Contoh cerpen cinta sedih, Caraku Bebas dari Cengkraman Bayangan Sang Mantan - Jika seseorang sudah pergi dari kehidupan kita, maka
kehadirannya akan terasa sungguh berharga. Yah, itulah yang aku rasakan
sekarang. Ada penyesalan yang begitu menyakitkan. Aku menyesal karena telah
meninggalkan dan menyia-nyiakannya.
Tapi, penyesalanku kini sama sekali tidaklah berarti. Kurasa
dia sudah benar-benar marah padaku. Dan sudahlah pasti dia tidak akan mau
kembali padaku.
Angin berhembus lembut. Membawa hawa dingin yang menusuk
tulang. Di depan kelas ini, aku masih setia memandangi gadis itu. gadis manis
yang dulu pernah menjadi kekasihku. Yah, dulu dia pernah menjadi kekasihku. Dan
dulu kami adalah dua orang yang saling mencintai.
Tapi itu dulu, sekarang semuanya sudah lah berbeda. Aku
bukanlah siapa-siapa untuknya. Dia kini tampak jauh lebih nyaman saat aku tak
berada di sisinya. Dan dia juga tampak selalu bahagia tanpa kehadiranku.
Di bawah pohon yang daunnya rindang, dia tampak begitu asik
duduk bersama temannya. Angin berhembus lagi. Membelai lembut rambut hitamnya.
Rambut yang kini sedikit mengusik wajahnya. Menari-nari di depan mata sayunya.
Dengan satu tangan dia menyibakkan rambutnya ke belakang
telinga. Ah, dia benar-benar cantik. Dia tampak jauh lebih cantik saat dia
sudah bukan milikku. Kurasa aku baru bisa menyadari betapa indah pesonanya saat
dia sudah bukan milikku lagi.
Aku benar-benar sudah terjebak dalam cengkramannya. Aku
terjebak dalam pesona anggunnya. Pesona yang kurasa bisa membuat semua pria
luluh di hadapannya.
“Jangan di liatin terus yo, tambah sakit entar.” Suara Dini
tiba-tiba mengusikku. Aku menoleh ke arahnya, lalu dia tersenyum kearahku. Dini
adalah sahabatku dari kecil. Sejak SD dia selalu berada di kelas yang sama
denganku. Selain itu rumahnya juga tak berjarak jauh dari rumahku.
Jadi, hubungan kami sudah sangat akrab. Bahkan lebih mirip
seperti seorang kakak beradik.
“Apaan si din, ganggu aja lo.” Ucapku lalu aku kembali
menoleh kearah Intan.
“Haha, lo masih sayang sama Intan? Ya samperin dong. Ajakin
balikan.” Ucapnya padaku. Aku menoleh ke arahnya. Memastikan apa yang baru saja
ku dengar dari mulutnya itu. Yah, kurasa ada benarnya juga apa yang dia
ucapkan.
“Serius lo? Kalo dia ngga mau balikan gimana?”
“Ya nggapapa lah seenggaknya lo kan udah usaha.”
“Tapi kapan?”
“Ntar, pulang sekolah. Gue temenin deh.” Aku berfikir keras. Berusaha mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulut Dini. Kubulatkan tekad dan ku yakinkan diriku sendiri.
“Ntar, pulang sekolah. Gue temenin deh.” Aku berfikir keras. Berusaha mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulut Dini. Kubulatkan tekad dan ku yakinkan diriku sendiri.
“Oke deh, beneran temenin ya?”
“Siap boss.”
***
Sepulang sekolah, aku bersiap untuk menemui Intan. Yah, aku
harus segera mengajaknya balikan. Aku tidak bisa terus-terusan seperti ini.
terjebak dalam bayang indahnya, lalu terkubur dalam penantian dan penyesalan
untuknya. Dengan ditemani Dini akhirnya aku bergegas untu k mencari Intan di
kelasnya.
“Itu tu Intan tu, buruan samperin.” Ucap Dini sembari mendorong pundakku.
“Katanya lo mau nemenin?”
“Y ague nemenin dari sini ajalah bego, ngga enak kalo lo
nyamperin dia bareng gue.”
“Tapi kan….”
“Udah buruan samperin. Cemen banget si jadi cowok.” Kali ini
dia benar-benar mendorongku sampai aku berada di hadapan Intan dalam keadaan
kikuk.
“Hey tan…” Ucapku masih sedikit kikuk. Dia menatapku dengan
tatapan yang begitu aneh.
“Rio, mau ngapain lo?”
“Eng… ini tan, kamu sibuk engga? Boleh ngomong sebentar?”
“Em… engga si. Mau ngomong apaan?”
“Eng… gini aja, mendingan kita ngobrolnya di taman aja, biar
lebih enak. Mau kan?” Ucapku padanya. Tatapan aneh masih belum menghilang dari
raut wajahnya. Tapi, dengan sedikit paksaan akhirnya dia mau berjalan ke taman
sekolah bersamaku.
“Mau ngomong apaan? Buruan, udah siang ini.” Ucapnya padaku
saat kami sudah berada di taman.
“Eng… gini tan, langsung aja ya. Sebenernya aku masih sayang sama kamu. Hidupku kesiksa banget saat kamu udah ngga
ada di sampingku lagi. Kamu mau kan balikan sama aku?” Ucapku sembari
menggenggam tangannya. Dia nampak terkejut mendengar ucapanku. Sepertinya dia
akan menerima ajakanku ini.
“Serius?”
“Serius tan, aku masih sayang banget sama kamu. Sumpah.”
“Haha, lo itu jengkelin banget si yo,”
“Maksud lo?”
“Ya dulu, pas lo masih pacaran sama gue lo selingkuh. Parahnya lagi, lo lebih milih selingkuhan lo itu di banding gue. Dan sekarang? Lo ngajakin gue balikan lagi? Hahaha.”
“Ya dulu, pas lo masih pacaran sama gue lo selingkuh. Parahnya lagi, lo lebih milih selingkuhan lo itu di banding gue. Dan sekarang? Lo ngajakin gue balikan lagi? Hahaha.”
“Iya deh iya, gue ngaku salah tan. Gue tau gue udah bikin lo
sakit, tapi please… gue masih sayang banget sama lo.”
“Haaaah, gimana ya yo, gue juga sebenernya masih ada sedikit rasa si sama lo. Tapi, gue udah ada yang punya sekarang. Gue ngga mungkin ninggalin dia. Gue sayang sama dia dan dia juga sayang sama gue. Jadi, maaf banget…” Ucapnya padaku.
“Haaaah, gimana ya yo, gue juga sebenernya masih ada sedikit rasa si sama lo. Tapi, gue udah ada yang punya sekarang. Gue ngga mungkin ninggalin dia. Gue sayang sama dia dan dia juga sayang sama gue. Jadi, maaf banget…” Ucapnya padaku.
Hatiku terasa begitu hancur mendengar ucapannya. Tubuhku
terasa lemas seketika. Dadaku terasa sesak. Oksigen di sekitarku seperti
menghilang begitu saja.
“Rio… gue kasih tau ya, kalo elo nyari yang sempurna, lo
ngga akan pernah bisa bahagia. Dulu lo selingkuh karena lo ngerasa gue terlalu
overlah, terlalu ini lah, terlalu itu lah. Terus lo ninggalin selingkuhan lo
itu juga karena alasan yang sama.
Maksud gue, di dunia nyata itu ngga ada cewek yang sempurna.
Karena cewek yang sempurna itu cuma ada di film-film sama di dongeng-dongeng.
Mendingan sekarang lo itu move on, dan berusaha buat
perbaikin diri lo. Supaya lo bisa nerima cewek apa adanya. Bukan cuma
kelebihannya, tapi juga kekurangannya.” Ucapnya panjang lebar. Aku hanya bisa
terdiam mendengar ucapannya. Di hadapannya, aku seperti manusia yang paling
bersalah di muka bumi ini.
“Gue balik duluan ya yo, semangat.” Ucapnya sembari menepuk
pundakku. Lalu berlalu begitu saja meninggalkanku. Sakit memang, tapi aku
belajar banyak hari ini. benar apa yang telah dikatakannya.
Aku terjebak dalam penyesalan ku sendiri karena aku selalu
berharap lebih. Tidak bisa menerima secara utuh. Hanya mengharapkan kelebihannya saja. Tapi
aku harus move on. Karena aku tidak mungkin terus-terusan terjebak dalam
cengkraman bayang-bayangnya.
“Yaaah, di tolak lagi.
Kasian banget si yo,” Ucap Dini yang tiba-tiba saja sudah berada di
depanku. Aku menoleh kearahnya. Ah, dia benar-benar cantik. Bodoh sekali,
selama ini aku tidak bisa menyadari kecantikannya.
Selain itu, dia juga orang yang selalu ada di sisiku dalam
kondisi apa pun. Kurasa dia adalah gadis yang seharusnya mendapatkan cintaku.
Dan kurasa, dia juga gadis yang tepat untuk segera move on dari bayang-bayang
Intan.
“Hah, udahlah ayok balik. Gue udah mau move on.” Ucapku
sembari menggandeng tangan Dini. Dia tampak terkejut dengan gandengan tanganku.
Tapi aku tidak mempedulikannya. Aku hanya tersenyum manis ke arahnya, dan dia
menatapku dengan tatapan yang aneh.
Haha, tak apalah. Perlahan-lahan aku pasti bisa meluluhkan
hati Dini. Dan bersama Dini, aku yakin akan bisa terlepas dari cengkraman
bayang-bayang Intan.
---oOo---