Kala Hati Menangis Menanti Cinta yang Tak Kunjung Menyapa, Sepi Menggerogoti Jiwa

Aku ingat, ada satu temanku di sekolah yang nasibnya sangat tragis. Bagaimana tidak, ia tidak pernah didekati cowok. Hatinya menangis menanti cinta yang tak kunjung hadir menyapa jiwa. Sedih kalau melihat sahabatku yang satu itu.


Namanya Airin. Anaknya sedikit item, rambutnya keriting tapi tak memakai jilbab. Dia termasuk anak yang rajin dan pintar, bahkan sering membantu aku mengerjakan tugas.

Menurut aku, dia anaknya enggak jelek-jelek amat sih. Cuma agak jutek kalau sama cowok. Dia beda sama aku. Kalau aku paling gampang di goda dan dirayu. Di bilang cantik sedikit aja sudah seminggu tidak bisa tidur.

Kalau Airin beda. Ia tidak mudah termakan rayuan lelaki hidung belang. Dia selalu cadas dan bengis kalau sama cowok yang kira-kira tidak ia suka.

Pernah suatu ketika ada anak baru masuk ke kelas kita. Dia mencoba dekat dengan Airin, memuji Airin katanya cantik. Bukannya terima kasih Airin justru maki-maki dia.

Waktu itu aku spontan marahin dia, “Airin, kamu ini bukannya terima kasih dipuji orang malah marah gitu. Enggak sopan tahu!” ucapku setengah berteriak.

Airin duduk dan berbicara dengan nada lirih, “dia itu fitnah tau…!” Kebayang tidak ada seorang cewek seperti Airin ini?

Karena sifatnya yang jutek itu mungkin, Airin tidak ada yang mendekati. Bahkan cowok yang paling jelek di kelas pun ogah dekat-dekat dengan Airin.

Kata anak-anak, pacaran sama Airin sama saja pacaran sama buaya, bisa dicabik-cabik. Itulah yang membuat aku kasihan dengan Airin. Tapi sepertinya dia enjoy aja tuh. Heran aku.

Tapi pernah suatu ketika ia marah-marah sama aku. Benar-benar marah sepertinya. Waktu itu aku curhat masalah cinta. Tapi entah mengapa ia terlihat tidak suka dan seperti iri. Akhirnya kami bertengkar.

Aku bilang dia sahabat yang jahat dan tidak berguna. Akhirnya dia menangis. Tahu tidak kenapa?

Rupanya, ketika aku curhat masalah cinta, Airin itu sedih karena tidak pernah ada cerita cinta dalam hidup dia. Spontan aku langsung memeluk dia dan ikut menangis. Aku langsung minta maaf karena sebagai sahabat aku tidak peka dengan dia.

Tag : Cerpen, Cinta, Remaja
Back To Top