Cerpen Nasehat Anak Tak Sopan Santun

Masih dengan tema nasehat, kali ini kita akan menikmati sebuah karya cerita pendek tentang remaja dan anak-anak. Dari cerpen ini ada pesan dan nasehat berharga yang bisa dipelajari dan direnungkan oleh pembaca semua. Jelas, pesan moral yang baik dan bisa dijadikan pembelajaran agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Cerpen Nasehat Anak Tak Sopan Santun

Meski kental dengan nuansa nasehat namun bukan berarti cerpen singkat tentang nasehat berikut ini tidak menarik. Tidak perlu khawatir, meski pendek namun kisah yang diangkat juga cukup menarik untuk diikuti. Mungkin dari judulnya sebagian pembaca sudah bisa menebak isi ceritanya tapi itu belum pasti.
Kisah yang diangkat dalam karya cerpen sederhana in beda dari yang lain. Ceritanya dari inspirasi kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlalu fiksi dalam arti cukup logis. Namun begitu, ada hal-hal mengemuka yang menjadikan jalan cerita dari karya tersebut membuat penasaran.

Cerita yang diangkat berpusat pada kehidupan anak remaja sekolah yang masih belajar untuk mempersiapkan dan menggapai hidup yang lebih baik dan bermartabat. 

Di dalamnya ada hal-hal yang menarik untuk direnungkan sekaligus sebagai peringatan. Seperti apa ya ceritanya, kita baca saja cerpen selengkapnya di bawah ini.

Dasar Anak Tak Tahu Sopan Santun
Cerita Cerpen tentang Nasehat

Di suatu pagi yang cerah, Andi tampak berlari tergopoh-gopoh menuju gerbang sekolahnya. Kebiasaannya bangun terlambat membuatnya harus berlari terburu-buru setiap senin.

Rambutnya tampak tidak rapih. Sangat jelas terlihat kalau rambutnya hanya disisir dengan tangan. Seragam sekolahnya tampak kusut dan lusuh. Menandakan bahwa seragam sekolahnya itu belum disetrika. Sepatunya juga tampak kotor karena memang tidak dicuci sebelumnya.

“Ah sialan!” Umpat Andi saat sudah tiba di depan gerbang. Dan mau tidak mau dia bersama dengan siswa lain yang terlambat pun harus menerima hukuman dari guru BK. 

Guru BK datang bersama beberapa guru yang lainnya. Memasang wajah seram laksana singa yang siap melahap kijang.

“Kalian ini! Sudah di bilangin berapa kali. Masih saja terlambat!” Ucap Pak Sad-guru Bimbingan Konseling.

“Sekarang kalian ambil sapu terus sapu itu halaman sekolah. Yang lain ambil alat pel terus pel itu WC sekolah.” Lanjut pak Sad.

Dengan lemas Andi dan siswa lain yang terlambat pun melaksanakan perintah pak Sad. Beberapa dari mereka ada yang langsung mengambil alat pel dan juga sapu. Dan beberapa lagi yang lainnya justru malah bersembunyi di WC.

“Ndi, lo ikut gue aja ke WC yok. Ntar kita pura-pura ngepel aja, jangan ngepel beneran.” Ucap Andre-teman sekelas Andi.
“Kalo kita ketauan terus kena marah?” Tanya Andi.
“Ya didengerin lah.”
“Kalo kita dipukul?”


“Ya lawan lah. Laporin ke kantor polisi gurunya.”
“Ahaha oke deh.” Ucap Andi setuju.

Akhirnya mereka berjalan menuju WC. Bukannya mengepel bersama siswa lainnya, mereka berdua malah duduk bersantai sembari bermain hp. 

Siswa yang lain tidak ada yang protes karena memang Andi dan Andre adalah kakak kelas yang di takuti.

Saat sedang asik duduk bermain hp, tiba-tiba pak Sad datang ke WC untuk mengecek pekerjaan mereka. Dan di dapatinya Andi dan Andre sedang duduk santai.
“Kalin ini! Disuruh ngepel malah santai-santai!!” bentak pak Sad pada Andi dan Andre.

“Iya pak, ini juga mau ngepel kok. Tadi istirahat bentar.” Ucap Andre santai.
“Yasudah kalau sudah selesai kalian ambil surat izin masuk kelas di ruangan bapak. Abis itu kalian masuk kelas.” Ucap pak Sad lalu berlalu meninggalkan mereka.

Setelah pak Sad pergi meninggalkan WC, Andi dan Andre kembali duduk seperti semula sembari tertawa cekikikan. Tidak ada siswa yang berani menegor mereka. Terlebih melihat badan Andre yang memang cukup besar. Membuat siswa lain merasa ragu untuk menegor mereka.

Setelah dirasa semuanya telah selesai, Andi, Andre, beserta siswa lainnya segera beranjak menuju ruangan pak Sad.

Mereka mengambil surat kecil sebagai izin untuk  bisa masuk kedalam kelas. Setelah itu Andi dan Andre berjalan sempoyongan menuju kelas. Tampak wajah mereka begitu malas untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Sesampainya didepan kelas Andre dan Andi langsung masuk tanpa mengucap salam dan kemudian memberikan surat izin pada Bu Tuti yang sedang mengajar di kelas mereka.

“Kalau masuk keruangan itu ngucapin salam!” Ucap Bu Tuti sedikit membentak.
“Lupa bu.” Ucap Andre singkat.
“Kamu lupa juga?!” Tanya bu Tuti pada Andi yang sedang berdiri disamping Andre.
“Engga kok bu.”

“Terus?!”

“Cuma ngga inget aja. Hehe.” Ucap Andi terkekeh. Siswa-siswa yang lain pun tertawa keras melihat kelakuan teman sekelas mereka. Suasana kelas seketika menjadi riuh begitu Andi dan Andre masuk ke dalam kelas.

“Jangan  berisik kalian!” bentak Bu Tuti pada anak-anak di kelas. Tapi bukannya diam dan merendahkan suara mereka. Mereka malah tambah riuh. Seolah tidak menganggap ada bu Tuti yang sedang mengajar.

“Ya sudah kalian berdua langsung duduk di bangku kalian masing-masing.” Ucap Bu Tuti lalu kembali melanjutkan tugasnya mengajar. 

Saat sedang menulis di papan tulis, bu Tuti merasa geram karena suara riuh anak-anak. Entah sudah berapa kali bu Tuti menegor dan memarahi mereka, tapi mereka tak kunjung berubah.

“Mau kalian itu apa sekarang?! Kalo kalian ngga mau diajar sama ibu bilang! Biar ibu keluar aja sekarang!” Ucap bu Tuti keras. Dia sudah tidak bisa lagi menahan emosinya. Perbuatan siswa yang seenaknya sendiri membuatnya merasa tidak dihargai sebagai guru.

“Yaudah bu kalo mau keluar ya keluar aja.” Celetuk Andi.
“Iya bu. Ahahah,” ucap siswa yang lainnya serempak. Sontak muka bu Tuti berubah menjadi merah. Menandakan bahwa dia sudah tidak bisa menahan amarahnhya lagi.

“Dasar kalian?! Tidak tahu sopan santun!” teriak bu Tuti keras. Lalu dia pun pergi meninggalkan kelas dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Perasaan tidak dihargai membuatnya hampir menangis.

Sesampainya di kantor, bu Tuti langsung segera mengadukan perbuatan siswa kelas XII IPS 2 pada wali kelas mereka dan juga guru BK. Sontak wali kelas XII IPS 2 pun merasa malu dengan tindakan anak didiknya, dan langsung berjalan menuju kelas XII IPS 2.

Dengan ditemani oleh pak Sad, bu Mus-wali kelas XII IPS 2 masuk kedalam kelas bersama.  “Apa yang sudah kalian lakukan sama bu Tuti!” ucap Bu Mus pada anak didiknya.

Para siswa hanya bisa terdiam. Karena selain terkenal galak, bu Mus wali kelas mereka juga terkenal akan ke tegaanya pada para murid. Hukuman yang diberikannya tidak pernah tanggung. Sekali menghukum pasti langsung bisa membuat siswa taubat.

“Yang laki-laki silakan berdiri.” Ucap pak Sad dihadapan para siswa. Siswa laki-laki pun mematuhi perintahnya.  Lalu pak Sad segera mengggeledah barang-barang bawaan siswa laki-laki kelas XII IPS 2.

Sementara Bu Mus menggeledah barang bawaan para siswi XII IPS 2. Didapatinya beragam jenis handphone di tas mereka. Dan lebih parahnya lagi pak Sad menemukan satu bungkus rok*k di tas Andre.

Setelah itu pak Sad dan Bu Mus memeriksa isi handphone para siswa dan betapa terkejutnya mereka ketika menemukan banyak gambar, video, dan sms yang berbau por*o. Sontak bu Mus dan Pak Sad pun marah besar pada mereka.

“Andi, Andre, Meli, sarah, dimas, bayu, Putri, Joko, Annisa, Bella, Shintia, Cerpen Nasehat Anak Tak Sopan Santun. Kalian ikut bapak ke ruang BK.” Ucap pak Sad. Dan mereka para siswa yang menyimpan rok*k dan video por*o itu akhirnya dihukum habis-habisan oleh pak Sad.

Awalnya mereka disuruh berlari keliling lapangan sebanyak 20 kali. Lalu terakhir  mereka di jemur didepan tiang bendara dibawah teriknya matahari hingga jam pulang sekolah tiba. Hukuman yang setimpal untuk anak yang tidak tahu sopan santun!

---oOo---

Back To Top