Kisah Pengalaman Seorang Mahasiswa - Setelah lulus SMA, ada dua hal yang terlintas jelas
dibenakku. Kuliah di universitas yang ternama kemudian mendapat pacar yang
cantik lalu hidup bahagia atau bekerja dengan gaji besar lalu merintis usaha
sendiri dan kemudian hidup bahagia.
Keduanya sama-sama berakhir
bahagia, tapi bukan hidup namanya kalau tidak ada masalah. Hidup dan
masalah adalah dua hal yang sampai mati pun tak akan pernah terpisahkan.
Laksana gula dan semut yang sejak zaman nenek moyang sampai
sekarang masih saja tetap bergandengan. Hal ini terbukti, setelah lulus SMA aku
ikut berbagai kursus dan bimbel agar aku bisa kuliah di universitas ternama.
Tapi, sepertinya otakku berkata lain. Entah usahaku yang
tidak cukup keras atau do’aku yang tidak cukup kuat, saat ujian tes masuk
Perguruan tinggi negeri aku tidak diterima di perguruan tinggi negeri manapun.
Aku sempat berfikir untuk mengambil rencana B yaitu mencari
pekerjaan dengan gajih yang besar lalu setelah itu merintis usaha dan berakhir
hidup bahagia. Namun, adanya kedua orang tua ku dimuka bumi ini memaksaku harus
mengubur rencana B yang indah itu dalam-dalam.
Entah apa yang mereka pikirkan saat itu mereka memaksaku
untuk tetap kuliah di perguruan tinggi swasta. “kamu pokoknya harus kuliah!”
Itu lah yang kata yang berkali-kali di ucapkan oleh ayahku. Singkat padat
dan jelas.
Tak ada satupun majas dan makna yang tersirat dalam kalimat
itu. Bahkan, anak SD yang baru saja naik kelas juga pasti akan langsung paham
dengan kalimat itu. Sebagai anak yang takdim pada kedua orang tua, aku pun
harus pasrah menerima kenyataan tanpa harus banyak berkomentar.
Mereka tidak mau menerima kenyataan bahwa otakku sudah malas berfikir tentang pelajaran dan
juga otakku seperti sudah tidak sanggup lagi untuk diajak berfikir keras.
Aku ingin mengistirahat kan otakku sejenak dan membiarkan
otot-ototku ini menghidupi diriku. Tapi itulah mereka, dua orang yang sejak
kecil ku panggil dengan sebuatan papa dan mama.
Terserah kalian mau memanggilku dengan sebutan yang mana.
Anak papa atau anak mama. Keduanya memiliki makna yang tidak jauh berbeda. Aku
juga tidak mau ambil pusing dengan sebutan itu. Ya karena itulah faktanya.
Setelah mendengar celotehan dan ceramah panjang dari kedua
orang tua ku, akhirnya aku pasrah masuk ke perguruan tinggi swasta. Mereka
memasukan ku ke perguruan tinggi Muhammadiyah di daerah ku.
Wajar saja, perguruan tinggi Muhammadiyah sejak dulu sudah
terkenal. Ini lah satu-satu nya perguruan tinggi swasta yang bergengsi di
daeraehku. Bisa di bilang perguruan tinggi ini berada satu level di bawah
perguruan tinggi negeri.
Atas dasar pendidikan agama lah ayahku memasukan aku ke
perguruan tinggi negeri ini. Amar ma’ruf nahi mungkar! Itu lah pedoman hidup
ayah ku dari dulu sampai sekarang.
Sebagai keturunannya, aku pun harus mewarisi pedoman hidup
yang indah ini. Menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
Kurang lebih seperti itulah arti dari pedoman hidup keluarga kami.
Di awal aku masuk kuliah, semua tampak biasa-biasa saja.
Semuanya tidak terlalu istimewa. Di semester satu dasar-dasar agama sangat
ditekankan di sini. Mulai dari mata kuliah tauhid dan ilmu kalam sampai mata
kuliah tarekh islam.
Semuanya masih sama, tidak jauh berbeda dengan saat aku
masih SMA. Karena kebetulan aku juga sekolah di SMA dengan latar belakang agama
yang kental. Hanya saja yang berbeda di kuliahku sekarang adalah dosen yang
tampak lebih pintar dan sok berkuasa juga teman-teman dengan jilbab dan jenggot
yang panjang.
Jika kalian bertemu dengan gadis Muhammadiyah dengan jilbab
panjang, saya sarankan sebaiknya jangan sekali-sekali menanyakan kenapa
jilbabnya panjang. Karena kalian pasti akan di semprot dengan ayat-ayat dan
hadist-hadist yang pada akhirnya akan membuat kalian malu telah bertanya.
Juga jika kalian bertemu dengan pria Muhammadiyah yang
berjenggot panjang, sebaiknya kalian jangan bertanya kenapa jenggot mereka
panjang. Karena mereka juga akan
melontarkan berbagai hadist yang akan membuat kalian merasa malu karena telah
bertanya.
Dan jika tidak beruntung, kalian akan disuguhi sebuah buku
dengan judul Keutamaan Memelihara Jenggot yang hanya dengan membaca kata
pengantarnya saja saya yakin kalian akan benar-benar merasa malu.
Semua mata kuliah yang masih tidak asing bagiku tidak
membuat ku terlalu pusing di awal kuliah. Tapi sikap dosen yang arogan dan
congak benar-benar membuatku muak.
Bagaimana tidak, setiap hari kami selalu mendapatkan tugas.
Bahkan belum selesai tugas yang lama, sudah ada tugas yang baru. Membuat
makalah, presentasi, menghafal. Semuanya benar-benar membuat kepalaku hampir
pecah.
Di awal-awal mengerjakan tugas sebenarnya tidak terlalu
berat. Tapi keharusan mengerjakan tugas dan jumlahnya yang begitu banyak
benar-benar menjadi beban di masa remajaku ini.
Untung saja saat awal kuliah ku aku menemukan sesosok
bidadari kecil di kelasku. Dia lah penyemangat dan motivator yang sukses
membuat aku betah kuliah. Yaaah, meskipun dia tidak pernah menyemangatiku apa
lagi memotivasiku, tapi rasa keinginanku untuk berjumpa dengannya sudah cukup
untuk membuatku menjadi betah di kampus.
Dan kadang untuk mencuri perhatiannya aku harus belajar
mati-matian agar ketika UTS atau kuis dia bisa melihat kehebatanku. Tapi
sayang, bidadari kecilku ini bukanlah gadis biasa.
Dia adalah gadis dengan jilbab panjang yang bahkan sampai
menutupi pantatnya. Bajunya selalu tampak longgar tapi elegan. Jilbab yang
dikenakannya juga bukan jilbab yang sedang tren, tapi dia tampak anggun ketika
menggunakan jilbab.
Wajahnya bukan hanya putih, tapi juga bersinar. Mungkin
karena keseringan di siram dengan air wudhu sehingga wajahnya benar-benar
tampak begitu bersih. Dan sikapnya yang lembut, pasti akan membuat semua pria
jatuh hati padanya.
Otaknya juga bisa di bilang diatas rata-rata. Dia selalu
aktif dalam diskusi di kelas, juga rajin sekali berangkat. Yaah, semoga saja
pusingnya memikirkan dan mengerjakan tugas akan terbayar lunas dengan
berakhirnya aku dan dia menjadi pasangan suami-istri.
Sungguh rencana C yang indah. Kuliah di universitas swasta,
bertemu bidadari, wisuda, bekerja, lalu melamar bidadari kecilku. Dan tentu
saja berakhir bahagia. Amiin
---oOo---
Tag :
Kisah Nyata,
Pengalaman