Mucikari Politik Penjual Puisi, Sebuah Karya Singkat Padat dan Jelas

Diantara beberapa karya puisi yang diterbitkan, satu puisi ini yang paling banyak menyita perhatian dan rasa penasaran. Semua itu tak terlepas dari pemilihan judul yang dilakukan oleh sang penulis. Coba perhatikan, susunan kata yang digunakan, menarik dan tampak berbobot dengan makna.


Sejatinya, karya ini merupakan puisi singkat yang hanya terdiri dari 4 bait, lebih singkat dari puisi 7 bait yang sebelumnya kita baca. Lalu apa menariknya puisi tersebut?

Menariknya adalah bahwa puisi ini mengangkat tema yang segar. Gaya pelukisan kejadian dan suasana yang ada juga begitu apik dan berbeda. Anda mungkin sependapat dengan saya, atau mungkin tidak.

Mucikari Politik Penjual Puisi
Puisi Oleh Gunarto

Ramainya di jantung ibu ku
Di semua penjuru dan pelosok riuh mengadu.
Sejarah ibuku telah berhenti
Kapitalisme menang lagi…….

Reformasi penuh emosi tak memberi bukti
Gelimangan murid ibuku tak berarti laksana banci
Revolusi tak memberi arti
Pera pendukungnya menjadi politisi.

Mereka mengadu menjual tinta pena
Kopi, teh, alkohol bahkan pelacur teman mereka.
Sudahkah bosan pak tani mengadu
Sang penjual puisi tetap berdiri.

Terbahak kala jatahnya telah usai
Lupa hati, puisi kebijaksanaan kian diminati.
Wahai tuan…..
Ingatlah, ingatlah dan ingatlah ibuku.

Back To Top