Harus Dihukum, Cerita tentang Disiplin

“Harus Dihukum”, cerita tentang disiplin yang sudah disiapkan berikut ini tidak kalah seru dan menarik dari cerita lainnya. Memang, cerita ini lebih kental dengan nuansa nasehat, berbeda dengan lainnya.


Untuk anak muda kekinian mungkin agak membosankan. Apalagi kalau dinikmati untuk hiburan. Tapi, teks ini lumayan juga kalau digunakan sebagai media belajar. 

Tentu saja masih belum sempurna. Karena tidak sempurna itulah maka akan lebih cocok dijadikan contoh bagaimana menyusun atau membuat sebuah cerita. Siapa tahu ada yang ingin belajar membuat cerpen, benar tidak. 

Kisah kali ini diharapkan bisa menjadi inspirasi sekaligus motivasi bagi kita semua untuk tetap semangat dalam menjalani hari. Tema yang diambil adalah tentang kedisiplinan. Seperti apa, mari kita lihat langsung. 

Harus Dihukum
Cerita tentang Disiplin oleh Irma 

Udara dingin menusuk tulang. Jam dinding menunjukkan pukul 20:54 malam. Endang berusaha memejamkan mata, mengurai letih setelah seharian sibuk di rumah. Sang suami telah lebih dulu terlelap, mungkin karena letih bekerja di sawah, kantornya. 

Endang berbaring sembari sesekali melirik pada kedua anaknya yang masih asyik bermain di depan televisi. “Dedek… sudah malam, sini tidur!”, ia mencoba mengajak sang putri untuk segera istirahat. 

Tak dihiraukan, sang putri sibuk bercanda dengan sang kakak. “Kakak… sudah….!”, kini gentian ia menyuruh sang kakaknya tidur. 

Sama saja, putri pertamanya itu juga tidak menghiraukannya. Mereka berdua sangat asyik bercanda sambil melihat tayangan televisi kesayangan. Tak seperti biasanya, mereka terlihat akur. 

“Ah… biar dulu lah, sekali-kali. Lagi pula besokkan minggu.” Gumam Endang sambil kembali memajamkan mata. 

Mata Endang memang terpejam, tapi ia belum tidur. Ia masih bekerja, mengawasi anaknya sampai mereka lelah dan tidur. 

Menit terus berlalu, detik melampaui angka kebiasaan. Jam sepuluh malam, dua anak balita itu masih juga belum tidur meski keduanya mulai terlihat mengantuk. 

Mencuri-curi, Endang melirik ke arah kedua anaknya, “sebentar lagi tidur” ucapnya dalam hati. Tak lebih dari lima menit setelah itu, akhirnya Dinda dan Rangga pun tertidur. 

*** 

Pagi berseri. Meski cuaca hampir beku tapi bumi mulai menghangat. Burung-burung bernyanyi riang menyambut akhir pekan. Keluarga Bambang dan Endang hanya bersantai di rumah.

Biasanya mereka berlibur tapi kali ini mereka sengaja menghabiskan waktu bersama di rumah. Dinda dan Rangga bangun lebih siang dari biasanya. Sang ibu pun sengaja membiarkannya. 

“Mana anak-anak Ma…?” 

“Belum bangun…” 

“Jam segini kok belum bangun…!” 

“Ya biarlah Pak… sekali-kali. Lagi pula ini kan hari minggu” 

“Ya benar sih Ma. Tapi nanti jadi kebiasaan, bangunin dulu sana…” 

“Iya sebentar lagi Pak, kasihan…” 

Hari minggu itu, akhirnya Dinda dan Rangga bangun sampai agak siang. Mereka sangat puas tidur dan tidak perlu bangun pagi-pagi. Setelah mereka bangun, mereka pun sudah disambut dengan sarapan menu kesukaan. 

“Ah…. Enaknya hari ini…” gumam Rangga sambil menyantap sarapan. Bangun siang adalah hal besar dan sangat menyenangkan baginya. 

Minggu itu diisi dengan keceriaan. Keluarga itu menghabiskan waktu dengan sangat berkualitas. Kedua anaknya tampak sangat senang, mereka sendiri pun sangat menikmati kebersamaan tersebut. 

Sore hari, mulai terlihat gurat beban terlintas di wajah mereka. Esok adalah hari Senin. Hari yang sangat sibuk. Ibu harus bangun pagi-pagi, ayah ke kantor. Anak-anak berangkat sekolah. 

Senin pagi, setelah tertidur pulas semalaman, Dinda dan Rangga bangun lebih siang dari biasanya. Sepuluh menit lebih siang dari biasanya. 

Selasa, bangun pagi menjadi lebih berat dari biasanya. Meski sudah sekian lama mereka biasa bangun subuh tapi sejak senin kemarin semua itu terasa lebih berat. Mereka terlambat bangun selama lima menit dari waktu bangun hari senin. 

Akhirnya, waktu bangun pagi bergeser satu jam dari kebiasaan awal. Jam 6 lebih 15 menit kedua anak tersebut baru bangun. “Ini sudah tidak bisa dibiarkan”, ucap sang ayah kepada ibunya. 

“Sudahlah pak… biarkan saja. Kasihan, masih kecil ini mereka”, ucap sang ibu. 

“Dinda, Rangga… bangun…!” Dinda dan Rangga kaget bukan kepalang mendengar teriakan sang ayah. Kali ini mereka tidak bisa lolos lagi. 

“Satu minggu tanpa uang jajan. Itu hukuman karena kalian tidak disiplin dan bangun siang!” ucap sang ayah diikuti wajah murung kedua anak tersebut. 

---oOo--- 

Lumayan panjang juga ya. Itu cerita, entah bisa disebut cerpen atau bukan. Yang jelas intinya adalah tentang latihan disiplin bangun pagi. Cukup menarik juga bukan? 

Oh iya, masih ada yang lain kok. Kalau ada yang ingin lanjut silahkan ke beberapa cerita yang sudah disiapkan. Khusus dengan tema ini telah dipilihkan beberapa judul dibagian bawah. Mudah-mudahan rekan semua berkenan.

Back To Top