Untuk sekedar hiburan, sekaligus bahan pembelajaran, kali ini akan kami bagikan lagi satu karya puisi singkat dengan tema religi keagamaan. Bagi yang suka membaca karya sastra khususnya puisi, mungkin karya sederhana ini bisa menjadi tambahan bahan bacaan yang menghibur.
Bagi rekan pelajar atau mahasiswa mungkin, bisa menggunakan karya ini sebagai bahan belajar. Bisa digunakan untuk latihan analisis puisi atau bisa juga untuk contoh dalam membuat puisi sendiri. Puisi yang satu ini merupakan puisi karya sendiri dari seorang penulis yaitu Gunarto.
Kalau mungkin karya ini kurang berkenan kami mohon maaf. Tapi jika karya ini bisa bermanfaat maka mudah-mudahan karya lain yang ada juga bisa menjadi referensi bacaan bagi anda semua.
Puisi ini masuk kategori singkat dengan hanya terdiri dari 4 bait. Di masing-masing bait hanya terdiri dari empat larik yang semuanya merupakan satu kesatuan. Bisa dikatakan, puisi ini tentang Tuhan atau sang pencipta, silahkan dibaca ya.
Kalau mungkin karya ini kurang berkenan kami mohon maaf. Tapi jika karya ini bisa bermanfaat maka mudah-mudahan karya lain yang ada juga bisa menjadi referensi bacaan bagi anda semua.
Puisi ini masuk kategori singkat dengan hanya terdiri dari 4 bait. Di masing-masing bait hanya terdiri dari empat larik yang semuanya merupakan satu kesatuan. Bisa dikatakan, puisi ini tentang Tuhan atau sang pencipta, silahkan dibaca ya.
Wakilmu di Sini, di Singgasana Ini
Puisi Oleh Gunarto
Tuhan
Kapankah keadilan itu hanya sebagai ucapan
Kapankah keadilan hanya sebagai momok harapan.
Aku leleh tuhan
Tuhan
Sampai kapan aku merindumu datang lagi
Mulut ini lelah tuhan.
Cerita wakilmu hanya duka tiada tara
Mengemis keatas singgasananya bagai derita yang tak berujung
Maklumkan saja tuhan.
Apakah engkau sudah makan tuhan
Kemunafikan wakil wakilmu yang bercerita.
Berjalan diatas bumi langitmu yang congkak
Permainan bisu, namun kupercaya.
Kupersembahkan rasa jinaku padamu tuhan
Melangkah dan terus melangkah mencarimu.
Aku tak percaya lagi pada wakilmu
Aku sendiri. (Gunarto)