Kekuatan Doa Penyelamat Jiwa

Cerpen Kehidupan Religi Doa Penyelamat Jiwa - “Plaaaak!!” Sebuah tamparan mendarat di pipi seorang wanita. “Udah saya bilang berapa kali hah?! Mau ngelunjak sama saya kamu?!” Bentak seorang laki-laki pada sang istri. 


“Maafin saya mas, saya ngga sengaja. Besok pasti saya lebih hati-hati.” Ucap sang istri sambil terisak. “Yaudah beresin pecahan gelasnya. Saya mau berangkat.” Ucap si pria dengan nada tinggi sambil berjalan keluar rumah. 

Sang istri hanya terisak dan kemudian membersihkan puing-puing pecahan gelas. Dia hanya berdo’a semoga sang suami segera mendapat hidayah dari Allah SWT.

Namanya adalah Dinda. Dua tahun yang lalu, dia dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang pria bernama Bramono. Dinda adalah seorang gadis yang baik hati dan juga sholehah.

Dia begitu berbakti dengan kedua orang tuanya. Sholat 5 waktu tak pernah  ia tinggalkan. Dia juga selalu menutup aurat nya saat keluar rumah. Baginya, satu-satunya orang yang berhak melihat auratnya hanyalah sang suami. Dinda sangat ingin di karuniai seorang anak.

Namun sayang, sampai dua tahun pernikahannya, dia sama sekali belum di karuniai seorang anak. Ini semua gara-gara suaminya yakni Bramono. Sikap dan sifat suaminya sangat lah berbeda dengan Dinda.

Setiap kali di rumah, Bramono hanya marah-marah. Tak jarang dia juga memberikan tamparan atau pukulan kepada sang istri. Masalah yang di timbulkan pun sangatlah sepele.

Seperti gelas jatuh, makanan yang terlalu asin, juga telat membuatkan teh. Tak hanya sampai disitu saja, Bramono juga sering berselingkuh dengan wanita lain di luar rumah. Dia sering bermain dengan gadis-gadis SMA di mall. Tak jarang dia juga membawa seorang gadis ke rumahnya.

Tapi Dinda sangatlah sabar menghadapi suami macam Bramono. Baginya menjadi istri Bramono adalah suatu amanat yang di berikan oleh orang tuanya. Tiap kali ia berkunjung ke rumah orang tuanya, ia selalu berkata kalau hubungan keluarga mereka baik-baik saja. Bahkan semakin hari semakin romantis.

***

“Dinda!.. Dinda!!” Bentak Bramono yang baru pulang dari tempat kerjanya. Badan dan pakaiannya tampak begitu kotor. Ia seperti baru pulang dari club malam. Dan bahkan kini dia pulang dalam keadaan mabuk.

“Iya mas.. iya..” Ucap Dinda sambil berlari menghampiri Bramono.
“Kemana aja kamu si?! Tuli kamu ya?! Di panggilin ngga nyaut-nyaut.” Bentak Bramono pada Dinda.

“Iya mas, iya maaf. Tadi saya lagi di dapur.”

“Dapur mulu yang di urusin?! Kapan ngurus suaminya?! Ini bawain baju saya ke kamar!” Bentak Bramono lagi sembari melepaskan jazz yang digunakannya untuk bekerja.


“Iya mas.” Ucap Dinda sembari menyambut jas yang diberikan suaminya. Saat menerima jas itu, Dinda melihat ada noda lipstick tanda bekas kecupan di jas suaminya. Seketika dia ingin menangis dan merasa sakit. Lalu dia memandang tajam ke arah Bramono.

“Apa kamu liat-liat?!” Ucap Bramono yang meras terintimidasi.
“Ouh. Hahah, masalah itu, iya tadi saya bercumbu sama wanita lain. Kenapa? Mau marah? Kamu itu harus sadar. Saya ngga pernah mencintai kamu dan ngga pernah menganggap kamu istri saya. Saya mau menjadi suami kamu hanya karena perintah ayah saya saja. Tidak lebih.” Ucap Bramono pada sang istri.

Namun Dinda sama sekali tidak menjawab. Dia hanya terdiam sembari menundukan wajahnya. Selama ini dia sudah sangatlah sabar menghadapi Bramono. Segala nya sudah Dinda usahakan secara maksimal pada Bramono.

Mulai dari belajar dandan agar tampak lebih cantik, sampai belajar masak masakan enak supaya Bramono betah makan di rumah. Namun pengorbanannya, seoalah sangatlah sia-sia.

Bramono tetap tak pernah mau menyentuh Dinda. Dia hanya menyentuhnya tiap kali dalam keadaan marah dengan tamparan dan pukulan. Selain itu, tak pernah sekali pun Bramono menyentuhnya. Bahkan sampai sekarang Dinda masih per*wan.

***

Di sebuah ruangan di tengah malam, tampak  Dinda baru saja selesai mengerjakan sholat sunnat. Lalu ia berdoa sembari meneteskan air matanya.

“Ya Allah ya Tuhanku…Engkau adalah yang Maha Kuasa. Hamba Mohon kepada Enggkau tolong ampuni dosa-dosa hamba dan suami hamba ya Allah. Hamba mohon tolong selamatkanlah jiwa hamba dan suami hamba ya Allah.

Engkau adalah yang Maha Mendengar. Mohon dengarkanlah permohonan hamba dan berikanlah hidayahMu pada suami hamba ya Allah. Robbana atina fiddunya hassanah, wafil’ahirati hasanah, wakina ‘ada bannar.

Amiin” Dinda mengusap kedua matanya yang sudah berlinang air mata. Lalu kemudian ia berjalan dan beranjak melanjutkan tidurnya.

Di sebuah taman di minggu siang, tampak Bramono sedang duduk bersama seorang gadis. Mereka saling berpegangan tangan dan sesekali tak malu untuk bercumbu. Keadaan taman saat itu memang tidak terlalu ramai, dan Bramono juga memilih tempat yang tidak begitu terlihat.

Sehingga mereka lebih mudah untuk melampiaskan nafsu. Semakin lama mereka berdua bercumbu, nafsu mereka semakin tidak bisa tertahankan. Akhirnya Bramono pun mengajak gadis itu untuk pergi menuju hotel.

tanpa penolakan, gadis itu setuju dengan ajakan Bramono. Selama di mobil mereka masih terus melanjutkan percumbuan mereka. Meski Bramono yang mengemudi, tapi dia tetap berusaha untuk memuaskan gadisnya. Namun sangat naas nasib Bramono.

Belum sempat dia sampai di hotel, mobil yang ia tunggangi menabrak pembatas jalan. Alhasil Bramono pun langsung pingsan seketika. Darah keluar dengan deras dari kepala dan hidungnya.

Sementara itu, si gadis simpanan Bramono sama sekali tidak terluka parah. Hanya lecet-lecet biasa di bagian tubuhnya.  Karena takut akan di introgasi polisi dan masyarakat, gadis itu pun memutuskan untuk kabur saja. Sebelum kabur dia sempat merogok saku Bramono dan menguras habis isi dompet Bramono. Sampai akhirnya warga sekitar dan beberapa polisi menghampiri kejadian itu, dan kemudian mengevakuasi mobil Bramono.

Sementara Bramono yang masih dalam keadaan tidak sadar langsung dibawa menuju rumah sakit.

***

Di suatu rumah yang begitu mewah, tampak Dinda sedang mencoba resep masakan baru. Dia sengaja belajar masakan yang enak agar dia bisa membuat senang hati Bramono.

Saat sedang asyik memasak,  tiba-tiba ada sebuah telpon masuk. Dia pun langsung mengangkat telpon itu. Betapa terkejutnya dia ketika mendengar informasi yang disampaikan oleh si penelpon.

Dinda langsung lemas seketika begitu mendengar kabar suaminya itu kecelakaan dan kini sudah berada di rumah sakit. Dalam keadaan lemas, dia pun langsung bersiap-siap dan segera pergi menuju rumah sakit dengan menggunakan taksi.

Begitu sampai rumah sakit, Dinda melihat kedua mertua nya sedang duduk didepan ruang ICU. Dia pun langsung menghampiri mereka dan segera mencium tangan mereka.

Setelah cukup lama berdiskusi dengan mereka, akhirnya Dinda masuk ke dalam ruangan ICU dan segera menangis melihat kondisi sang suami yang belum sadarkan diri.

***

“Dinda, bapak sama ibu mau pamit duluan ya, kamu tolong rawat Bram disini. Nanti kalau ada apa-apa segera hubungi bapak dan ibu.” Ucap mertua Dinda.
“Oh iya pak, ya sudah hati-hati dijalan ya pak.” Ucap Dinda. Akhirnya mertuanya pu segera pergi dan tak lupa mengucapkan salam pada Dinda. Dan sekarang hanya Dinda sendiri yang mengurus Bramono.

Di malam itu, Dinda kembali melaksanakan sholat sunah di ruangan Bram dirawat. Dia kembali memohon kepada Sang Maha Kuasa agar Bram bisa segera sadar dari komanya, dan bisa mendapatkan hidayah.

Saat sedang berdo’a, tiba-tiba dia mendengar Bram memanggil namanya, dia pun langsung bangkit dan menghampiri Bramono. Dan ternyata benar, doa Dinda telah di jabah oleh Sang Maha Pencipta.

Bram kini sudah sadar dan bisa berbicara lagi meski belum lancar. Dinda pun segera memanggil dokter agar Bram bisa cepat-cepat di periksa. Airmata bahagia keluar membasahi pipi Dinda saat melihat suaminya sadar lagi.

Hari demi hari terus berganti. Kondisi Bram pun semakin hari semakin baik. Dengan penuh kesabaran dan kelembutan Dinda merawat suaminya. Karena merasa luluh dengan kelembutan dan kesabaran Dinda, akhirnya sifat Bramono pun perlahan berubah.

Perlahan tapi pasti, Bramono mulai menyukai Dinda. Cacian dan tamparan yang dulu sering keluar dari Bramono pun sudah tidak ada lagi.

Kini mereka berdua sudah bisa membina keluarga yang bahagia, meski semuanya harus dimulai dari awal lagi. Ini lah jawaban Tuhan atas do’a-do’a Dinda. Kekuatan do’a yang bisa menyelamatkan jiwa.

---oOo---

Back To Top