Tambahan lagi untuk cerpen persahabatan, kali ini adalah sebuah cerita pendek yang terdiri dari 6 tokoh pemain. Ceritanya tentang persahabatan dimana salah satu sahabatnya akan pergi, pindah sekolah ke tempat yang jauh.
Mungkin sederhana, dan mungkin juga kurang pantas disebut karya cerpen tetapi ceritanya cukup menyentuh hati. Lumayan bisa tambah referensi kan.
Cerpen ini terdiri dari dua versi yaitu cerpen bahasa Inggris dan versi cerpen terjemahan bahasa Indonesia.
Yang akan dibagikan pertama adalah versi yang bahasa Indonesia karena pada umumnya banyak pembaca yang mencari cerita-cerita segar dan baru dalam bahasa kita.
Cerpen ini terdiri dari dua versi yaitu cerpen bahasa Inggris dan versi cerpen terjemahan bahasa Indonesia.
Yang akan dibagikan pertama adalah versi yang bahasa Indonesia karena pada umumnya banyak pembaca yang mencari cerita-cerita segar dan baru dalam bahasa kita.
Untuk rekan pembaca yang membutuhkan dua versi bahasa maka dibagian akhir rekan semua bisa mendownload atau membaca versi bahasa Inggrisnya melalui tautan yang sudah disiapkan.
Penasaran ceritanya seperti apa? Sekarang silahkan baca dulu cerpen bahasa Indonesia tersebut di bawah ini.
Penasaran ceritanya seperti apa? Sekarang silahkan baca dulu cerpen bahasa Indonesia tersebut di bawah ini.
Kejutan Perpisahan dari Teman
Cerpen Persahabatan 6 Tokoh Bahasa Indonesia
Sore menjelang, rumah Nurani sudah mulai sepi. Kawan-kawan sekolahnya sudah beringsut, kembali pulang ke rumah masing-masing.
Nurani duduk terpaku. Memandang jauh ke halaman rumahnya.
Nurani duduk terpaku. Memandang jauh ke halaman rumahnya.
Tangannya menggenggam erat ponsel. Bibirnya bergetar. Rambutnya yang terurai angin sore kadang menutupi wajah, dibiarkan.
“Nur, sudah sore nak. Kawan kamu sudah pulang semua?”, ucap sang ibu sambil memegang pundak putrinya. Seolah ia tahu ada keresahan yang sedang menyelimuti pikiran anaknya.
“Sudah Ma…”, jawab Nurani pelan. Sang ibu kemudian beranjak. Membereskan beberapa piring kue yang tersisa di meja depan.
Nurani kemudian menyusul langkah sang ibu. Mengambil gelas-gelas kosong bekas teman-temannya tadi. Ia pun masuk mengekor ibunya.
“Sudah Ma…”, jawab Nurani pelan. Sang ibu kemudian beranjak. Membereskan beberapa piring kue yang tersisa di meja depan.
Nurani kemudian menyusul langkah sang ibu. Mengambil gelas-gelas kosong bekas teman-temannya tadi. Ia pun masuk mengekor ibunya.
Suasana rumah tampak hening. Nurani lebih banyak diam, meski kedua orang tuanya mencoba mencairkan suasana.
Ya, ada rasa berat di hati Nurani untuk meninggalkan teman-teman sekolahnya. Lima hari lagi, Nurani dan kedua orang tuanya meski pindah.
Orang tuanya harus pindah ke Bali untuk urusan bisnis yang cukup lama. Mereka tak mau meninggalkan Nurani sendiri, akhirnya Nurani harus rela pindah sekolah.
Ya, ada rasa berat di hati Nurani untuk meninggalkan teman-teman sekolahnya. Lima hari lagi, Nurani dan kedua orang tuanya meski pindah.
Orang tuanya harus pindah ke Bali untuk urusan bisnis yang cukup lama. Mereka tak mau meninggalkan Nurani sendiri, akhirnya Nurani harus rela pindah sekolah.
Bukan Nurani tak mau, tapi persahabatannya dengan lima orang temannya yaitu Pujiati, Nandini, Albert, Johnny, dan Jaka seperti tak terpisahkan.
Ia sangat berat harus pergi meninggalkan teman-temannya itu. Malam itu, Nurani tidur dengan hati gelisah dan tak tenang menghadapi kepergiannya yang tinggal beberapa hari.
Ia sangat berat harus pergi meninggalkan teman-temannya itu. Malam itu, Nurani tidur dengan hati gelisah dan tak tenang menghadapi kepergiannya yang tinggal beberapa hari.
Hari bergulir seperti biasa. Nurani berangkat sekolah, berusaha konsentrasi belajar meski tak mungkin. Suasana kelas berjalan normal. Tak ada yang istimewa.
Pujiati yang selalu lengket dengan Nurani karena tidak mengerjakan tugas, Nandini yang selalu bergosip ria dengan Albert serta Johnny dan Jaka yang selalu usil dan tengil.
Pujiati yang selalu lengket dengan Nurani karena tidak mengerjakan tugas, Nandini yang selalu bergosip ria dengan Albert serta Johnny dan Jaka yang selalu usil dan tengil.
Sesekali Nurani memandang satu persatu wajah sahabatnya itu. Ia mencoba merekam sebanyak mungkin memori tentang kelima anak tersebut.
Setelah beberapa jam merasakan suasana kelas yang membosankan, waktu istirahat tiba.
Setelah beberapa jam merasakan suasana kelas yang membosankan, waktu istirahat tiba.
Nurani menuju kantin ditemani dengan Pujiati dan Nandini. Dibelakang mereka, Albert, Johnny dan Jaka menguntit seperti pengawal.
Mereka ber-enam memang sudah seperti sekawanan merpati. Tak pernah bercerai.
Mereka ber-enam memang sudah seperti sekawanan merpati. Tak pernah bercerai.
“Makan apa ya hari ini?”
“Serah kamu Ji, asal jangan dihabiskan semua…”
“Ih, memangnya…”
“Iya lah, kasihan Nandini, bisa tambah kurus nanti dia kalau semua makanan kamu habiskan terus…”
“Buset dah, pasti aku yang jadi sasaran…”
Mereka bergegas menuju ke kantin. Tak mau ketinggalan momen dan kehilangan tempat duduk mereka di kantin itu.
“Nur, es campur seperti biasa…!”, teriak Albert dari kejauhan. “Yo…!”, jawab Nurani singkat. Albert, Johnny dan Jaka berlari menyusul tiga temannya di depan.
Mereka segera berbaur dengan anak-anak lain di kantin yang penuh sesat. Nurani adalah ruh persahabatan itu.
Ketika Nurani lebih banyak diam, persahabatan itu terasa lebih hambar dari biasanya. Mereka lebih banyak diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Setiap orang dari mereka tahu benar bahwa sebentar lagi kebersamaan mereka akan berakhir. Warna persahabatan itu mungkin saja berbeda, atau mungkin bisa hancur.
Mereka segera berbaur dengan anak-anak lain di kantin yang penuh sesat. Nurani adalah ruh persahabatan itu.
Ketika Nurani lebih banyak diam, persahabatan itu terasa lebih hambar dari biasanya. Mereka lebih banyak diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Setiap orang dari mereka tahu benar bahwa sebentar lagi kebersamaan mereka akan berakhir. Warna persahabatan itu mungkin saja berbeda, atau mungkin bisa hancur.
“Kamu benar jadi pindah Nur, aku sedih kalau kamu jadi pindah…”
“Iya, jadi Din…”
“Kenapa sih kamu enggak di sini saja Nur. Apa jadinya kita tanpa kamu?”
“Enggak bisa Bert, ayah dan ibuku akan kerja di Bali untuk waktu yang cukup lama…”
“Ya kan kamu bisa di sini saja…”
“Mereka tidak mengizinkan John… mereka tidak mau meninggalkan putri cantiknya sendiri…”
“Halah…. Cantik dari Hongkong ya… Cantik mana sama aku…”
“Ya cantik Puji lah, dikit….”
Ucapan Jaka disambut gelak tawa yang riuh, bahagia. Sedetik kemudian suasana kembali tegang. Tak di pungkiri mereka merasakan gundah yang sama dengan yang Nurani rasakan. Hari pun berlalu tanpa adegan persahabatan lebih jauh.
Usai sekolah, Nurani langsung bergegas pulang. Ia harus mulai siap-siap untuk kepergiannya esok. Hari itu, lima sahabatnya tidak main ke rumah.
Mereka memiliki agenda lain, agenda tersembunyi untuk memberikan kejutan bagi sahabat yang akan pergi jauh.
Mereka memiliki agenda lain, agenda tersembunyi untuk memberikan kejutan bagi sahabat yang akan pergi jauh.
“Bagaimana nih teman-teman, apa kalian tega membiarkan Nurani pergi begitu saja?”, tanya Pujiati
“Tidak, tidak akan kubiarkan sahabatku pergi begitu saja”, jawab Nandini
“Nurani harus mendapatkan sesuatu, sesuatu yang tidak akan pernah dia lupakan…” timpal Albert
“Ya sudah, kita buat pesta perpisahan aja, rahasia, Nurani tidak boleh tahu…”, usul Johnny
“Ya, setuju. Tapi waktu yang paling tepat adalah saat-saat menjelang dia naik pesawat. Bagaimana?”, tambah Nandini
“Itu berarti kita harus tahu detail kapan dia berangkat dong…”, Tanya Pujiati
“Udah, gampang. Itu aku yang urus. Kalian siapkan saja keperluan yang kita butuhkan. Sisanya biarkan aku yang urus”, ucap Jaka.
Mereka berlima kemudian sibuk menyiapkan acara kejutan perpisahan. Puji dan Nandini segera memesan kue besar.
Albert memesan baju badut dengan karakter kesukaan Nurani. Jaka menyiapkan detail lainnya.
Albert memesan baju badut dengan karakter kesukaan Nurani. Jaka menyiapkan detail lainnya.
Satu hari sebelum Nurani berangkat, seperti yang sudah direncanakan, mereka semua mengajak Nurani ke kantin. Mereka mengucapkan salam perpisahan dengan begitu saja.
Jelas sekali terlihat ada kekecewaan di hati Nurani. “Begitu aja, tega benar kalian ini. Ada sahabat yang mau pergi jauh hanya diucapkan seperti itu saja”, guman Nurani kesal.
Ia pun kemudian pergi meninggalkan sahabatnya. Di hari keberangkatan Nurani, lima sahabatnya siap beraksi.
Setibanya Nurani di Bandara, ia segera disambut orang asing yang kemudian merampas tas yang ia bawa.
Sempat terjadi kejar-kejaran antara Nurani dan orang itu sebelum akhirnya Nurani menabrak badut doraemon.
Ia pun kemudian pergi meninggalkan sahabatnya. Di hari keberangkatan Nurani, lima sahabatnya siap beraksi.
Setibanya Nurani di Bandara, ia segera disambut orang asing yang kemudian merampas tas yang ia bawa.
Sempat terjadi kejar-kejaran antara Nurani dan orang itu sebelum akhirnya Nurani menabrak badut doraemon.
Di luar dugaan, badut tersebut kemudian menggiring Nurani ke tempat yang lebih lapang dimana sudah menunggu empat badut lain.
Sesaat setelah itu, terdengar musik kesukaan Nurani mengalun pelan. Sebuah lagu perpisahan yang membuat hati Nurani teriris.
Para badut berjoget, saling bertabrakan membuat Nurani geli. Tapi ia sadar bahwa jadwal penerbangannya sebentar lagi.
Para badut berjoget, saling bertabrakan membuat Nurani geli. Tapi ia sadar bahwa jadwal penerbangannya sebentar lagi.
Sudah pasti ia tidak mau mengecewakan orang tuanya dan membuat keberangkatannya tertunda. Dipertengahan lagu, para badut berdiri mengitari Nurani dan berhenti. Mereka kemudian melepas penutup kepala.
“Kalian…!” teriak Nurani seketika itu
“Ya, kami tidak mungkin membiarkanmu pergi tanpa sesuatu Nur…”, ucap Puji
“Iya, kami akan menghantarmu sampai naik pesawat…”
“Eh, kami juga sudah menyiapkan sesuatu untuk kamu…”, tambah Johnny
“Iya…”, ucap Jaka
Tiba-tiba seseorang muncul membawa sebuah kue besar dengan hiasan dan nama Nurani di atasnya. “Masih ada waktu beberapa menit untuk menghabiskan kue ini.
Supaya di pesawat kami tidak kelaparan…” ucap Nandini sambil tersenyum. “Oh, kalian memang sahabat terbaikku…” ucap Nurani berkaca-kaca.
Supaya di pesawat kami tidak kelaparan…” ucap Nandini sambil tersenyum. “Oh, kalian memang sahabat terbaikku…” ucap Nurani berkaca-kaca.
Mereka semua kemudian duduk di lantai, lesehan. Nurani kemudian memotong beberapa bagian kue dan memberikannya kepada teman-temannya yang masih berpakaian badut.
Setelah itu, taw ria pun pecah dengan air mata yang menetes. Mereka segera berpelukan.
Setelah itu, taw ria pun pecah dengan air mata yang menetes. Mereka segera berpelukan.
Pujiati, Nandini, Albert, Johnny, dan Jaka kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam pakaian badut mereka. Sebuah bungkusan kado kecil berada di tangan mereka masing-masing.
“Semoga oleh-oleh kecil ini bisa mengingatkan kamu pada kami…”, ucap Johnny
“Jangan lupakan kami ya Nur…”, ucap Albert
“Iya, kami pasti akan selalu merindukanmu…”, ucap Nandini
“Jangan lupa sering-sering kontak kami ya…” Pujiati tak mau ketinggalan
Melihat mata sahabat-sahabatnya yang memerah, Jaka tak mampu berkata apa-apa. Ia lantas memegang tangan Nurani sambil memberikan bungkusan kecil ditangannya. Sekali lagi, mereka pun akhirnya berpelukan, meneteskan air mata perpisahan.
--- Tamat ---
Tidak perlu khawatir. Yang di atas memang dalam bahasa Indonesia. Tapi jika rekan semua ingin membaca cerpen ini dalam bahasa Inggris rekan semua bisa membacanya di tautan yang sudah disiapkan.
Tinggal di download saja versi yang dalam bahasa Inggris. Tinggal di klik, rekan semua akan diarahkan ke cerita yang diinginkan.
Tapi jangan lupa ya, masih ada banyak sekali cerita pendek lain yang bagus-bagus dan masih baru. Di situs ini memang dibagikan terus kisah-kisah menarik yang belum pernah dibaca siapapun. Jangan ketinggalan ya.
Tinggal di download saja versi yang dalam bahasa Inggris. Tinggal di klik, rekan semua akan diarahkan ke cerita yang diinginkan.
Tapi jangan lupa ya, masih ada banyak sekali cerita pendek lain yang bagus-bagus dan masih baru. Di situs ini memang dibagikan terus kisah-kisah menarik yang belum pernah dibaca siapapun. Jangan ketinggalan ya.