Meski Perih, Aku Sukses Melewati Jalan Kerikil Berbatu Runcing (cerita motivasi kesuksesan) - Langit gelap gulita menyambut pagiku dengan sejuta bulir
hujan. Tidak ada banyak senyuman yang kutemukan pagi ini. hanya untaian wajah
murung dan lesu yang senantiasa melekat pada wajah-wajah mereka.
Mereka merasa seperti terkekang, terkurung dalam kandang
besi yang tak pernah mereka buat. Tampak merdeka tapi sebenarnya tidak.
Kelihatan bebas tapi sebenarnya tidak. Mereka terlihat begitu lelah dengan
segala penindasan yang di lakukan oleh orang-orang beruang dan penguasa. Saat
melihat mereka, aku seperti melihat diriku sendiri. Ya, diriku sendiri..
Aku sama sekali tidak merasakan kebebasan di sini. Aku
merasa seperti di jajah di negara yang sudah merdeka. Aku ingin bebas, lepas
dari segala penjajahan kapitalis. Lalu pergi keluar menuju dunia ku sendiri. Melangkah
dengan kakiku sendiri lalu bisa hidup bebas dalam dunia yang selama ini aku
dambakan.
“Kamu serius mau resign?” tanya Pak Waluyo-atasanku di
kantor.
“Iya pak. Saya pengene resign. Saya pengen buka usaha
sendiri.”
“Usaha sendiri? Mau buka usaha apa kamu?”
“Consultan IT. Developer buat website dan aplikasi android
juga ios” Jawabku mantap. Tapi pak
Waluyo tampak tidak senang. Ia seperti takut kehilangan salah satu
budaknya yang hebat.
“Yasudah. Ambil pesangon kamu sama sekertaris saya. Besok
kamu udah ngga perlu lagi kerja di sini.”
“Saya mau berhenti sekarang pak. Bukan besok.” Ia kembali
terdiam. Wajahnya memerah. Tampak jelas emosi yang menyala-nyala dari dalam
bola matanya.
“Ya sudah. Ambil pesangon kamu sama sekertaris saya
sekarang. Terus kamu bisa pulang.”
“Terimakasih pak.” Aku pun segera berlalu meninggalkan ruangannya.
Aku langsung pergi menuju rumahku. Pulang tanpa mengambil
uang pesangon yang di berikan oleh pak Waluyo.
Bukannya tidak membutuhkannya, hanya saja aku akan tambah di
persulit saat mengambill uang itu. Jadi aku tak punya banyak pilihan. Yang bisa
ku pilih saat ini hanya langsung pulang dan segera mengerjakan ratusan proyekku
yang tertunda.
Sesampainya di rumah, aku segera membuka PC ku. Mengecek
email dan melihat adakah balasan dari perusahaan-perusahaan yang aku sudah ku
beri tawaranku. Dan sayangnya, hari ini hanya dua email masuk. Yang pertama
dari temanku yang gila, dan yang kedua email tidak penting dari orang yang
tidak penting juga. Lemas.
Akhirnya aku memutuskan untuk segera membuka program yang
sedang ku kerjakan. Program yang telah di tolak dan di hina oleh ratusan
perusahaan. Ini bukan program biasa. Ini program komputer yang luar biasa.
Sama sekali tak banyak orang yang bisa membuatnya di dunia
ini. Mungkin perbandingannya adalah satu juta banding sepuluh. Dan aku adalah
salah satu dari mereka. Orang-orang hebat yang bisa berbicara dengan komputer.
Mengerti bahasanya dan siap memberikan perintah pada mereka.
Tapi sayang, tidak banyak orang yang mau peduli padaku. Atau bisa dibilang aku
harus bekerja lebih keras agar orang-orang mau peduli padaku.
***
Sudah satu bulan berlalu sejak aku mengundurkan diri dari
kantorku. Dan masih belum ada juga satu pun investor yang mau menanamkan
modalnya padaku. Aku sudah menyulap gudang di depan rumah ku sebagai kantor
guna meningkatkan formalitas dan kualitas jasaku.
Aku juga sudah melakukan berbagai macam promosi agar
programku ini bisa diterima dan di minati oleh banyak orang. Tapi hasilnya
masih sama. Tidak ada yang berminat, apa lagi menerima programku ini.
Aku seperti sudah berada di titik jenuhku. Uang tabungan
yang sudah ku kumpulkan dari pekerjaan ku sebelumnya sudah semakin sedikit. Aku
tidak tau lagi apa yang harus aku lakukan lagi sekarang.
***
Enam bulan sudah berlalu sejak aku resign. Aku sudah
memperbanyak pembuatan programku. Menawarkannya pada orang-orang dan juga
perusahaan-perusahaan. Tapi, tak satu pun dari mereka mau menerima apa lagi
membeli programku ini.
Aku merasa begitu lelah dan kacau. Dunia ku sendiri seperti
tidak memberikan jaminan padaku. Tak ada oksigen yang kutemukan dalam dunia ku
sendiri. Dan bodohnya, aku memaksa diriku untuk hidup di dunia yang tanpa
oksigen ini.
Sepertinya aku akan menyerah sekarang. Sebelum semuanya
bertambah menjadi lebih sulit. Sebaiknya sekarang aku membereskan segala
sesuatunya. Menyiapkan berkas lamaran baru dan besok siap melamar pekerjaan
lagi seperti seorang fresh-graduate.
***
Semuanya sudah ku siapkan. Besok aku sudah bisa mencari
pekerjaan baru. Aku sudah lelah dengan
segala kekacauan yang aku rasakan dalam duniaku sendiri. Entah apa yang salah
sampai-sampai ak harus mengalami kekacauan semacam ini.
Malam ini, aku kembali mengecek emailku. Berharap ada
balasan email masuk di sana. Dan saat
aku melihatnya, semuanya masih sama. Tidak ada email baru masuk. Ah, tubuhku
terasa lemas.
Ku arahkan kursorku kebawah. Mencari email-email lama berisi
kenanganku dengan pacarku.
Dan saat aku menscroolnya kebawah. Ada satu email belum
terbaca yang dianggap sebagai spam. Aku mengklik email itu dan membukanya.
Aku terkejut, bahagia sekaligus gembira. Programku diterima.
Ada yang tertarik dengan programku. Dia bahkan tidak hanya mau menerima
programku. Tapi juga siap menjadi investornya.
Tidak tanggung-tanggung. Dia sudah menyiapkan ratusan juta
untuk programku ini. Ya, semangatku kembali terbakar. Emosiku meluap-luap.
Ide yang menghentak-hentak di dalam otak kini telah lega
karena sebentar lagi akan siap di keluarkan. Aku telah menemukan oksigen baru
dalam dunia ku sendiri. Dan mulai hari ini, aku akan hidup di dunia ku sendiri
dengan segala kenikmatan.
---oOo---