Cerpen Corona Singkat, Terkena Corona atau Tidak Makan, Kami Lebih Takut Kelaparan

Satu lagi contoh cerpen corona singkat yang akan kita baca kali ini. Tapi sangat singkat, mungkin kurang cocok dikatakan cerpen karena sangat singkat ya. Yang penting isinya masih ada kaitannya dengan pandemi. 

Cerpen Corona Singkat, Terkena Corona atau Tidak Makan, Kami Lebih Takut Kelaparan


Karya ini berjudul "Terkena Corona atau Tidak Makan, Kami Lebih Takut Kelaparan". Bagi rekan yang ingin melihat-lihat karya dengan tema khusus ini bisa langsung membacanya ya!

Singkat, bahkan sangat singkat. Untuk contoh saja, supaya bisa memacu keinginan kita untuk belajar menulis. Khususnya karya sastra cerpen. Yuk di baca!

Dilema Corona
Oleh Irma

“Bapak – bapak… ibu – ibu. Virus corona telah menyebar. Jangan sampai lengah. Jaga selalu kesehatan. Selalu terapkan protokol kesehatan. Mari pakai masker. Jangan lupa jaga jarak. Rajin cuci tangan pakai sabun….” 

Suara sirine ambulan dan teriakan mesin pengeras terdengar tertiup angin. Anak-anak telanjang dada berlarian. 

Penasaran. Maklum, di desa kami yang kecil ini cukup jarang terdengar suara sirine ambulan seperti itu. Bahkan ibu – ibu berbalut kain jarik pun tak bisa mengabaikan teriakan tersebut. 

“Ono opo si Yu…?” 

“Rame men, pengumuman opo maneh jan!” 

“Kae lho Yu Pur, pirus corona kui loh. Jere wes mulai nyebar. Kon waspodo!” 

“Howalah… tak kiro ki yo pengumuman opo. Sek isuk ngene wes bengok-bengok! 

“Ha iyo kui…” 

Yu Pur yang masih memegang sapu lidi tampak membalikkan tubuhnya. Kembali ke halaman rumahnya. Meninggalkan Yu Wati yang masih mengamati suara lirih di kejauhan itu. 

Aku yang sedari tadi hendak mendekat pun hilang rasa. Penasaran ini jadi tidak terlalu mengusik manakala Yu Pur berlalu. Sudah kebisaan. Yang menjadi perhatian Yu Pur, yang juga kami perhatikan. 

Demikian juga dengan pengumuman ini. Aku yang tadinya penasaran dan ingin mendekat menjadi enggan. Aku yang ingin tahu, menjadi acuh tak acuh. Demikian juga dengan warga lain. Mungkin. 

“Bu… bune…. Bau apa ini bune…?”, tiba-tiba aroma menyengat menusuk hidungku. “Astagfirulloh pak…. Tempeku….!”, teriakku berlari ke dapur. 

“Tempe mu kenapa bu….!, seolah tak ingin kalah, suamiku juga ikut berlari di belakangku. 

“Gosong pak… bapak ini loh, apinya kok gede banget pak. Bapak….! di tinggal sebentar aja kok bisa. Sudah tahu ibu lagi masak kok yo ndak dibantuin. Opo susahnya to pak mbalik bacem iku. Malah ditambahi kayu terus. Iki pie tempeku….! 

Tak jadi ada kesenangan. Gara-gara sirine mobil yang buat penasaran aku jadi rugi total! “Arep mangan opo iki. Mangan sego tok le… tole….! Gara-gara virus corona!” 

---Sekian---

Sekian dulu ya. Masih banyak karya lain yang harus disiapkan. Kita akan terus mengajak rekan semua untuk belajar dan bermain. Dengan berbagai karya menarik lainnya.

Jangan bosan ya. Kita akan ketemu lagi dengan berbagai sisi kehidupan lain yang patut untuk dicermati dan direnungkan. Mari terus semangat, jangan menyerah. Ingat, jaga kesehatan, tegakkan protokol kesehatan!

Back To Top