan yang sederhana.
Cerita dalam satu paragraf bisa dijadikan sebagai ajang latihan, contoh sekaligus perbandingan dengan karya lain yang telah kita buat. Intinya adalah untuk bahan belajar kita bersama.
Jangan berharap mendapatkan kisah yang wow karena kisah yang akan diangkat tentu tidak akan bisa detail dan mendalam. Ya dilihat saja nanti deh bagaimana ceritanya. Kami harap kisah tersebut bisa menghibur kita semua.
Dua judul sekaligus ya. Jadi kita bisa langsung membandingkan dua karangan pendek tersebut baik itu dari segi isi, pesan moral, tata bahasa dan lain sebagainya. Yuk langsung kita baca saja dulu bersama.
Menjelang Subuh
Cerita 1 Paragraf oleh Irma
Riak, riuh. Bumi tampak masih setengah tertidur, diselimuti kabut pekat. Dedaunan masih berselimut tebal, sisa embun masih sangat kental. Untuk beberapa saat suasana menjadi sangat hening. Hiruk pikuk suara dari pengeras mulai memudar. “Sahur… sahur…” ajakan itu bak ditelan mentari. Satu dua langkah mulai dipercepat. Anak manusia berlari, berlomba sampai di barisan sholat paling depan. Kumandang adzan dan iqomah menandakan ketaatan. Lima belas menit, bumi hening. Sujud pada sang Pencipta. Usai, suara letusan petasan sambung menyambung di tepi jalan.
---oOo---
Coba tebak apa tema dari cerita di atas? Agak menggantung ya, tapi kalau dibaca sampai habis sepertinya teks diatas mengisahkan tentang penggalan peristiwa di bulan puasa.
Jelas, tidak hanya ditebak. Dalam teks di atas ada penggalan kata “Sahur… sahur…” yang merupakan ajakan untuk makan sahur sebelum berpuasa.
Teks cerita di atas terdiri dari 79 kata, artinya cukup panjang juga untuk sebuah paragraf. Lalu bagaimana dengan teks cerita yang kedua? Apakah yang kedua juga membahas tema yang sama? Dari pada penasaran lebih baik kita simak langsung.
Tetes Air Mata yang Mengalir
Contoh Cerita 1 Paragraf oleh Irma
Kau pernah bilang bahwa hatiku seperti batu, keras tak berperasaan. Tapi nyatanya tak mungkin aku bisa menahan perih ini, melihatmu terpuruk dalam kesedihan. Orang yang merupakan bagian dari hidup kita sedang berduka, ditinggal kekasih, mana mungkin aku tak merasakan apapun. Sedih. Jelas, tak perlu kau tanya itu. Air mataku mengalir deras meski kau tak tahu. Aku juga tak bisa tidur, sama seperti engkau yang terus terjaga sepanjang malam. Berkotak-kotak tisu juga aku habiskan untuk menyeka air mata ini. Sedih, melihat sahabat dirundung pilu.
---oOo---
Kalau yang kedua 83 kata, lebih banyak sedikit dari teks pertama. Tapi isinya sama singkatnya. Hanya sepenggal kisah yang tak utuh.
Dari sisi tema, teks cerita di atas menggambarkan kesedihan seorang sahabat yang melihat sahabatnya sedang berduka. Ia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya, bahkan sama-sama menangis.
Ya, meski hanya sepenggal tapi lumayan juga kok. Cukup menghibur. Masing-masing dari teks di atas juga ada keunikan dan cirinya sendiri-sendiri. Bisalah kalau sekedar dijadikan bahan bacaan dan sarana belajar di rumah.
Kalau ada yang ingin menikmati karya lain yang serupa bisa langsung ke bagian bawah. Di bagian akhir juga sudah disiapkan beberapa teks lain yang rekan butuhkan. Kami berharap apa yang kita bagikan di atas bisa berkenan dihati rekan semua.