Kisah ini adalah kisah kakak beradik yang mempunyai kehidupan yang serba kekuarang, tetapi orang tuanya mempunyai pendirian yang baik dalam mendidik anak. Orang tuanya rela menjadi buruh cuci dengan jam kerja hingga jam satu malam dan hanya digaji sebesar 15.000. Semua itu dia lakukan demi anak-anaknya agar tetap bisa sekolah.
Tidak cuma itu selain dari perjuangan seorang ibu dari Rahmad dan Abdul aziz, mereka berdua juga penuh perjuangan untuk bisa sampai ke sekolah.
Jarak perjalanan ke sekolah yang harus mereka tempuh adalah sekitar 4 km, yang membutuhkan waktu 1 jam dengan berjalan kaki. Itu artinya untuk bersekolah mereka berdua membutuhkan waktu 2 jam untuk pulang dan pergi.
Meski demikian mereka berdua mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap belajar meski keadaan ekonomi keluarga yang hanya pas-pasan. Terlebih mereka tidak mempunyai ayah lagi.
Ayahnya sendiripun sudah meninggal ketika berlaut karena badai, mengingat ayahnya adalah seorang nelayan. Dan mereka di Ponge pun merupakan seorang pendatang, yang niat awalnya ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak setelah ayahnya sudah meninggal.
Perjuangan yang begitu berat yang dialami oleh Rahmat sendiri awalnya diketahui oleh staf rumah panti asuhan yang bernama bang Zul, yang melihat Rahmat berangkat sekolah dengan pakaian yang lusuk, dan kringat.
Hingga akhirnya bang Zul memutuskan untuk bertanya kepada Rahmat dan kemudian berkunjung ke rumah bocah yang mempunyai perjuangan dan semanyat yang tinggi dalam bersekolah.
Cerita tentang keluarga yang serba kekurangan ini mudah-mudahan bisa menggali semangat anak-anak lain di negeri ini untuk lebih semangat dalam mencari ilmu walaupun dengan keterbatasan.
Karena hanya dengan ilmu kehidupan kita bisa berubah menjadi terang benderang, dan tanpa ilmu selamanya hidup kita akan gelap dan abstrak. (Arif Purwanto)
Sumber:Viva.co.id