Semur Jengkol dan Kerinduan yang Mendera

Contoh Cerita Pengalaman tentang Keluarga – kisah seputar kehidupan keluarga memang bisa mengobati rasa rindu di hati, apalagi kalau anda berada jauh dari keluarga. Membaca kisah seperti ini bukan saja hanya sebagai hiburan bahkan kadang bisa memberikan motivasi yang besar untuk kembali menjalankan rutinitas.


Karya berikut ini merupakan salah satu karangan yang mewakili kerinduan seseorang terhadap kebiasaan yang ia miliki bersama keluarga. Ceritanya tentang kebiasaan yang berkaitan dengan makanan kesukaan yaitu semur jengkol. Siapa yang tak kenal dengan buah yang satu ini coba, sebagian tidak begitu suka tetapi sebagian lagi menjadikan buah ini sebagai makanan favorit.

Kalau kita baca judulnya, ada kesan manis dari kisah yang diberikan dalam cerita pendek tersebut. Judulnya memang sedikit menggelikan tetapi isi-nya membuat banyak yang penasaran. Coba tebak, bagaimana kira-kira  ceritanya?

Semur Jengkol dan Kerinduan yang Mendera
Cerita Cerpen Oleh Jalal

Langit sore ini tampak begitu gelap. Kilatan petir menggelegar di atas sana. Seperti membelah langit yang gelap. Butir-butir hujan perlahan mulai turun. Membasahi bumi yang panas. Panas akan kehidupan penghuninya yang seolah tak kenal puas.

Terus menggali dan terus menggali, hingga bumi ini semakin rapuh. Hingga bumi ini semakin lemah. Karena isinya terus dikikis oleh para mahluk bumi itu sendiri.

Hujan. Sore ini hujan datang lagi. Membawa ku pada sebuah kerinduan yang selalu mendera. Mengingatkan ku akan polemik kehidupan dua tahun yang lalu. Yang akhirnya membawa ku ke sini. Sebuah kamar kost sempit nan kecil dengan harga sewa super murah.

Aku sedih, rindu, dan bahagia di saat yang sama. Aku sedih karena sekarang aku hanya tinggal sendiri dan jauh dari keluargaku. Aku rindu pada keluargaku yang jauh dariku. Aku juga bahagia karena aku telah mewujudkan salah satu keinginan orang tuaku. Kuliah di universitas terkenal lalu hidup mandiri disini.

Ku seruput lagi segelas kopi yang ada di depanku. Panasnya begitu terasa di mulut. Dan hangatnya mengalir dalam tenggorokanku. Ah, setidaknya kopi ini bisa menemaniku sore ini. Menekan sedikit kerinduanku pada keluarga yang selalu mendera. Aku benar-benar rindu mereka. Abang Fino, Ayah, ibu, mereka semua benar-benar kurindukan.

Saat hujan seperti ini, biasanya ibu akan memasak semur jengkol untukku. Dan abang Fino adalah satu-satunya pesaingku untuk menghabiskan semur jengkol buatan ibu.

Aku selalu berebut dengannya. Kadang, dia juga akan marah saat dia tau aku telah menghabiskan semur jengkolnya. Sementara ayahku, dia hanya akan tertawa melihat kelakuan kami berdua. Menyenangkan.

Hujan mulai semakin deras. Suara rintiknya semakin mengingatkan ku akan semur jengkol dan keluargaku. Ayahku memiliki dua pohon jengkol besar di belakang rumah.

Tapi, dia sama sekali tidak mau menjualnya seperti pemilik pohon jengkol yang lain. Saat pohon jengkol itu berbuah banyak, ayah ku hanya akan membagikannya pada warga sekitar, lalu sisanya akan kami nikmati selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Karena keluarga kami semuanya suka dengan jengkol, ibu ku pun harus bisa meramu jengkol dengan menjadi berbagai macam masakan yang bisa di nikmati. Oh, tidak. Kurasa karena ibu ku lah yang terlalu pandai memasak jengkol hingga akhirnya kami sekeluarga begitu suka pada jengkol.

Terutama, semur jengkol buatannya. Yah, sampai saat ini, akau masih belum pernah menemukan semur jengkol seenak buatan ibu. untuk saat ini semur jengkolnya lah yang menempati posisi teratas dalam list makanan favoritku. Tak ada yang lain.

Sayang, saat di rumah aku memiliki seorang pesaing berat. Abang Fino. Dia adalah pecinta semur jengkol sejati. Entah bagaimana bisa dia begitu suka dengan semur jengkol buatan ibu. tapi setauku, setidaknya dia harus makan semur jengkol sebanyak enam kali dalam satu minggu.

Jika itu tidak di lakukannya, dia akan merasa lemas dan tak bertenaga. Kadang, dia juga akan marah-marah sendiri jika aku menghabiskan semur jengkol buatan ibuku. Dan jika dia sudah marah-marah, punggung dan tawa ayahku adalah pelindung terbaik.

Ah, aku benar-benar merindukan keluargaku. Tidak ku sangka aku akan serindu ini pada mereka. Sebentar lagi libur semester akan segera tiba. Tapi aku benar-benar sudah tidak sabar untuk segera pulang. Aku rindu pada semua yang melekat pada keluargaku. Kemarahan abang Fino, kelembutan ibu ku, juga tawa khas dari ayahku. aku merindukan semuanya.

***

Libur telah tiba. Semua teman-temanku berbondong-bondong mencari tempat wisata untuk berlibur dan menyegrkan otak mereka. Mereka juga mengajakku untuk ikut bersama mereka, tapi aku menolak. Alasannya sudah sangat jelas. Aku punya agenda liburan sendiri. Agenda liburan yang tidak akan pernah ku tukar dengan sejuta liburan ke tempat wisata termahal di dunia.

Agenda liburan ku kali ini adalah pulang ke kampung halamanku sendiri. Pulang menuju rumah kecil yang di belakangnya ada dua pohon jengkol besar. Rumah yang di dalamnya ada sejuta keindahan dan sejuta kehangatan.

Yah, aku bisa menemukan keindahan dan kehangatan disana. Tak hanya itu saja sebenarnya, di dalam rumah kecil itu aku juga bisa menemukan keteduhan serta kedamaian yang tak terkira. Tak ada tempat seindah rumah ku itu.

Ibu, ayah, bang Fino, tunggu lah aku. Aku akan segera pulang. Dan saat aku sudah sampai di rumah nanti, pastikan sudah ada semur jengkol di atas meja. Aku rindu kalian semua.

---oOo---




Back To Top