Cerpen tentang Cinta Seorang Ibu, Smartwatch - Pada cerpen cinta ibu kali ini akan terlihat jelas betapa
besar dan agungnya sebuah cinta yang dimiliki oleh ibu kepada anaknya. Apapun
tentu akan diberikan kepada sang anak, kesabaran, pengertian, perhatian dan
apapun itu.
Purwanto adalah anak laki-laki yang sangat bahagia, ia
memiliki orang tua yang begitu sayang padanya. Bukan hanya sang ibu, ayahnya
pun benar-benar sayang dan bisa memanjakan-nya dengan cara yang tepat.
Suatu hari, Purwanto meminta sesuatu yang sebenarnya tidak
dikehendaki oleh kedua orang tuanya. Tetapi karena rasa sayang dan cinta sang
ibu dan ayahnya akhirnya orang tua Purwanto menggunakan permintaan anaknya tersebut
sebagai sarana untuk mengajarkan kebaikan.
Begitulah, orang tua memang bukan hanya pandai mencintai dan
menyayangi tetapi juga pandai mengarahkan dan mendidik anak-anaknya. Dari
cerpen tentang cinta ibu tersebut jelas ada hikmah dan pelajaran yang bisa
diambil. Mari kita baca dulu ceritanya di bawah ini.
Smartwatch
Cerpen oleh Irma
“Bu, aku minta smartwatch, boleh kan?”, ucap Purwanto sambil
memeluk ibunya yang sedang memasak di dapur. “Eh… eh, kamu ini, ibu sedang
masak ini, nanti gosong…” teriak Janah kaget oleh anak laki-laki kesayangannya.
Purwanto pun tetap memeluk ibunya sambil memohon, “ayo lah Bu, kan ibu sudah
janji…” lanjutnya.
“Janji apa si Nak, kamu ini…. Pagi-pagi bukannya mandi malah
seperti anak kecil”, ucap Janah kepada anaknya. “Ayaah…. Ibu nakal…”, teriak
Purwanto kemudian.
“Halah, enggak mempan, bantuin ibu dulu geh, antar teh ayah
sana!”, ucap Janah kepada Purwanto.
Ya, meski menjadi anak satu-satunya yang mendapatkan semua
hal dengan mudah tapi Purwanto tidak sombong dan nakal. Ia selalu saja menuruti
semua perintah orang tuanya, apalagi perintah sang ibu.
Purwanto memang anak yang baik, pintar dan sopan, ia selalu
bisa mengambil hati kedua orang tuanya. Demikian pun dengan orang tua Purwanto,
mereka selalu bisa membuat anaknya menuruti semua nasehatnya.
“Duh, tumben ini anak Ayah baik benar..” ucap Karman melihat
sang anak membawakan secangkir teh untuknya. “Ada maunya itu Yah, ucap Janah
dari belakang.
“Iya Yah, aku minta smartwatch sih, smartwatch murah juga
tidak apa-apa, aku ingin belajar supaya tidak ketinggalan teknologi..”, ucap
Purwanto kemudian.
“La, memang untuk apa si Nak, kelihatannya penting benar?”,
jawab sang ayah.
“Ya enggak penting benar sih, tapi ya penting soalnya kan
teknologi terbaru”, jawab Purwanto
“Anakmu itu tidak mau ketinggalan teknologi Yah, kalau ada
yang baru pasti saja dia mau beli”, ucap Janah menimpali.
“Apa tidak sebaiknya untuk sedekah saja nak, harga
smartwatch kan lumayan itu?”, jawab ayahnya. “Belum juga punya Yah, ya sudah,
yang penting aku sudah belajar, besok kalau sudah bisa aku sumbangkan ke panti
deh”, ucap Purwanto membujuk ayahnya.
“Ya tidak usah begitu juga, kalau kamu mau besok kamu beli
sendiri sama Ibu, tapi kamu harus menyumbangkan beberapa lembar baju kamu yang
sudah tidak dipakai”, jawab ayahnya.
Purwanto pun mengangguk setuju, tidak menunggu di perintah,
Purwanto pun langsung mengemas beberapa pakaian. Karena sangat senang, bahkan
beberapa baju yang masih ia suka pun ikut di kemas untuk disumbangkan ke panti.
Ibu dan ayah-nya pun sampai heran betapa semangatnya ia
menyumbangkan pakaian tersebut. Tapi kedua orang tuanya tampak begitu senang
dan bangga atas keputusan Purwanto itu. Akhirnya, dua hari kemudian Purwanto
pun membeli produk smartwatch yang diinginkan.
Meski ia memilih sendiri namun ia memilih yang biasa saja
dan bukan yang mewah. Entah mengapa, kali ini tampak bahwa Purwanto lebih
mengendalikan keinginannya untuk mendapatkan barang bagus dan mahal yang
terkenal.
Ada smartwatch sony, smartwatch mito dan smartwatch speedup
juga tetapi ia tidak memilih dari merek melainkan dari fungsi dan kegunaanya. Ia
benar-benar memilih smartwatch terbaik menurut dirinya sendiri.
Janah yang melihat perubahan sifat Purwanto pun hanya
tersenyum. Ia pun semakin bangga dan sayang kepada anaknya.
Tiga hari kemudian, ketika Purwanto sedang asyik bermain
dengan mainan barunya, Janah memanggil anaknya tersebut.
“Purwanto, nak kesini, ibu punya sesuatu untuk kamu”, teriak
Janah dari ruang tengah
“Ada apa Bu, ibu punya apa?”, tanya Purwanto penasaran.
“Nih, ibu belikan kamu beberapa baju baru, bagus kok, coba
dilihat”, ucap ibunya.
Mendapatkan beberapa pasang baju yang benar-benar sesuai
dengan kesukaannya, Purwanto pun sangat gembira. Ia berulang kali mengucapkan
terima kasih dan memeluk ibunya. Ia benar-benar senang, bukan hanya karena baju
baru tetapi karena ibunya sangat menyayangi dirinya.
Suatu hari, Purwanto dan beberapa rekan ingin menghabiskan
libur akhir pekan dengan berkemah. Mereka telah memilih tempat kemah yang
bagus, indah dan juga aman. Purwanto pun mohon izin kepada kedua orang tuanya.
“Ibu, besok aku mau kemah, boleh kan?”, tanya Purwanto
“Ya jelas boleh, memang mau kemana?”, tanya Janah
“Di bumi perkemahan Sang Nancap”, ucap Purwanto, “sama ayah
boleh tidak ya Bu?”, lanjutnya.
“Ya kamu tanya saja sama ayah”, ucap ibunya
Purwanto pun meminta izin kepada sang ayah. Awalnya sang
ayah tidak mengizinkan Purwanto berkemah tetapi karena sang istri sudah
mengizinkan anaknya maka ia pun mengizinkannya.
Di perkemahan, Purwanto tampak sibuk dengan smartwatch miliknya, Cerpen tentang Cinta Seorang Ibu, Smartwatch. Ia tak lupa memperkenalkan mainan baru miliknya tersebut kepada rekan lain.
Di perkemahan, Purwanto tampak sibuk dengan smartwatch miliknya, Cerpen tentang Cinta Seorang Ibu, Smartwatch. Ia tak lupa memperkenalkan mainan baru miliknya tersebut kepada rekan lain.
Begitu besarnya cinta seorang ibu kepada anaknya,
sampai-sampai meski Purwanto sudah dewasa ketika berkemah pun Janah dan
suaminya menyempatkan diri menjenguk sang anak.
--- Tamat ---