Biarlah Aku yang Pergi - Kisah Cinta Segitiga Sedih

Cerita yang akan kita angkat kali ini berjudul "Biarlah Aku yang Pergi". Kisah cinta segitiga ini akan memberikan sensasi rasa sedih yang lumayan pada pembaca yang menikmatinya. Seperti kita tahu, cinta memiliki dua sisi yaitu dapat memberikan kebahagiaan tetapi juga dapat memberikan kesedihan.


Tentu, kisah seperti ini sangat menarik jika kita jadikan bahan hiburan di rumah. Terutama ketika kita sedang santai. Tidak hanya itu, membaca cerita seperti ini juga bisa menjadi bahan belajar kita untuk meningkatkan kemampuan menulis. Seperti apa kisahnya, mari kita ikuti!

Biarlah Aku yang Pergi
Kisah Cinta Segitiga Sedih

Pagi ini burung kembali bernyanyi. Menyambut terang mentari pagi yang mulai menampakkan sinarnya. Memberikan kehangatan pada miliar mahluk Tuhan yang berkeliaran di bumi.  Membuat embun-embun menyirnakan pesonanya.

Laksana gadis yang malu karena sang pangeran berjalan dihadapannya. Bunga-bunga bermekaran menyambut nyanyian burung yang indah. Melantunkan lagu-lagu alam yang tak tertafsirkan. Keindahannya begitu mengesankan. Nyaman ditelinga, dan juga hangat dijiwa.

Hari ini begitu cerah. Sangat cocok untuk sepasang kekasih yang ingin berkencan. Atau saling mengagumi keindahan masing-masing pasangannya. Seperti aku sekarang yang sedang bersiap-siap berkencan dengan kekasihku.

Namanya adalah Sahara. Gadis manis yang begitu kucintai. Dia tidak terlalu tinggi dan tubuhnhya mungil. Tapi senyumnya begitu manis dimataku. Rambutnya hitam pekat dan begitu lembut. Matanya sayu dan bibirnya tipis laksana sutra.

Dialah gadis yang selama ini kupuja. Kusebut namanya dalam do’a dan tak selalu kutuliskan dalam rangkaian bait kata. Dia lah perwujudan sempurna dari kata indah. Keindahannya sanggup menafsirkan kata indah tanpa perlu adanya rangkaian kata.

Sahara, dialah gadis manis yang akan selalu kujaga dengan segenap jiwa raga ku.
Hari ini aku akan menjemputnya. Kami sudah membuat janji untuk pergi ke pantai untuk merayakan hari jadi yang ke sebelas.

Hari ini, aku sudah menyiapkan sesuatu yang sangat indah untuknya. Sebuah lukisan yang kupesan langsung dari salah satu sahabatku. Kala itu aku sedang berkujung kerumahnya.

Tak sengaja kutemukan sebuah lukisan seorang gadis yang begitu indah dan menawan. Tidak, sosok gadis dalam lukisannya itu tak hanya sekedar indah. Tapi, sosoknya juga tak akan terganti. Sosok gadis itu sangat mirip dengan sosok Sahara.

Di bawah lukisannya itu tertera inisial bertuliskan huruf S. mungkin itu nama kekasihnya atau pujannya. Atau mungkin  juga itu hanya nama sosok gadis yang ada dalam imajinasinya.

Tapi jujur, aku sangat kagum pada Sora-sahabat yang sudah memberikan lukisannya ini untukku. Dia bukan hanya pelukis yang hebat. Dia lebih dari sekedar bisa melukis. Tapi dia juga selalu paham akan makna filosofis dari setiap goresan kuasnya.

Dia selalu bercerita tentang kebebasan kala ia melukis. Dan itu semua sukses membuatku iri padanya. Entah kenapa aku bisa sekagum ini padanya. Cara perfikir dan caranya memandang dunia benar-benar membuatku takjub.

Aku benar-benar bersyukur pada Tuhan. Karena Dia telah mengirimkanku seorang sahabat dan juga kekasih yang luar biasa. Mereka berdua sangat spektakuler. Sora adalah seroang pelukis sekaligus seniman yang begitu hebat. Dan Sahara adalah gadis manis yang sukses melambungkan namanya sebagai seorang penulis. Aku bahagia bisa hidup diantara orang-orang itu.

Sekitar tiga puluh menit aku mengendarai mobilku, akhirnya sampai juga aku didepan rumah Sahara. Setelah mengiriminya pesan berisi intruksi untu segera keluar, akhirnya aku melihatnya melangkahkan kaki keluar dari pintu rumahnya. Dia tersenyum manis kearahku. Tapi, matanya sedikit sembap. Sepertinya dia baru saja menangis.

“Kamu kenapa? Kok kayak abis nangis?” Tanyaku padanya yang kini sudah masuk kedalam mobilku.

“Ah, engga kok. Nggapapa. Aku bahagia kita udah sampai dihari jadi yang kesepuluh.” Aku tidak tau apakah yang dikatakannya itu dusta atau fakta. Tapi, kali ini aku hanya bisa mempercayainya. Karena aku sama sekali tak ingin merusak hari bahagiaku.

***

Deraian angina laut menyapu wajah kami. Memandang lautan lepas yang begitu indah. Saat menatapnya, aku seperti menatap masa depanku bersama Sahara. Sesekali aku menoleh kearahnya yang sedang duduk disampingku.

Matanya masih sembap. Sedari tadi dia hanya terdiam. Kulihat air matanya sedikit menetes. Tapi dia tersenyum. Entah apa yang dia rasakan. Aku sama sekali tak bisa menerjemahkan tingkahnya ini.

“Kamu kok nangis?” Tanyaku padanya.
“Ah, engga kok. Nggapapa. Pulang yuk. Udah hampir malem ini.”  ucapnya padaku.

Tidak biasanya dia seperti ini. dia seperti memiliki sesuatu yang disembunyikan dariku. Aku hanya bisa menuruti permintaannya. Lalu dengan berat hati aku pun kembali mengendarai mobilku dan mengantarkannya pulang.

Selama diperjalan kami hanya saling terdiam. Tenggelam dalam pikiran kami masing-masing. Sekitar dua puluh menit aku mengendarai mobilku, akhirnya aku sampai juga dirumahnya.

“Tunggu bentar ya.” Ucapnya sembari  beranjak pergi. Dan saat ia kembali, sudah ada sebuah kotak ditangannya. Aku tidak tau apa yang ada didalam kotak itu. Tapi sepertinya kotak itu adalah sesuatu yang sangat berharga untuknya.

“Terima ini. ini rangkaian tulisanku saat aku belum jadi seperti sekarang. Aku harap kamu suka dengan isi dalam kotak ini.” tetesan air mata mengalir deras kala ia mengucapkannya dan memberikan kotak itu padaku. Aku tidak tau makna dari air mata itu. Dia seperti menyerahkan seluruh kehidupannya untukku. Apakah ini artinya…

“Ah, iya makasih ya sayang. Aku juga punya sesuatu untukmu.” Ucapku padanya. Lalu aku mengambil sebuah lukisan yang ada dibagasi mobilku.

Lukisan dari Sora yang diberikannya untukku. Mungkin ini kejam, aku memberikan sesuatu yang kuterima dari sahabatku untuk kekasihku. Tapi, aku yakin Sora tidak akan keberatan jika aku memberikannya pada gadis sehebat Sahara. Dan Sahara juga pasti akan sangat suka dengan lukisan ini.

Kala aku memberikan lukisan itu, Sahara kembali menangis. Aku tidak tau apa arti tangisannya itu. Dia memelukku erat. Seperti takut kehilangan. Aku benar-benar tidak bisa mengartikan air mata dan juga pelukannya.

Sesaat setelah dia melepaskan pelukannya, dia langsung berlari masuk kedalam rumahnya. Aku masih belum mengerti. Dia meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Tapi, aku tetap berusaha untuk berfikir positif. Mungkin dia terlalu bahagia.

***

Malam itu aku duduk sendiri ditaman bagian belakang rumahku. Kubuka isi kotak yang diberikan Sahara padaku. Kubaca satu-persatu rangkaian tulisan yang ada di dalamnya.

Dalam tulisannya itu, dia menceritakan sosok seorang pria yang dicintainya. Sesekali aku tertawa membaca kisah manisnya. Namun sayang, ceritanya berakhir tanpa akhir yang jelas.

Cerita dalam tulisannya menggantung begitu saja. Dan betapa hancurnya aku saat aku membaca halaman paling akhir. Disitu tertulis sebuah puisi yang indah. Ada rasa cinta, rindu, dan juga sedih dalam puisi itu.

Satu hal yang paling membuatku hancur adalah ada nama Sora didalam puisi itu. Tidak salah lagi, itu adalah nama Sora. Sora Soraya. Aku tau benar nama itu. Dan sosok pria yang ada dalam cerita itu? Apa mungkin itu adalah Sora? Lalu cerita yang menggantung?

***

“Kenapa kau tidak menceritakan semuanya?!” Tanya ku pada Sora dengan wajah datar.

“Apa maksudmu bung? Kau baru saja datang dan kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal semacam itu?.”Ucap Sora yang masih nampak kebingungan,

“Kenapa kau tidak bilang padaku bahwa kau mengenal Sahara. Dan bahkan kalian saling mencintai.” Ucapku lagi. Lalu dia hanya terdiam mendengar ucapanku.

“Ini adalah cerita dan tulisan Sahara. Dan cerita ini bukan untukku. Tapi untukmu.” Ucapku lagi sembari memberikan kotak yang kuterima dari Sahara. Dia hanya terdiam tanpa kata.

“Aku sudah mengirim pesan singkat pada Sahara untuk menerimamu. Jadi kumohon kembali lah pada Sahara. Dia benar-benar mencintaimu. Dan aku yakin. Kau juga psti sangat mencintainya.” Setelah kalimat itu aku langsung pergi meningggalkannya.

Dia masih terdiam dalam kebingungan. Dan aku tenggelam dalam rasa sakit yang mendalam.

Lukisan dan tulisan itu benar-benar sudah memporak-porakkan hatiku. Kini lukisan dan tulisan itu telah sampai ditangan yang berhak memilikinya. Dan aku, aku akan pergi meninggalkan kisah cinta yang begitu tragis ini.

---oOo---

Back To Top