Helm Motor - Cerpen Kisah Nyata Pengalaman Seseorang

Ceritanya, dalam cerpen kisah nyata pengalaman seseorang berikut ada seorang anak remaja yang awalnya tidak memiliki motor. Karena sebentar lagi akan menghadapi ujian maka anak tersebut meminta sebuah motor untuk kendaraan ke sekolah. 

Helm Motor - Kisah Nyata Pengalaman Seseorang

Awalnya tidak diberikan tetapi karena ia dapat meyakinkan orang tuanya akhirnya ia diberi sebuah motor baru dengan catatan hanya digunakan untuk keperluan sekolah. 


Karena lupa diri, karena diejek dan diolok oleh teman-teman lain akhirnya ketika mengendarai motor ia tidak memakai helm. 

Itulah sebabnya cerpen menarik berikut diberi judul "helm motor". Awal mulanya tidak ada kejadian apa-apa namun karena kesalahannya tidak menggunakan helm motor tersebut maka kesialan mulai menghampiri anak tersebut.

Singkat cerita bukan hanya satu kesialan namun lebih, akhirnya ia menyadari betapa pentingnya menggunakan helm ketika berkendara. Untuk rekan remaja yang sudah menggunakan motor sendiri bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari cerpen kisah nyata berikut.

Helm Motor
Cerpen oleh Mandes

Siang ini cuaca begitu panas, matahari masih terasa tepat di atas kepala ketika aku bergegas turun dari angkutan kota sepulang dari sekolah. Musim kemarau memang sedang di puncaknya saat ini hingga suasana begitu gersang.

Daun-daun rindang di sekitar sekolah mulai berguguran, di sepanjang jalan menuju rumahku pun sangat kering dan begitu berdebu. Di sisi jalan, ranting pohon tinggi menjulang, dibibir jalan tak terlihat sedikitpun rumput tersisa.

Itu baru suasana di luar, belum lagi ditambah suasana di dalam angkot yang penuh sesak dengan orang, aku benar-benar sudah tidak tahan menghadapi kegerahan ini. 

Sedari tadi malam aku sudah bertekad dalam hati bahwa hari ini aku harus meminta dibelikan sepeda motor, tidak bisa tidak.

Sesampainya di rumah aku langsung bergegas ganti pakaian, makan siang kulewatkan dan aku langsung mencari kedua orang tuaku.

“Bu, ibu…. Ayah….”
“Iya nak, kenapa kamu ini, teriak-teriak seperti di hutan saja!
“Ayah mana Bu, aku ingin bicara sama ayah…?”
“Bicara apa, kamu sudah makan, makan dulu sana!”
“Nanti Bu, ayah mana?”

“Jam segini ayah belum pulang, nanti saja, lagian kamu mau bilang apa sama ayah?”
“Ini bu, aku sudah tidak tahan, pokoknya aku minta dibelikan motor baru!”
“Aduh kamu ini, buat apa motor, kamu kan masih kecil belum boleh naik motor!”

“Ayolah bu, aku kan sudah SMA, apalagi sebentar lagi kenaikan kelas, aku tidak bisa konsentrasi belajar kalau naik angkot terus bu….”
“Ya sudah, nanti ibu bilang sama ayah… sudah sana kamu makan dulu!”

Setelah berbicara dengan ibu aku pun langsung menuju ke kamar. Aku masih bingung dan takut apakah ayah akan mengabulkan keinginanku atau tidak. Aku terus saja berpikir keras bagaimana jik sampai ayah tidak menyetujui permintaanku.

Sedang asyik melamun tiba-tiba perutku sakit, aku jadi ingat bahwa aku belum makan siang dari tadi. Akhirnya aku pun makan siang, setelah itu aku membereskan tugas-tugas sekolah untuk besok. 

Terlalu lelah mungkin sampai akhirnya aku tak sadar tertidur pulas di kursi depan, sampai akhirnya ayah pulang dan membangunkan aku.

“Arif….. tidur kok disini, bangun, lagian sudah sore kok tidur…!”
“Eh… anu, aku ketiduran yah….tadi belajar.”
“Ya sudah, bangun sudah sore, mandi dulu baru dilanjutkan…”
“Dilanjutkan apanya Yah?”
“Ya dilanjutkan belajarnya, tadi katanya sedang belajar? Bagaimana sih kamu ini”
“Oh, iya yah….”

Hari sudah mulai larut, aku pun bergegas menyelesaikan tugas-tugas yang tadi belum kelar. Karena semua tugas harus selesai maka aku belajar di kamar. Sampai ketika ayah memanggilku ke ruang tengah.

“Rif… sini kamu…?”
“Iya Yah, ada apa….?”
“Apa benar kamu ingin motor? Barusan ibu bilang sama ayah kalau kamu ingin motor baru untuk sekolah?”

“Iya Yah, sebentar lagi ujian kenaikan kelas dan suasana kemarau membuat aku tidak bisa konsentrasi kalau naik angkot yah…”
“Loh, memang kenapa dengan naik angkot?”

“Yah, ayah, naik angkot itu melelahkan yah, berhimpit-himpitan, apalagi kemarau, panas benar! Kalau pagi, belum belajar sampai kelas saja sudah keringatan, apalagi siang pulangnya”
“Tapi kamu kan masih di bawah umur Rif?”

“Aduh ayah, di sekolah semua kawan Arif juga sudah bawa motor sendiri… lagian, ayah mau kalau aku tidak dapat juara lagi?”
“Ya sudah, kalau itu kamu memang butuh motor, besok akan ayah carikan…”
“Asyik, terima kasih ayah….”
“Eits, tapi ingat, bukan untuk main ya!”
“Iya ayah….”

Begitulah, singkat cerita aku akhirnya mendapatkan motor yang aku inginkan, lengkap dengan semua peralatan dan aksesoris yang dibutuhkan mulai dari helm motor sampai jaket. 

Sejak saat itu mulailah hariku dengan lebih santai, dan tentunya lebih keren dan gaul seperti anak lain. Sekarang tidak ada yang mengejek aku sebagai anak mami.

Beberapa hari aku sekolah menggunakan motor baru semua berjalan dengan lancar sampai pada suatu hari ada beberapa orang kawan yang menegurku…

“Hei Rif, kayak orang tua aja loe!”
“Orang tua bagaimana sih maksud kamu?”
“Lah, kamu ini gak gaul amat, bawa motor masih pakai helm…”
“Ih, kamu ini aneh deh, pakai helm kan buat keselamatan…!”
“Ya, takut jatuh ya, bilang aja loe gak bisa bawa motor….”

Begitulah, awal mula kejadian itu tidak berpengaruh pada diriku tetapi satu dua minggu mereka terus saja mengejekku. Tapi memang benar, diantara teman-teman yang ke sekolah naik motor sendiri jarang sekali yang memakai helm, kecuali para cewek. “Iya juga ya, itu kebanyakan mereka juga tidak memakai helm” pikirku dalam hati.

Sejak saat itu satu dua kali aku mulai melepas helm motor yang biasa ku pakai. Sampai akhirnya aku mulai mengalami hari sial pertamaku.

Pagi itu aku bangun kesiangan karena semalam aku nonton bola, aku berangkat dengan tergesa-gesa. Helm ku letakkan dibagian depan, dengan cepat aku melesat menuju sekolah, maklum tinggal beberapa menit lagi aku terlambat.

Tepat di depan gerbang, karena tidak hati-hati aku melindas pecahan batu baja, aku terkejut dan tiba-tiba helm motor ku terjatuh. Sialnya, tepat disisi kiri ku ada seorang cewek yang juga hendak melintas dan hampir saja terjatuh karena kaget hendak menabrak helm ku yang terjatuh.

Aku berhenti untuk mengambil helm tersebut dan seketika itu tiba-tiba cewek itu berteriak kepadaku. “Hei… helm tuh dipakai bukan untuk pajangan!”, teriaknya. Aku hanya bisa melihat cewek itu berlalu tanpa berkata apapun.

Keesokan harinya aku jadi enggan membawa helm, aku masih teringat saja perkataan anak itu. Akhirnya dengan ragu-ragu ku tinggalkan helm motor yang biasa aku bawa. Hari pertama aku mengendarai motor tanpa membawa helm, ketika berangkat semua berjalan dengan lancar sampai pada akhirnya saat pulang sekolah….

“Prit…prit….prit…..”, tiba-tiba di depanku ada beberapa polisi yang membunyikan peluit dan memberikan isyarat kepadaku untuk menepi. Sontak aku langsung panik dan sangat takut…
“Selamat siang…. Bisa tunjukkan surat-suratnya….”
“Eh…anu pak, anu…. Tidak ada suratnya pak, ditinggal di rumah”
“stnk, sim?”
“Iya pak, saya kan anak sekolah jadi belum punya sim….”
“Anak sekolah mengendarai motor tidak ada suratnya dan tidak memiliki SIM, kamu bisa dipenjara?”
“Lo, kok bisa pak, apa salah saya?”

“Mengendarai kendaraan harus ada surat izinnya dik, apalagi kamu tidak memakai helm…”
“Iya, aku pak… maaf….”
“Kalau kamu berkendara seperti ini bukan hanya membahayakan diri kamu sendiri, tetapi orang lain juga!”
“Iya pak saya mengerti…”

“Ya sudah, ini terakhir kali saya melihat kamu tidak taat, jika besok kamu masih tidak memakai helm maka saya tilang….”
“Iya…iya pak…. Terus bagaimana pak?”
“Ya sudah, sekarang kamu pulang… ingat besok pakai helm!”
“Baik pak….”

Aku baru tahu bahwa tidak memakai helm bisa dipenjara, tapi aku tidak percaya dan sampai rumah aku pun bertanya kepada ayah dan.
“Yah, apa benar kalau tidak pakai helm bisa dipenjara?”
“Ya bisa, pertama ditilang, harus bayar denda kalau tidak ya dipenjara, memang kenapa?”
“Anu Yah, tadi aku tidak memakai helm terus di jalan ada polisi….”
“Nah, sekarang kamu tahu kan, makanya ingat pesan ayah…”
“Iya yah….”

Dasar bandel, sudah diingatkan tapi tetap saja enggan memakai helm, aku bahkan sampai lupa bahwa sebenarnya aku memiliki helm motor keren yang bukan hanya akan menjaga keselamatan tetapi menghindarkan aku dari surat tilang. 

Dua hari berselang aku tetap tidak menggunakan helm dan aku pun mengalami kecelakaan di depan rumah ketika hendak berangkat sekolah.

“Loh, kenapa kamu pulang lagi… loh itu kenapa tangannya berdarah seperti itu?”
“Jatuh bu, di depan….”
“La kok bisa, untung kepalanya tidak apa-apa, terus mana helm kamu?”
“Aku tadi enggak memakai helm bu…”
“Tu… kan, kan sudah tahu kalau helm itu penting, pasti kamu nanti dimarah ayah…”

Sambil mengobati luka di tanganku, ibu terus saja mengomel dan menasehatiku. Aku hanya diam karena aku memang salah. Hari itu akhirnya ku tidak berangkat sekolah… aku pun istirahat di rumah sampai sore.
“Bu, itu motor kenapa berantakan begitu, mana Arif?”
“Di kamar Yah, sedang istirahat. Iya, tadi Arif jatuh…”
“La terus, kok tidak dibawa ke dokter, tidak apa-apa kan?”
“Tidak kok Yah, hanya luka sedikit”

Sehabis mandi ayah langsung memanggil ku, ia pun langsung menasihati atas kejadian tersebut. Bahkan ayah berjanji akan membelikan jenis helm motor yang bagus dan tidak membuat penampilanku buruk. 

Terserah, aku mau memilih model helm motor kyt atau helm motor canggih sekalipun, mau helm motor nhk juga boleh, Helm Motor - Cerpen Kisah Nyata Pengalaman Seseorang.

Yang jelas, ayah mengatakan bahwa harga helm motor sni tidak akan sebanding dengan keselamatan anak satu-satunya. Jadi, aku pun akhirnya menurut dan mulai memakai helm lagi. aku memutuskan untuk mencari helm yang bagus dan aman, bukan helm standar yang di belikan ayah waktu itu.

Akhirnya, berkat beberapa kejadian sial yang menimpa ku aku memutuskan untuk terus menggunakan helm motor ketika mengendarai motor ke sekolah. Aku tak perduli lagi ada teman yang mengatakan ini-itu, yang terpenting adalah keselamatan.

--- Tamat ---

Back To Top