Masih dengan tema nasehat, kali ini kita akan menikmati
sebuah karya cerita pendek tentang remaja dan anak-anak. Dari cerpen ini ada
pesan dan nasehat berharga yang bisa dipelajari dan direnungkan oleh pembaca
semua. Jelas, pesan moral yang baik dan bisa dijadikan pembelajaran agar
menjadi pribadi yang lebih baik.
Meski kental dengan nuansa nasehat namun bukan berarti
cerpen singkat tentang nasehat berikut ini tidak menarik. Tidak perlu khawatir,
meski pendek namun kisah yang diangkat juga cukup menarik untuk diikuti. Mungkin
dari judulnya sebagian pembaca sudah bisa menebak isi ceritanya tapi itu belum
pasti.
1) Arti sebuah kegagalan
2) Pengalaman lucu handphone
3) Cerpen nasehat dan analisis
4) Tolong jaga lidahmu
5) Mengais pintu tobat
Kisah yang diangkat dalam karya cerpen sederhana in beda
dari yang lain. Ceritanya dari inspirasi kejadian dalam kehidupan sehari-hari
yang tidak terlalu fiksi dalam arti cukup logis. Namun begitu, ada hal-hal
mengemuka yang menjadikan jalan cerita dari karya tersebut membuat penasaran.
Cerita yang diangkat berpusat pada kehidupan anak remaja
sekolah yang masih belajar untuk mempersiapkan dan menggapai hidup yang lebih
baik dan bermartabat.
Di dalamnya ada hal-hal yang menarik untuk direnungkan sekaligus sebagai peringatan. Seperti apa ya ceritanya, kita baca saja cerpen selengkapnya di bawah ini.
Di dalamnya ada hal-hal yang menarik untuk direnungkan sekaligus sebagai peringatan. Seperti apa ya ceritanya, kita baca saja cerpen selengkapnya di bawah ini.
Dasar Anak Tak
Tahu Sopan Santun
Cerita Cerpen tentang Nasehat
Di suatu pagi yang cerah, Andi tampak berlari tergopoh-gopoh
menuju gerbang sekolahnya. Kebiasaannya bangun terlambat membuatnya harus
berlari terburu-buru setiap senin.
Rambutnya tampak tidak rapih. Sangat jelas terlihat kalau
rambutnya hanya disisir dengan tangan. Seragam sekolahnya tampak kusut dan
lusuh. Menandakan bahwa seragam sekolahnya itu belum disetrika. Sepatunya juga
tampak kotor karena memang tidak dicuci sebelumnya.
“Ah sialan!” Umpat Andi saat sudah tiba di depan gerbang.
Dan mau tidak mau dia bersama dengan siswa lain yang terlambat pun harus
menerima hukuman dari guru BK.
Guru BK datang bersama beberapa guru yang lainnya. Memasang wajah seram laksana singa yang siap melahap kijang.
Guru BK datang bersama beberapa guru yang lainnya. Memasang wajah seram laksana singa yang siap melahap kijang.
“Kalian ini! Sudah di bilangin berapa kali. Masih saja
terlambat!” Ucap Pak Sad-guru Bimbingan Konseling.
“Sekarang kalian ambil sapu terus sapu itu halaman sekolah.
Yang lain ambil alat pel terus pel itu WC sekolah.” Lanjut pak Sad.
Dengan lemas Andi dan siswa lain yang terlambat pun
melaksanakan perintah pak Sad. Beberapa dari mereka ada yang langsung mengambil
alat pel dan juga sapu. Dan beberapa lagi yang lainnya justru malah bersembunyi
di WC.
“Ndi, lo ikut gue aja ke WC yok. Ntar kita pura-pura ngepel
aja, jangan ngepel beneran.” Ucap Andre-teman sekelas Andi.
“Kalo kita ketauan terus kena marah?” Tanya Andi.
“Ya didengerin lah.”
“Kalo kita dipukul?”
“Ya lawan lah. Laporin ke kantor polisi gurunya.”
“Ahaha oke deh.” Ucap Andi setuju.
Akhirnya mereka berjalan menuju WC. Bukannya mengepel
bersama siswa lainnya, mereka berdua malah duduk bersantai sembari bermain hp.
Siswa yang lain tidak ada yang protes karena memang Andi dan Andre adalah kakak kelas yang di takuti.
Siswa yang lain tidak ada yang protes karena memang Andi dan Andre adalah kakak kelas yang di takuti.
Saat sedang asik duduk bermain hp, tiba-tiba pak Sad datang
ke WC untuk mengecek pekerjaan mereka. Dan di dapatinya Andi dan Andre sedang
duduk santai.
“Kalin ini! Disuruh ngepel malah santai-santai!!” bentak pak
Sad pada Andi dan Andre.
“Iya pak, ini juga mau ngepel kok. Tadi istirahat bentar.”
Ucap Andre santai.
“Yasudah kalau sudah selesai kalian ambil surat izin masuk
kelas di ruangan bapak. Abis itu kalian masuk kelas.” Ucap pak Sad lalu berlalu
meninggalkan mereka.
Setelah pak Sad pergi meninggalkan WC, Andi dan Andre
kembali duduk seperti semula sembari tertawa cekikikan. Tidak ada siswa yang
berani menegor mereka. Terlebih melihat badan Andre yang memang cukup besar.
Membuat siswa lain merasa ragu untuk menegor mereka.
Setelah dirasa semuanya telah selesai, Andi, Andre, beserta
siswa lainnya segera beranjak menuju ruangan pak Sad.
Mereka mengambil surat kecil sebagai izin untuk bisa masuk kedalam kelas. Setelah itu Andi
dan Andre berjalan sempoyongan menuju kelas. Tampak wajah mereka begitu malas
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Sesampainya didepan kelas Andre dan Andi langsung masuk
tanpa mengucap salam dan kemudian memberikan surat izin pada Bu Tuti yang
sedang mengajar di kelas mereka.
“Kalau masuk keruangan itu ngucapin salam!” Ucap Bu Tuti
sedikit membentak.
“Lupa bu.” Ucap Andre singkat.
“Kamu lupa juga?!” Tanya bu Tuti pada Andi yang sedang
berdiri disamping Andre.
“Engga kok bu.”
“Terus?!”
“Cuma ngga inget aja. Hehe.” Ucap Andi terkekeh. Siswa-siswa
yang lain pun tertawa keras melihat kelakuan teman sekelas mereka. Suasana kelas
seketika menjadi riuh begitu Andi dan Andre masuk ke dalam kelas.
“Jangan berisik
kalian!” bentak Bu Tuti pada anak-anak di kelas. Tapi bukannya diam dan
merendahkan suara mereka. Mereka malah tambah riuh. Seolah tidak menganggap ada
bu Tuti yang sedang mengajar.
“Ya sudah kalian berdua langsung duduk di bangku kalian
masing-masing.” Ucap Bu Tuti lalu kembali melanjutkan tugasnya mengajar.
Saat sedang menulis di papan tulis, bu Tuti merasa geram karena suara riuh anak-anak. Entah sudah berapa kali bu Tuti menegor dan memarahi mereka, tapi mereka tak kunjung berubah.
“Mau kalian itu apa sekarang?! Kalo kalian ngga mau diajar
sama ibu bilang! Biar ibu keluar aja sekarang!” Ucap bu Tuti keras. Dia sudah
tidak bisa lagi menahan emosinya. Perbuatan siswa yang seenaknya sendiri
membuatnya merasa tidak dihargai sebagai guru.
“Yaudah bu kalo mau keluar ya keluar aja.” Celetuk Andi.
“Iya bu. Ahahah,” ucap siswa yang lainnya serempak. Sontak
muka bu Tuti berubah menjadi merah. Menandakan bahwa dia sudah tidak bisa
menahan amarahnhya lagi.
“Dasar kalian?! Tidak tahu sopan santun!” teriak bu Tuti
keras. Lalu dia pun pergi meninggalkan kelas dengan mata yang mulai
berkaca-kaca. Perasaan tidak dihargai membuatnya hampir menangis.
Sesampainya di kantor, bu Tuti langsung segera mengadukan
perbuatan siswa kelas XII IPS 2 pada wali kelas mereka dan juga guru BK. Sontak
wali kelas XII IPS 2 pun merasa malu dengan tindakan anak didiknya, dan
langsung berjalan menuju kelas XII IPS 2.
Dengan ditemani oleh pak Sad, bu Mus-wali kelas XII IPS 2
masuk kedalam kelas bersama. “Apa yang
sudah kalian lakukan sama bu Tuti!” ucap Bu Mus pada anak didiknya.
Para siswa hanya bisa terdiam. Karena selain terkenal galak,
bu Mus wali kelas mereka juga terkenal akan ke tegaanya pada para murid.
Hukuman yang diberikannya tidak pernah tanggung. Sekali menghukum pasti
langsung bisa membuat siswa taubat.
“Yang laki-laki silakan berdiri.” Ucap pak Sad dihadapan
para siswa. Siswa laki-laki pun mematuhi perintahnya. Lalu pak Sad segera mengggeledah
barang-barang bawaan siswa laki-laki kelas XII IPS 2.
Sementara Bu Mus menggeledah barang bawaan para siswi XII
IPS 2. Didapatinya beragam jenis handphone di tas mereka. Dan lebih
parahnya lagi pak Sad menemukan satu bungkus rok*k di tas Andre.
Setelah itu pak Sad dan Bu Mus memeriksa isi handphone para
siswa dan betapa terkejutnya mereka ketika menemukan banyak gambar, video, dan
sms yang berbau por*o. Sontak bu Mus dan Pak Sad pun marah besar pada mereka.
“Andi, Andre, Meli, sarah, dimas, bayu, Putri, Joko, Annisa, Bella, Shintia, Cerpen Nasehat Anak Tak Sopan Santun. Kalian ikut bapak ke ruang BK.” Ucap pak Sad. Dan mereka para
siswa yang menyimpan rok*k dan video por*o itu akhirnya dihukum habis-habisan
oleh pak Sad.
Awalnya mereka disuruh berlari keliling lapangan sebanyak 20
kali. Lalu terakhir mereka di jemur
didepan tiang bendara dibawah teriknya matahari hingga jam pulang sekolah tiba.
Hukuman yang setimpal untuk anak yang tidak tahu sopan santun!
---oOo---