Kejamnya Cinta yang Menusuk Dada - Dengan sepeda motor yang ditungganginya, tampak Danisa begitu terburu-buru. Ini adalah hari
pertamanya magang di sebuah kantor yang bergerak di bidang advertiser. Memang
Danisa belum lama lulus kuliah.
Baru sekitar 3 tahun yang lalu ia diwisuda, namun dengan
bantuan kakaknya akhirnya dia bisa magang disalah satu kantor milik teman
kakaknya ini. Ditengah perjalanan, tiba-tiba saja ban motornya mengalami
masalah.
“Ah sial, bocor lagi ban-nya. Mana sudah siang lagi” gumam
Danisa. Ia pun akhirnya menuntun motornya mencari tambal ban di pinggir
jalan. Ketika sedang menuntun motornya
itu, tak sengaja ada mobil yang hampir menabraknya dari belakang. Tak hanya
itu, genangan air yang ada disebelah kanan Danisa juga muncrat sedikit mengenai
blezernya.
“Woi…! Ati-ati dong. Kalau nyetir itu pake mata…!”, bentak
Danisa yang semakin kesal. Mobil itu pun
berhenti. Dari dalam mobil keluar seorang pria dengan postur tubuh yang gagah
dan juga pakaian yang rapi.
Dia menghampiri Danisa dan berniat untuk meminta maaf. Namun
bukannya menerima permintaan maaf dengan halus, Danisa malah membentak-bentak
si pria itu.
“Wah mas, kalau bawa mobil ati-ati dong! Tadi kalau saya
ketabrak mas gimana coba?!” bentak Danisa.
“Iya-iya mbak, saya minta maaf. Saya tahu saya salah. Ini
saya kasih uang tip” pria itu meminta maaf sambil menyodorkan 2 lembar uang
pecahan seratus ribu rupiah.
“Wah mas, jangan mentang-mentang mas ini kaya terus mau
seenaknya gitu ya! Saya emang bukan orang berada, saya emang masih pake motor,
tapi saya bukan koruptor yang selalu nyelesein segala masalahnya pake uang!!”
“Ya sudah terus mau mbak apa sekarang? Saya kan sudah minta
maaf.”
“Ya saya minta tambahin lagi uangnya lah. Blazer saya kotor
nih! Harus ganti. Saya juga harus buru-buru pergi ke kantor.”
“Ah dasar cewe. Ya sudah nih 400 ribu” ucap si pria itu.
Hati Danisa langsung bergetar melihat uang. “Wah… mantep banget tuh duit, cuma gara-gara hampir ketabrak aja dikasih
400 ribu. Lumayan nih…” batin Danisa.
“Ya udah mas, lain kali kalo bawa mobil hati-hati. Jangan
ngebut-ngebut.”
“Iya mbak, ya udah saya pergi dulu, saya harus buru-buru ke
kantor.”
“iya” jawab Danisa jutek. Si pria pun langsung pergi
meninggalkan Danisa yang sedang mendorong motornya.
Tidak jauh Danisa mendorong, akhirnya dia menemukan tempat
tambal ban dan langsung menambal motornya yang bocor itu. Selesai menambal,
Danisa langsung pergi menuju kantor dimana dia akan magang.
Cukup lama ia mengendarai motornya dengan kecepatan yang
lumayan tinggi, akhirnya dia sampai juga di kantor itu. Sesampai nya dikantor,
ia langsung masuk ke dalam dan mencari ruangan si manager untuk mengurus
berkas-berkas yang masih belum selesai.
Setelah menemukan ruangan si manager, dia pun langsung
mengetuk pintu dan masuk ke ruangan itu. Namun, betapa terkejutnya Danisa.
Ternyata pria yang ada diruangan itu adalah pria yang hampir menabraknya tadi.
Kaki Danisa bergetar, air wajahnya mulai memerah, dengan
raut wajah shock akhirny Danisa menghampiri si manager.
“Ooh jadi kamu… kamu adiknya Susan? Emm..emm.”
“I..iya pak.” Jawab Denisa gugup.
“Kenapa kayaknya gugup gitu? Perasaan tadi dijalanan kayak
kesurupan bentak-bentak ngomonnya?”
“Iii, iya pak, saya minta maaf soal kejadian tadi itu pak.”
“Hah? Maaf?”
“I..iya pak saya benar-benar minta maaf. Saya enggak tahu
kalau bapak ini pemimpin perusahaan ini.”
“Ha… yaudah santai aja.
Karena kebetulan kamu itu adik teman saya, jadi kamu saya maafkan. Oh
iya nama saya Dody” ucap si pria yang ternyata sama sekali tidak marah.
“Iya pak, saya Denisa.” Keduanya pun berjabat tangan. Kali
ini Denisa benar-benar terasa tertolong oleh posisi kakaknya yang kebetulan adalah
teman akrab si manager.
Bukanya saling bermusuhan, keduanya justru malah asik
mengobrol panjang lebar. Selain membahas
masalah kerjaan, Pak Dody yang memang belum terlalu tua juga bayak menanyakan
soal keluarga Danisa terutama kakaknya.
***
Sore pun tiba, sudah waktunya Danisa pulang dari kantor dan
kembali ke rumah. Sesampainya dirumah ia langsung disambut beberapa pertanyaan
dari kakaknya.
“Gimana tadi di kantor? Lancer engga?” Tanya Susan kepada
adiknya
“Yaaah, ya begitu lah kak. Eh, pak Dody itu ganteng ya kak?”
“hahah iya emang dia ganteng. Kenapa? Naksir?
“hiii ya engga lah, ada-ada aja.”
“haha yaudah mandi dulu sana, itu udah kakak siapin makan
malam buat kamu.”
“Iya kak.”
Danisa pun langsung pergi. Sepeninggal kedua orang tuanya,
Danisa hanya hidup bersama dengan sang kakak. Segala urusan rumah pun
ditanggung oleh sang kakak. Meskipun keduanya memiliki kepribadian yang
berbeda, namun keduanya sangatlah akrab.
Danisa adalah gadis yang tomboy dan simple. Sementara
kakaknya adalah gadis yang begitu lemah lemut dan penuh kasih.
Hari terus berganti, dan waktu terus berlalu. Sejak awal
bertemu dengan Danisa, Dody sudah mulai menaruh perhatian kepadanya. Begitu
juga dengan Danisa. Meskipun biasanya dia tidak gampang tertarik kepada seorang
pria, namun kali ini Danisa merasa seperti sudah menemukan romeonya.
Bahkan perlahan mereka mulai dekat dan tak hanya itu, Danisa
pun mulai berubah seiring berjalannya kedekatan mereka. Keliaran dan ketmboyan
nya perlahan mulai menghilang. Kini dia menjadi pribadi yang baik, lemah lembut
dalam bertutur kata, dan juga mulai dewasa.
“Ting..tong..ting..tong” bel rumah Danisa berbunyi. Karena
ini adalah hari libur, Danisa memutuskan untuk tidak keluar rumah dan hanya
tiduran dikamarnya. Selain untuk beristirahat, juga karena sudah lama ia tak
bermalas-malasan seperti ini.
“Ting..tong..ting..tong” bel rumahnya kembali berbunyi
karena tak ada orang yang menanggapinya. Kemudian datanglah kakak Danisa untuk
membukakan pintu. Dan ternyata yang datang adalah Dody.
“heeey, udh lama?” Tanya Susan
“ah, engga kok barusan aja.”
“Oh yaudah masuk dulu.” Dody pun berbincang cukup lama
dengan Susan. Karena merasa penasaran dengan obrolan diruang tamu, Danisa pun
keluar dari kamarnya dan pergi ke ruang tamu.
Betapa terkejutnya dia ketika melihat Dody sedang memegang
tangan kakaknya dan sedang bermesraan.
“Haaa… Kak Dody?” kaget Danisa.
“eh, Danisa sini duduk” ucap kakaknya. “Sini kakak juga
sekalian mau ngomongin masalah pernikahan kakak.”
Danisa pun akhirnya duduk dan mendengarkan cerita dari sang
kakak. Betapa hancur hati Danisa ketika mengetahui kalau ternyata kakaknya akan
segera menikah dengan pak Dody yang sudah mulai meluluhkan hatinya.
Lebih menyakitkannya lagi adalah mengetahui kalau ternyata
selama ini pak Dody hanya mendekati Danisa karena perintah kakaknya. Sebelumnya
Dody memang sudah melamar Susan, namun Susan belum cukup yakin karena ia tidak
tega meninggalkan adiknya yang masih seperti anak kecil.
Akhirnya Susan menyuruh Dody untuk mendekati Danisa. Dan
jika Dody mampu merubah sifat Danisa maka mereka berdua bisa menikah.
Seketika bagi Danisa langit seperti hendak runtuh. Dia tak
bisa merasakan cerahnya hari. Angin yang segar pun sama sekali tak terasa segar
baginya. Romeo yang selama ini ia kagumi ternyata menaruh hati pada kakaknya
sendiri. Dan bahkan sebentar lagi Romeon itu akan menjadi kakak iparnya.
Danisa pun pergi kembali kekamarnya. Meskipun didepan Dody
dan kakaknya dia tampak baik-baik saja, begitu sampai kamar dia langsung
menangis sejadi-jadinya.
---oOo---