Sumpah, aku membenci dan mengutuk
kalian yang suka mengejek dan menertawakan kelemahanku. Jangan, jangan sampai
deh kalian mempunyai kebiasaan menjadikan kelemahan atau kekurangan orang lain
sebagai bahan tertawaan.
Kalian tidak tahu kan bagaimana
ceritanya kalau orang sedang ditertawakan bukan, apalagi karena kelemahan dan
kekurangan yang memang ada dari lahir? “Sakit rasanya…!”, andai saja aku tidak
diajarkan untuk berbuat baik oleh orang tuaku.
Kalau saja aku tidak dilarang
oleh orang tuaku, pasti sudah ku timpuk batu saat mereka menertawakan aku yang
pendek. “Ah, kuntet loe…!”, ucap mereka sambil tertawa.
“Memang salah ya kalau dilahirkan
dengan badan pendek tak setinggi kalian?”
Ya memang sih, kadang hanya
bercanda tapi sama sekali enggak lucu deh. Pernah sekali, saat itu aku sedang
di kelas. Aku ditanya olah ibu guru dan salah mengartikan pertanyaan itu. Salah
seorang murid tiba-tiba berteriak “dasar kuntet, enggak nyambung kamu…”
Teriakan itu disambut dengan tawa
riuh seisi kelas, kalian bisa bayangkan bagaimana malunya aku saat itu?
Memang sih, ibu guru itu langsung
menegur dan mengingatkan bahwa hal itu salah. Tapi rasa malu sudah terlanjur
membekas. Aku seperti makhluk yang tak ada artinya karena tubuhku yang pendek.
Salah tidak kalau aku tidak suka
dengan ejekan seperti itu? Salah tidak kalah aku sakit hati, atau salah tidak
aku mengutuk perbuatan tak sopan seperti itu?