Sekejap Mata Kau Berubah, Kini Aku Terdampar Kesepian - Entah, sejak pagi tadi tiba-tiba pikiran ini gelisah tak menentu, galau. Ku ingat kembali paras tampan itu. Aku terbuai angan, mengingat kau berubah begitu cepat.
Seolah baru kemarin sore kita jalan bergandeng tangan menyusuri pertokoan itu. Aku dengan senangnya mendampingimu yang sangat menikmati sudut kota ini dengan segala keriuhannya.
Tanganku tak pernah lepas dari genggaman. Bibirmu selalu basah dengan kata riang membidik semua peristiwa yang ada di depan mata.
Waktu itu, kita melintas di depan sepasang kekasih yang tengah bertengkar. Tiba-tiba kau jongkok sambil menatap mataku dalam. "Aku tak akan pernah mengecewakan engkau sedetik pun." Ingin menangis rasanya waktu itu.
Aku begitu terharu dengan kehangatan cinta yang kau berikan tapi sekarang semua telah sirna. Hanya kenangan yang ada disela-sela puing hati ini. "Adakah kau masih mengingatku disana?"
Syahdunya ku rasa di saat ini suasana sepi membisu
Tanganku tak pernah lepas dari genggaman. Bibirmu selalu basah dengan kata riang membidik semua peristiwa yang ada di depan mata.
Waktu itu, kita melintas di depan sepasang kekasih yang tengah bertengkar. Tiba-tiba kau jongkok sambil menatap mataku dalam. "Aku tak akan pernah mengecewakan engkau sedetik pun." Ingin menangis rasanya waktu itu.
Aku begitu terharu dengan kehangatan cinta yang kau berikan tapi sekarang semua telah sirna. Hanya kenangan yang ada disela-sela puing hati ini. "Adakah kau masih mengingatku disana?"
Syahdunya ku rasa di saat ini suasana sepi membisu
Tersentuh hatiku dibuai kenangan lalu
Ingin kuluahkan hasrat di hatiku
Sudikah mendengarnya
Sore ini aku kembali tertunduk, duduk sendiri mendekat erat kedua kakiku yang lunglai. Mengharap kehadiranmu disini adalah bayangan yang menghantui. Rasa ini masih sama Yudha, masih sama ketika kau disisi.
Meski perasaan ini terkoyak, hembusan bayu ku rasakan hangat seperti tanganmu yang membelai rambutku. Aku masih mengingat jelas dirimu, bayangmu dan segala apa yang melekat di tubuhmu, bahkan bau anyir keringatmu masih ku rasakan.
Sore ini aku kembali tertunduk, duduk sendiri mendekat erat kedua kakiku yang lunglai. Mengharap kehadiranmu disini adalah bayangan yang menghantui. Rasa ini masih sama Yudha, masih sama ketika kau disisi.
Meski perasaan ini terkoyak, hembusan bayu ku rasakan hangat seperti tanganmu yang membelai rambutku. Aku masih mengingat jelas dirimu, bayangmu dan segala apa yang melekat di tubuhmu, bahkan bau anyir keringatmu masih ku rasakan.
Harus kau tahu, sebenarnya engkau masih ku sayang - sama ketika kau belum berubah. Biarpun tak dapat bersama, rasa ini akan tetap sama selamanya.
Benar, sampai detik ini, sore ini, ditemani gerimis ini, kau masih kurindu seperti waktu dahulu. Jauh, di lubuk hati ini, sisa puing istana yang pernah kau duduki, aku masih mengharap agar engkau mengerti.
Jika engkau sedang hidup bahagia
Jangan kau lupakan diriku
Yang terdampar kesepian
Ku dilambung ombak rindu
Yang hanyut dalam kelemasan
Mungkin munafik, naif atau bodoh kalau aku mengatakan "aku tak membencimu atas semua yang terjadi". Jujur, aku sendiri tak tahu. Aku tak tahu kenapa aku masih disini, di serambi hati ini dan menantikanmu kembali.
Masih ku harapkan, masih ku nantikan kasih sayang itu darimu. Entah kau ada dimana, dengan siapa, tapi aku tak peduli, atau seolah tak peduli. Aku sabar menunggu, menantimu tanpa bosan.
Mengapakah aku masih menunggu
Dan masih menagih kasihmu
Dirimu di mana cuma aku yang terus
Sabar menantimu tanpa jemu
Dulu kau menumpang kasih
Lalu ku beri harapan
Sekelip mata kau berubah
Oooh… begitulah lumrahnya percintaan
Beriring alunan lagu ini, lagu yang selalu mengingatkanku akan dirimu, aku memangku harap dan menimbun asa.
"Kenapa engkau cepat sekali berubah dan meninggalkan kenangan ini?" Duhai kasih, sekelip mata kau berubah menyisakan kenangan yang membalut hatiku yang hancur, karena kau tinggalkan.
---oOo---