Baca cerita pengalaman remaja, "hobi main game di android" ya. Masa remaja adalah masa dimana rasa keingintahuan seseorang
tumbuh begitu pesat. Menggebu-gebu dan tak terbendung. Banyak cara akan di
lakukan oleh para remaja hanya untuk memuaskan rasa keingintahuannya.
Tak jarang, karena cara yang di tempuh salah, maka rasa
keingintahuan itu pun malah menjerumuskan seseorang semakin dalam kedalam
keliaran dan kesia-siaan. Ada banyak contoh, tapi tidak semua.
Pagi itu seperti biasa aku berangkat menuju sekolah. Sesampainya
di sekolah semua juga masih tampak sama. Wajah-wajah lusuh dari siswa remaja
yang kekurangan cinta.
Tapi ada sedikit sesuatu yang berbeda dengan hari ini.
Andi-teman sebangkuku-sedari tadi terus menunduk. Tangannya seolah seperti
menutupi sesuatu di balik meja. Aku yang baru datang pun langsung beranjak
menghampirinya.
“Lagi ngapain lo? Galau?” tanyaku heran pada Andi.
“Hm…” dia hanya berdehem tak menjawab.
Karena merasa penasaran aku pun langsung memajukan wajahku
kearah sesuatu yang dari tadi ia pegangi. Ternyata dia sedang sibuk dengan
ponsel androidnya. Di layar ponselnya
tampak sesuatu seperti game peperangan.
Karena asik dengan gamenya, dia sama sekali tak bergeming
dengan kehadiranku disampingnya.
“Cieee yang nemu game baru, temennya ngga dipeduliin.”
Ucapku sambil menyenggol bahu Andi.
“Diem dulu geh Ren, lagi asyik ini. Ntar gue kasih tau deh
game paling keren satu ini.” Ucapnya tanpa sedikit pun menoleh ke arahku.
Seolah telah tersihir dengan kalimatnya, aku pun segera menghentikan
ke-kepo-anku.
Selang beberapa menit, bu Ning masuk ke dalam kelas dan
segera memulai kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Benar-benar sangat
biasa. Tak ada satupun hal istimewa yang ku temui hari ini.
Sampai akhirnya dua jam mata pelajaran pun telah berlalu.
Dengan mengucapkan salam, bu Ning menutup kelas dan segera berlalu meninggalkan
ruang kelas. Sesuai dengan ucapan Andi tadi, aku pun menuntutnya untuk memberi
tahuku game apa yang tadi dia mainkan.
“Lo tadi main game apaan? Sini gue liat.” Ucapku padanya.
“Wow sabar bung. Ini salah satu game terkeren abad
ini.” Ucapnya sembari mengeluarkan
ponsel Android nya dari dalam saku.
“Namanya COC atau Clash Of Clans. Salah satu game strategi terbaik yang pernah ada. Di kembangkan oleh perusahaan game ternama SUPERCELL!” ucapnya serius mendeklarasikan game yang baru saja ia mainkan.
“Namanya COC atau Clash Of Clans. Salah satu game strategi terbaik yang pernah ada. Di kembangkan oleh perusahaan game ternama SUPERCELL!” ucapnya serius mendeklarasikan game yang baru saja ia mainkan.
Aku tentu hanya melongo mendengar penjelasan absurd sahabat
ku ini. Dan tanpa ku sadari, dua pria yang duduk di bangku belakangku ternyata
juga ikut menyimak deklarasi absurd Andi.
Alhasil mereka berdua pun juga ikut melongo sama sepertiku.
Mereka adalah Irvan dan Dimas. Kami berempat bersahabat sejak SMP dan di SMA
kami duduk di bangku yang berdekatan. Ini artinya aku akan semakin dalam
tenggelam dalam kebodohan dan keabsurdan mereka.
“Ngapain bengong?! Ambil android kalian, terus download
gamenya di Google Play Store!” ucapnya seperti beriklan.
Dengan bodohnya kami pun segera mematuhi perintah Andi. Tak
bisa ku pungkiri, dibalik kebodohannya, Andi memang memiliki charisma yang bisa
mempengaruhi orang-orang disekitarnya.
Dengan sigap kami bertiga pun segera mengambil ponsel
android kami dan segera mendownload game yang di rekomendasikan oleh Andi.
Cukup lama aku menunggu karena memang ukuran game ini
lumayan besar. Tapi karena numpang di wi-fi sekolah, kuota tak jadi masalah
bagi kami. Sekitar 20 menit menunggu, akhirnya kami bertiga berhasil
mendownload game itu.
Dengan sabar, Andi mengajari kami bertiga cara memainkan
game itu dengan baik dan benar. Dia juga menjelaskan satu persatu karakter yang
ada dalam game itu. Bagaimana mereka bisa digunakan, menambah level, sampai
menyerang desa lain.
Yaah, ku akui game ini memang sangat menarik. Selama dua jam
mata pelajaran yang kebetulan kosong, kami hanya sibuk dengan game android ini.
Sebenarnya gamenya cukup sederhana.
Kami hanya perlu membangun desa dan kemudian menyerang desa
lain untuk merebut gold dan elixir guna membangun desa yang kami bangun. Tapi
memang game ini seperti memiliki daya tarik magis yang luar biasa.
Selama dua jam lebih kami tidak merubah posisi hanya karena
sibuk dengan game ini. Saat teman-teman yang lain sibuk berhamburan keluar
kelas ketika jam istirahat tiba, kami berempat masih tetap pada posisi yang
sama.
Duduk menunduk menatapi layar ponsel android kami. Mungkin
inilah wujud nyata dari bentuk suatu kata pembodohan!
Hari terus berganti dan waktu terus berlalu. Kami berempat
benar-benar merasa jatuh cinta dengan game ini. Dengan kemampuan
mempengaruhinya, Andi juga ternyata juga mendeklarasikan game ini ke
teman-teman kelas yang lain.
Tak peduli itu wanita mau pun pria. Seolah Andi sudah
berhasil mempengaruhi semua siswa satu kelas dan akhirnya mereka pun memainkan
game yang sama. Inilah mungkin bentuk nnyata dari sesuatu yang disebut dengan
kebodohan berjamaah.
Benar saja, sejak saat itu kami semua satu kelas menjadi
jatuh hati dengan game ini. Kami membentuk suatu clan dengan nama XI IPA 1.
Sesuai dengan nama kelas kami. Hanya beberapa orang saja yang di kelas kami
yang tidak ikut memainkan game ini.
Mereka adalah orang-orang kritis. Orang-orang cerdas dari
lahir yang tidak akan mudah terhasut oleh Andi. Hanif si kutu buku, Meli si
gila sastra, dan juga Harry si melankolis.
Mereka bertiga adalah pemilik gelar tetap peringkat satu dua
dan tiga di kelas. Dan mungkin karena itu juga kami tidak terlalu peduli dengan
mereka. Mereka seolah memiliki dunia nya sendiri dan kami juga memiliki dunia
kami sendiri.
Sekitar lima bulan sejak kami semua kenal dengan game ini,
kami sama sekali tidak merasa bosan. Justru kami malah semakin tertarik dengan
game yang satu ini. Update yang rutin dilakukan oleh pihak SUPERCELL membuat
game ini menjadi semakin menarik.
Penambahan vitur dan juga perkembangan graphic membuat kami
semakin jatuh hati dengan game ini. Alhasil, kami semua pun lebih suka
memandangi Android kami dari pada buku-buku pelajaran.
Topik diskusi kami juga tak pernah jauh dari game ini.
Setiap kali kami bertemu entah dikantin, dirumah, dikelas, yang kami bahas
hanya lah COC. Sepertinya memang benar kata Andi, game ini adalah game strategi
terbaik yang pernah lahir di jagad raya ini.
Semakin kami cinta dengan game ini, semakin jauhlah kami
dari buku-buku pelajaran. Pikiran kami sesak di penuhi dengan pembahasan
mengenai game ini. Dan seolah sudah tak ada tempat lagi bagi mata pelajaran.
Hitungan integral, matriks, teori atom, system pencernaan,
semuanya tak jauh lebih penting dari pada war COC yang sering kami lakukan. Dan
itu benar-benar kebodohan yang melanda hidup kami semasa kelas dua SMA.
Kami terjerumus kedalam bentuk lain dari kejahiliahan
modern. Dimana kami seolah menggantungkan hidup kami pada Android. Jika tak ada
game Android, nafas kami terasa sedikit sesak, dada kami terasa berat, dan
hidup kami terasa begitu menderita.
Entah hobi, candu, adiktif, atau apalah, yang saat itu kami
gila game Android. Meskipun kami sebenarnya sadar, tapi kami sama sekali tak
ingin meninggalkan game ini.
Kami bahagia dengan adanya game ini. Satu kalimat yang dari
dulu sampai sekarang ingin selalu ku sampaikan pada pihak SUPERCELL.
Terimakasih telah membuat kami menjadi siswa yang bahagia dan bodoh karena game
ini. Berkat game ini, kami semua telah merasakan betapa getirnya bahagia dalam
kebodohan.
---oOo---