Getaran Cinta di Pementasan Drama Komedi Cinderella - Di siang yang begitu terik, tampak Andien sedang begitu
sibuk mengecat beberapa background yang akan ia gunakan untuk mendekorasi drama
komedi kelasnya. Sedikit bodoh dan aneh memang. Andien memiliki tubuh tinggi
dengan kulit putih yang bisa di bilang bercahaya.
Dia juga tampak manis dengan kacamata yang menempel di
wajahnya. Tapi, dia tidak mau memerankan beberapa tokoh penting yang ada dalam
dramanya. Padahal kalau dia mau, dia bisa saja menjadi berperan sebagai
Cinderella dalam pementasan drama kelasnya.
Ini lah Andien, dia lebih suka berdiri di balik panggung.
Atau bisa di bilang dia sama sekali tidak mau ribet dengan segala urusan yang
ada di panggung.
Tapi meski begitu, Andien adalah salah satu orang yang sangat berpengaruh dalam pementasan drama ini. Bagaimana tidak, dia adalah penulis script drama kelasnya. Dan bisa di bilang dia adalah otak dari pementasan drama kelasnya ini.
Tapi meski begitu, Andien adalah salah satu orang yang sangat berpengaruh dalam pementasan drama ini. Bagaimana tidak, dia adalah penulis script drama kelasnya. Dan bisa di bilang dia adalah otak dari pementasan drama kelasnya ini.
Saat sedang asik mengecat berbagai macam background,
tiba-tiba ada yang memanggil Andien dari arah belakang. Andien menoleh ke
belakang dan berusaha memperjelas pandangannya. Dan dikenalilah satu wajah yang
sudah cukup akrab bagi mata Andien. Pemilik wajah itu berlari-lari kecil menuju kea rah Andien. Seolah ada
sesuatu hal penting yang harus di bicarakan.
“Hah.. hah.. ha.. dien, gue ada info penting buat lo.
Penting banget.” Ucap Intan saat ia sudah sampai di hadapan Andien. Napasnya
tersenggal-senggal sedikit.
“Info penting apaan?” Ucap Andien tanpa sedikit pun menoleh
ke arah sahabatnya. Ia tampak tetap asik dan sibuk dengan cat dan juga
background-backgroundnya.
“Raka dien. Raka…” Jantung Andien berdesir saat mendengar
nama itu, ada sesuatu yang aneh yang ia rasakan saat mendengar nama Raka. Tapi,
dia berusaha untuk memendam perasaan aneh itu karena masih ada Intan di dekatnya.
“Kenapa Raka?” Ucap Andien masih berusaha fokus pada cat
nya.
“Dia ngga mau jadi pangeran. Dia malah milih buat jadi
tukang cat kayak elo. Ini gawat dien. Bisa-bisa kelas kita ngga punya pangeran
lagi. Lo tau sendiri kan, Cuma Raka yang paling cocok buat jadi pangeran. Dia
yang paling ganteng di kelas kita.” Ucap Intan panjang lebar.
“Kok bisa ngga ada pengganti?” Tanya Andien
“Ya ampun Andien sayang. Kan gue udah bilang. Kelas kita
ngga punya cowok seganteng Raka. Jadi cuma Raka yang pantes buat jadi pangeran.
Dan dia ngga mau.” Andien masih terdiam mendengar ucapan sahabatnya.
Saat sahabatnya panik seperti ini, Andien malah merasa
senang. Entah kenapa mendengar Raka sebentar lagi akan bekerja bersamanya,
membuat hatinya terasa begitu hangat. Seperti ada percikan api kecil di dalam
hatinya.
“Lagi pada ngomongin gue ya?” tiba-tiba suara Raka terdengar
dari arah belakang mereka berdua. Andien dan Intan pun segera membalikkan badan
secara bersamaan.
“Yeee… pedean banget si lo.” Celetuk Andien.
“Eh dien, gue pergi dulu ya. Kebelet nih gue, bye.” Ucap
Intan sembari berlalu meninggalkan Andien dan Raka. Setelah itu Raka segera
mengambil beberapa kuas untuk membantu Andien.
“Lo kenapa ngga mau jadi Pangeran di drama komedi kelas
kita?” Tanya Andien tanpa menatap wajah Raka.
“Karena Sinderellanya bukan elo.” Jawab Raka yang masih
sibuk dengan catnya. Dia sama sekali tidak berani menatap mata Andien untuk
saat ini. Ucapannya mungkin terdengar seperti guyonan, tapi apa yang di
ucapkannya itu adalah apa yang dia rasakan.
“Basi banget si.” Jawab Andien asal. Meski begitu,
sebenarnya hati Andien bergetar mendengar ucapan Raka.
“Aaww..” teriak Andien saat tinta cat itu tumpah dan sedikit
mengotori tangannya. Raka yang melihat kejadian itu tampak panik.
“Lo itu gimana si, gitu aja kok bisa tumpah.” Ucap Raka.
Lalu dia segera menarik tangan Andien menuju keran terdekat sembari membawa
tiner. Dia membersihkan tangan Andien sembari terus menggerutu. Tapi, Andien
merasa kembali ada yang aneh pada dirinya. Dia merasakan ada kasih sayang yang
tulus pada setiap sentuhan tangan Raka.
***
Setelah kejadian itu, hubungan Andien dan Raka menjadi
semakin dekat. Mereka tidak tau apa yang terjadi, mereka seperti saling membuka
hati satu sama lain. Mereka jadi sering tertawa berasma dan juga bercengkrama
bersama. Meski sebenarnya, lebih banyak kalimat bulian yang keluar di banding
kalimat pujian.
Hari ini adalah hari pementasan drama kelas XII IPA 1.
Andien dan Raka tampak begitu antusias dengan drama ini. dari balik panggung,
mereka tampak begitu serius mengganti background-background dan juga property
lainnya.
Sampai akhirnya drama ini pun tiba pada bagian klimaksnya.
Yaitu saat Si pangeran mengucapkan kata cinta pada si Sinderella. Dan pada saat
yang sama, tiba-tiba Raka menggenggam tangan Andien. Mata mereka saling
bertemu.
Menatap dalam dan saling mengagumi keindahan masing-masing.
Meski tak banyak yang terucap kala itu, tapi mata Raka dan mata Andien telah
menjelaskan semua. Ada getaran di
pementasan drama komedi kelas ini. dan getaran itu, bernama cinta.
---oOo---