Contoh Cerita Cerpen Pendek - Miniatur Asbak dan Korek Api - Contoh cerita kali ini masih merupakan sebuah cerpen singkat tentang pendidikan yaitu tentang kehidupan pelajar. Ya, meski sebenarnya cerita ini lebih cocok disebut sebagai cerita pengalaman namun bisa juga dijadikan bahan belajar dalam membuat cerita pendek.
Satu yang pasti, kisah yang diangkat dalam cerita berjudul "miniatur asbak dan korek api" berikut bisa menjadi sebuah inspirasi dan motivasi bagi kita semua. Dalam cerita ini kita bisa memetik pelajaran bahwa bagaimanapun masing-masing orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Kelebihan dan kekurangan merupakan anugerah, dari pada kita sibuk memikirkan kelemahan kita lebih baik kita fokus dan mengembangkan apa yang menjadi kelebihan kita.
Seperti yang dialami oleh tokoh "aku" dalam cerpen berikut, ia tak putus asa dan berjuang meski memiliki kelemahan dibidang pelajaran lain.
Berkat kerja keras, ketekunan dan jerih payahnya, kini sebelum ia lulus dari sekolah menengah atas (sma) ia sudah memiliki gambaran masa depan yang lebih baik. Ada harapan besar yang dapat ia perjuangkan selanjutnya. Lalu, bagaimana kisah selengkapnya, mari kita baca langsung di bawah ini.
Yang namanya pelajar ya pekerjaannya hanya belajar. Kalau kata anak-anak, belajar itu kadang sangat membosankan, apalagi jika kita sedang belajar pelajaran yang tidak kita sukai. Ada yang tidak suka matematika, ada yang tidak suka sejarah, ada yang suka olahraga, ada yang suka fisika.
Kelebihan dan kekurangan merupakan anugerah, dari pada kita sibuk memikirkan kelemahan kita lebih baik kita fokus dan mengembangkan apa yang menjadi kelebihan kita.
Seperti yang dialami oleh tokoh "aku" dalam cerpen berikut, ia tak putus asa dan berjuang meski memiliki kelemahan dibidang pelajaran lain.
Berkat kerja keras, ketekunan dan jerih payahnya, kini sebelum ia lulus dari sekolah menengah atas (sma) ia sudah memiliki gambaran masa depan yang lebih baik. Ada harapan besar yang dapat ia perjuangkan selanjutnya. Lalu, bagaimana kisah selengkapnya, mari kita baca langsung di bawah ini.
Miniatur Asbak dan Korek Api
Cerita Oleh Mandes
Yang namanya pelajar ya pekerjaannya hanya belajar. Kalau kata anak-anak, belajar itu kadang sangat membosankan, apalagi jika kita sedang belajar pelajaran yang tidak kita sukai. Ada yang tidak suka matematika, ada yang tidak suka sejarah, ada yang suka olahraga, ada yang suka fisika.
Diantara kebanyakan teman
sekolahku, aku adalah murid yang paling berbeda. Pasalnya, aku sama sekali
tidak menyukai pelajaran yang sulit seperti matematika dan fisika.
Alasannya entah kenapa nilai yang aku dapat selalu saja kecil, berbeda dengan nilai pelajaran seni atau prakarya.
Alasannya entah kenapa nilai yang aku dapat selalu saja kecil, berbeda dengan nilai pelajaran seni atau prakarya.
Untuk pelajaran semacam itu aku
adalah rajanya, tetapi kalau untuk hitung-hitungan dan olahraga aku kurang
begitu pintar. Meski begitu, walau aku tidak pernah menjadi juara kelas namun
aku banyak dikenal dan disukai guru.
Aku disukai guru bukan karena aku
pintar dan peringkat kelas tetapi karena aku kreatif dan banyak ide serta
sering juga memberikan piala untuk sekolah. Sebut saja misalnya ketika ada
lomba pementasan teater, aku bisa menjadi salah satu pemain yang bisa
diandalkan.
Ada lagi masalah lomba-lomba
kesenian, bahkan untuk karya tangan atau kerajinan tangan karya yang aku buat
pernah menjadi juara umum ditingkat nasional yaitu miniatur asbak dan korek
api.
Kamu pasti tidak menyangka deh
bagaimana uniknya karya tangan yang aku buat tersebut. Bisa kamu bayangkan
sendiri, asbak dan korek api adalah benda yang kecil dan aku buat sebagai
miniatur, seru kan.
Yang unik dari karya tersebut
adalah dari segi bahan, bentuk, warna dan juga fungsi. Ada yang sengaja aku
buat untuk gantungan kunci, ada yang aku buat dengan ukuran lebih besar sebagai
pajangan dan ada juga yang aku buat dengan menambah ukuran nama.
Cerita awal sampai aku mencoba
membuat miniatur atau hiasan tersebut adalah karena iseng dan tidak ada
kerjaan.
Kebetulan waktu itu sedang libur sekolah dan aku sama sekali tidak ada pekerjaan. Jenuh di rumah maka aku mencoba membuat kerajinan tangan dari berbagai bahan yang ada di sekitar rumah.
Kebetulan waktu itu sedang libur sekolah dan aku sama sekali tidak ada pekerjaan. Jenuh di rumah maka aku mencoba membuat kerajinan tangan dari berbagai bahan yang ada di sekitar rumah.
Saat itu aku membuat beberapa
kerajinan yaitu kerajinan dari bambu, tanah liat dan barang-barang bekas. Yang
akhirnya menjadi pilihan idola adalah yang berasal dari bahan bekas yaitu
miniatur tersebut.
Jadi, miniatur ini merupakan satu
miniatur. Biasanya kan kita sering melihat asbak hiasan tetapi aku membuat
asbak tersebut menjadi satu dengan korek api. Ada yang menggunakan bahan bekas
dan ada yang kombinasi.
Belajar dari apa yang pernah
diajarkan oleh bapak guru bidang kerajinan tangan, aku mencoba mengkombinasikan
bahan-bahan, warna serta bentuk yang tidak seperti biasanya. Hasilnya, dari
sekian banyak teman yang melihat, mereka mengatakan bahwa karya yang aku buat
tersebut sangat unik dan bagus.
Sampai pada suatu hari akhirnya
ada kesempatan lomba kerajinan tangan dalam rangka memupuk jiwa wirausaha
tingkat nasional. Aku ditunjuk oleh teman sekelas dan guru untuk mencoba ikut
berlomba. Pada akhirnya, tanpa terpikirkan sebelumnya aku mendapatkan juara.
Tentu saja, pengalaman itu
menjadi salah satu alasan aku terus berkreasi. Setelah hari itu aku semakin
sering mencoba membuat karya-karya yang unik dan menarik yang belum pernah ada
disekitar kita.
Memang, pelajaran dari membuat
miniatur tersebut begitu membekas apalagi aku diberi nasehat oleh bapak dan ibu
guru di sekolah bahwa kreativitas juga sangat penting dalam kesuksesan hidup
seseorang.
Sejak saat itu, aku mulai lebih
semangat, bukan hanya pelajaran yang berkaitan dengan seni tetapi untuk
pelajaran lain pun aku tidak mau kalah.
Apalagi beberapa bulan kedepan
aku lulus sekolah, aku belum tahu akan melanjutkan kemana tetapi dalam hati aku
ingin seperti ayah sebagai seorang pengusaha.
Ayahku adalah pengusaha jati ukir
yang sukses. Dia tidak sekolah tetapi ia bisa memasarkan hasil karya yang
dibuat bahkan sampai ke luar negeri.
Aku pun ingin sukses seperti
orang tuaku, aku ingin apa yang aku miliki ini bisa menjadi bekal hidupku
kelak. Mudah-mudahan, dari lomba yang tidak ada apa-apanya itu aku bisa memupuk
semangat dan menjadi seperti ayah.
--- Tamat ---