Contoh Cerpen Bertema Pendidikan Moral, Jangan Mencuri

Meski tentang remaja sekolah tapi yang ini beda. Karya ini merupakan cerpen tema pendidikan moral yang tentunya tidak berkaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah. Namun begitu karya ini juga masuk dalam kategori pendidikan karena memberikan ilmu dan bekal hidup yang bermanfaat bagi generasi muda.


Lalu seperti apakah cerpen terbaru kali ini, apakah cukup bagus? Cerpen berjudul "jangan mencuri" berikut ini adalah cerpen yang kaya akan pesan moral dan renungan.

Paling tidak ada satu pesan inti dalam cerpen ini yaitu hendaknya manusia tidak boleh mencuri dan mengambil hak orang lain.

Mengambil milik orang lain tanpa izin itu tidak baik dan tidak diajarkan oleh siapapun baik di sekolah maupun di rumah. Ingat, hal seperti itu dosa dan akan membuat anda dalam masalah.

Makanya cerita nasehat ini sangat cocok untuk peringatan sekaligus contoh akibat dari perbuatan yang dilarang.

Bagus tidaknya nanti anda bisa menganalisa cerpen ini sendiri. Anda bisa menganalisa tema, plot, setting dan lain sebagainya untuk lebih memahami isi dari cerpen tersebut.

Sekarang lebih baik dibaca saja dulu cerita selengkapnya di bawah ini. Semoga anda semua berkenan dan terhibur, silahkan.

Jangan Mencuri
Cerpen Pendidikan Moral Oleh Irma

Hari sudah mulai gelap ketika Tomas mulai merasakan lelah karena seharian tidak pulang ke rumah. Dari pagi ia bersama dengan teman-teman lain bermain ps di sebuah rental yang tak jauh dari rumahnya. Orang tuanya yang menyadari anaknya belum juga pulang sudah mulai khawatir dan gelisah.

“Kemana Tomas ma, sehari ini papa tidak melihatnya?”
“Entahlah pa, pagi tadi ia pamit mau main tapi belum juga pulang…”
“Jam segini belum pulang, main terus!”

Sang ayah sudah mulai tidak sabar melihat anaknya sampai sore belum pulang. Sang ibu pun mulai khawatir. 

Hari itu adalah hari minggu sehingga semua keluarga di rumah tidak sibuk. Minanti pun tidak menyiapkan makanan untuk di rumah, ia memilih membeli makanan dari warung.

“Ibu enggak masak pa, papa mau makan apa?”
“Entahlah ma, lagi tidak selera…”
“Ya sudah, ibu ke warung dulu beli makanan…”

Minanti pun segera masuk ke kamar untuk mengambil uang. Sesampainya di kamar ia sangat kaget melihat dompek dan lemari pakaiannya seperti berubah, “kok berantakan begini”, pikirnya. 

Ia pun langsung mengambil dompek miliknya, “loh, kok uang mama habis sih, perasaan masih ada sisa uang kemarin?”, ucap Minanti tambah bingung.

“Pa, papa memang mengambil uang di dompet ibu ya?”
“Halah, ambil uang buat apa, seharian kan papa enggak kemana-mana…”
“Ini pasti Tomas, sudah mulai tidak jujur dia sementak berteman dengan anak-anak itu.. ya sudah ibu minta uangnya pa”

Amat pun memberikan beberapa lembar uang untuk istrinya. Minanti langsung bergegas menuju ke warung nasi untuk membeli makan malam. 

Di jalan ia sambil mencari-cari kalau ia melihat anaknya, beberapa anak yang ia temui pun ia tanya apakah melihat Tomas atau tidak. Salah satu dari mereka ada yang bilang bahwa Tomas sedang main ps bersama teman nakal.

Setelah mebeli nasi akhirnya ia pun menghampiri rental tersebut dan benar ia menemukan Tomas sedang asyik bermain. 

“Tomas, nak sudah jam berapa ini, kamu mau pulang atau mau menginap disini, kalau mau menginap nanti ibu suruh papamu untuk mengantarkan selimut sama bantal sekalian”, ucap Minanti.

Melihat sang ibu yang tiba-tiba datang, Tomas pun langsung beranjak dengan rasa takut. Sepanjang jalan mereka tidak berbicara apapun. Baru sampai di rumah Tomas langsung dicecar pertanyaan oleh sang ayah.
“Dari mana saja kamu Tomas, jam segini baru pulang!” ucap Amat
“Main ps pa?”, jawab Tomas singkat karena takut mendengar nada bicara sang ayah yang sudah tinggi.

Belum sempat Amat melanjutkan perkataannya, Minanti segara menyuruh Tomas untuk membersihkan diri.

“Sudah pa, biar jangan dimarah dulu, nanti kita ajak makan dulu biar ibu yang menasehati Tomas”, ucap Minanti kepada suaminya. 

Setelah Tomas selesai mandi, mereka pun akhirnya makan malam bersama. Sambil makan malam Minanti lantas menasehati Tomas bahwa apa yang ia lakukan tidak baik.

“Bagaimana tadi main ps-nya nak, seru…”
“Iya bu, seru banget”
“Ya pasti seru dong, sampai lupa waktu….”

Menyadari kesalahannya Tomas pun langsung meminta maaf kepada ibunya. “Iya bu, maaf Tomas lupa waktu, tapi kan ini hari minggu bu…”, jawab Tomas.
“Meski hari minggu tapi tetap tidak baik seharian main ps nak..” ucap Amat

“Iya pa, sesekali tidak apa-apa, asal tidak setiap hari ini…”, ucap Minanti seolah membela Tomas. “Oh, iya nak, tapi perasaan hari ini ibu tidak memberi kamu uang, kok kamu punya uang sih…dari mana?”, lanjut Minanti.

“Anu bu, uang jajan aku yang kemarin…”, jawab Tomas gugup.
“Loh, perasaan kemarin ibu juga hanya kasih uang lima ribu, itu pun sudah buat beli somay, kamu bohon sama ibu nak”, ucap Minanti dengan lembut

Tomas tahu bahwa saat itu ibunya sudah tahu dari mana ia mendapatkan uang. Ia sadar jika ia semakin membela diri dan tidak mengakuinya maka ayahnya mungkin akan sangat marah. Karena takut akhirnya ia hanya diam saja.

“Nak, kalau kamu mengambil uang ibu tanpa izin itu namanya mencuri. Mencuri itu dosa nak, bukan hanya itu, kamu bisa dipenjara kalau mencuri”, ucap Minanti menasehati anaknya.

Tomas hanya bisa tertunduk tidak berani sama sekali mengeluarkan suara, apalagi sang ayah masih duduk di meja makan sambil mengawasi mereka. Mengetahui anaknya takut, Minanti segera menenangkan hati anaknya.

“Sudah, ibu tidak akan marah dan menghukum kamu, bapak juga tidak akan marah tetapi dengan catatan ini yang terakhir, besok dan selamanya kamu tidak boleh mengulangi kesalahan kamu lagi. 

Kalau kamu memang mau main ps dan tidak punya uang kamu bisa minta sama ibu tapi tidak boleh mencuri. 

Kalau kamu mencuri lagi, besok ayah kamu akan ibu suruh untuk lapor polisi biar kamu dipenjara. Ya Nak ya…” ucap Minanti sambil mengelus rambut anak lelakinya itu.

Tak ada pilihan, Tomas akhirnya berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya. Bahkan, ayahnya pun berjanji jika Tomas tidak mengulangi kesalahan buruk itu ia akan dibelikan ps sendiri, jika dapat peringkat di sekolah.

--- Tamat ---

Back To Top